Yvanna dan Tika kini benar-benar berharap mendapat jawaban dari Lili, usai mendengar apa yang Manda katakan tentang kedua tangan Lili. Lili sendiri tampak tidak siap untuk menjelaskan apa-apa kepada ketiga Kakak perempuannya saat itu. Arini dan Ayuni kini sedang mempertimbangkan untuk masuk ke dalam rumah atau tetap berada di sana, walau takkan ikut campur.
"Kalau kamu tahu sesuatu mengenai kedua tangan Lili, kenapa selama ini kamu bungkam dan tidak mengatakan apa pun kepada kami, Manda?" tanya Tika."Karena kupikir Lili akan jujur dengan sendirinya, meski aku tidak mengatakan apa-apa. Tapi Lili tampaknya terus saja diam dan pada detik ini dia membuatku kesal dengan tingkah menggemaskannya hanya demi menutupi hal menyakitkan yang dia tahu," jawab Manda, dingin.
Lili masih menatap kedua mata Manda yang selalu menakutkan jika sedang marah.
"Kenapa Lili? Kamu kaget, karena aku bisa menebak apa yang kamu sembunyikan padahal kamu bertingkah sangat manis di depan kami semua? Aku terlalu mengenalmu, dan kamu tidak bisa membohongi aku dengan tingkah manismu. Sekarang katakan, ular putih itu memperlihatkan apa padamu? Apakah sangat menyakitkan sehingga kamu harus menutupinya? Apakah itu terkait dengan Kak Aris sehingga kamu menolak memakan cheseecake buatannya?" tebak Manda.
Kedua mata Aris pun mendadak membola usai mendengar pertanyaan-pertanyaan yang Manda ajukan kepada Lili. Kini ia menatap ke arah Lili dan berharap ada sedikit saja penjelasan yang akan Lili utarakan.
"Ya, itu benar. Aku melihat sesuatu ketika menyentuh ular putih itu, Kak Manda. Apa yang aku lihat memang berkaitan dengan Kak Aris dan juga rencana kita nanti malam," jawab Lili.
"Rencana nanti malam?" Tika mulai ingin tahu lebih banyak.
"Ya, itu benar Kak Tika. Rencana nanti malam ketika aku harus dijaga oleh Kak Aris dan ular putih itu terlihat olehku. Ular putih itu terus berdekatan dengan tuyul peliharaan Bu Tantri yang sedang dijaganya, sehingga tampaknya dia bisa merasakan energi dari si tuyul itu. Ular putih itu tahu persis di mana letak tempat ritual di dalam rumah Bu Tantri. Aku bahkan bisa melihat di mana letak kamar yang menjadi ruang penyekapan korban tumbal susuan yang masih hidup. Dan aku saat ini sedang berupaya membuat Kak Aris kesal agar tidak perlu ikut dengan kita berempat, karena aku melihat akan terjadi sesuatu nantinya terhadap Kak Aris jika ikut dengan kita. Tapi karena rencanaku gagal akibat mulut Kak Manda yang sulit sekali dikunci, maka aku akan mengatakan pada Kak Aris dengan jujur bahwa aku tidak mau dia ikut!" tegas Lili.
"Kenapa? Karena aku hanya manusia biasa yang tidak punya kelebihan apa-apa, sehingga kamu takut aku hanya akan menjadi beban?" tanya Aris.
"Anggap saja begitu, Kak Aris. Maaf, aku tidak bisa menjelaskannya lebih jauh," jawab Lili, yang kemudian bangkit dari kursinya dan masuk ke dalam rumah untuk menghindar.
Aris mengejarnya dengan cepat, tak peduli kalau Yvanna atau yang lain ingin mencegahnya. Namun kenyataannya, tak ada sama sekali yang ingin mencegah Aris mengejar Lili ke dalam rumah. Mereka tampak memilih untuk duduk diam di tempat masing-masing dan menikmati teh serta cemilan.
"Mari kita tidak usah ikut campur. Biarkan mereka berdua menyelesaikan masalah mereka sendiri," saran Arini.
"Ya, kami setuju dengan saran dari Bibi," sambut Tika, yang memang tak pernah berbakat menjadi wasit.
Lili hampir tiba di depan pintu kamar tamu ketika Aris akhirnya berhasil meraih tangan wanita itu dan menariknya agar mendekat. Lili sempat kaget ketika hal itu terjadi, namun ia langsung terdiam ketika Aris meletakkan kedua tangan Lili pada kedua pipinya.
"Lihatlah," pinta Aris. "Lihatlah yang bisa kamu lihat, Li."
Lili bisa melihat semua yang ingin Aris tunjukkan padanya. Rasa bimbang, rasa takut, dan rasa penasaran yang sering ada di dalam diri Aris. Semua perasaan itu jelas berkaitan dengan Lili, jauh sebelum pria itu mendengar soal perjodohan yang direncanakan oleh Ibunya. Lili bisa melihat semuanya dan bahkan tahu kalau saat ini perasaan bimbang adalah yang paling besar di dalam diri Aris.
"Aku tahu bahwa bukan hanya peristiwa nanti malam yang kamu lihat melalui ular putih milikku. Aku yakin kalau kamu juga melihat bagian yang seharusnya kamu tidak lihat tentang perasaanku. Jadi sekarang ...."
"Kakak harus mundur," potong Lili dengan cepat, namun selembut biasanya. "Kakak tidak boleh memaksakan diri jika memang merasa bimbang sampai sedalam itu."
Aris menatap Lili jauh lebih dalam dari biasanya. Lili tersenyum kembali seperti yang biasa Aris lihat, dan kali itu senyumannya tampak jauh lebih bahagia.
"Aku juga tidak mengharapkan apa-apa dari Kakak selama ini. Aku hanya terlalu patuh dan tidak bisa menolak saat Ayah dan Ibu merencanakan perjodohan itu. Aku tidak ingin Kak Aris menyesal karena memaksakan diri. Lagi pula, siapa tahu sebentar lagi Kakak akan bertemu dengan seseorang yang memang Kakak impikan. Aku tidak akan kecewa jika Kakak memang akan menolak. Aku justru akan berterima kasih, karena Kakak mau memutuskan yang terbaik demi mendapatkan apa yang Kakak impikan. Aku justru takut saat melihat keputusan yang mungkin Kakak sesali, hanya karena Kakak tidak ingin menyakiti aku. Itulah kenapa aku ingin sekali berusaha menjauh dari Kakak, agar Kakak tidak memutuskan hal yang salah. Kupikir ... kalau Kakak melihat sisi buruk pada diriku, Kakak akan langsung mengajukan penolakan tanpa harus melewati penyesalan terlebih dahulu setelah terpaksa menerima perjodohan itu. Tapi karena akhirnya kita sudah membicarakannya sekarang, aku jadi tidak perlu berpura-pura punya sisi buruk. Uh ... itu cukup melegakan," ungkap Lili, benar-benar tanpa ragu di hadapan Aris.
Kini Aris ingin sekali membenarkan ucapan Jojo di Cafe tadi, bahwa Lili benar-benar sosok wanita yang polos. Dan karena kepolosannya itulah, dia menjadi pribadi yang jujur dan sering kali mencoba mencari jalan keluar sendiri tanpa merasa ragu.
"Aku yang akan memberikan jawaban atas perjodohan kita, dan kamu yang merasa lega karena berpikir kalau aku sekarang akan menolak perjodohan itu," Aris tersenyum selama beberapa saat tepat di hadapan Lili. "Benar adanya, aku merasa ragu, bimbang, dan juga takut ketika tahu akan dijodohkan denganmu. Aku takut kalau pada akhirnya aku tidak akan bisa meloloskan diri dari perjodohan itu dan akan terjebak bersama kamu. Aku pikir, kamu akan meminta agar aku bertahan di sisimu karena kamu berusaha patuh pada orangtua. Aku benci seseorang yang suka meminta orang lain untuk bertahan di sisinya, menurutku itu egois. Tapi ternyata kamu tidak egois dan bahkan berusaha ingin membuatku menolak perjodohan itu."
Lili menganggukkan kepalanya dengan santai. Senyum di wajahnya benar-benar mengembang dengan indah. Aris pun tak mengatakan apa-apa lagi, lalu berbalik pergi menuju teras. Lili mengikutinya dengan langkah yang jauh lebih ringan seperti seekor kelinci.
"Bu, aku akan menerima perjodohan dengan Lili," cetus Aris tanpa ragu.
Lili mendadak berhenti tepat di ambang pintu. Wajahnya terlihat sangat kaget ketika mendengar apa yang Aris cetuskan.
"Yes! Aku akan menerima uang pelangkah lagi seperti saat Yvanna akan menikah dengan Ben!" seru Tika.
"Dan aku juga sama! Ha-ha-ha-ha-ha-ha!" tambah Manda terdengar seperti pemeran antagonis sinetron.
Aris menatap ke arah Lili yang masih terpaku di tempatnya.
"Terima kasih, karena kamu sudah mau bicara sangat jujur tentang keinginanmu untukku. Dengan begitu, akhirnya aku menemukan wanita yang tidak egois seperti yang aku impikan. Dan itu adalah kamu," jelasnya, sukses membuat wajah Lili memerah dengan sempurna.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL SUSUAN
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 4 Setelah Yvanna dan Ben menikah, Yvanna kini tidak lagi menyandang nama Harmoko pada namanya dan berganti menjadi Yvanna Adriatma. Yvanna juga tinggal di kediaman Keluarga Adriatma setelah menikah dengan Ben un...