Ben kini melirik ke arah Yvanna yang sedang menikmati pemandangan jalan raya yang tengah mereka lewati. Mereka sudah dalam perjalanan menuju ke rumah, setelah tadi keduanya menikmati makan malam romantis di Kampung Sampireun Resort and Spa. Ben sengaja memilih mengajak jalan-jalan ke sana, agar dirinya dan Yvanna bisa menikmati candle light dinner di pinggir danau. Hal romantis lainnya yang berhasil Ben pelajari dari YouTube siang tadi.
"Bagaimana? Kamu suka dengan pilihan tempat dan juga makan malamnya?" tanya Ben."Iya, aku suka. Aku suka semuanya. Mulai dari pilihan tempatnya, makan malamnya, dan juga romantisme yang kamu bangun. Terima kasih banyak ya, Sayang. Entah bagaimana aku harus membalas semua sikap manis kamu hari ini. Aku tampaknya harus berpikir dulu atau meminta pendapat pada Ibu, Bibi Ayuni, Kak Nia, Kak Tika ...."
"Lebih baik jangan, Mentariku Sayang," potong Ben dengan cepat. "Kamu enggak perlu membalas apa-apa kok. Aku juga enggak berharap kamu membalas perlakuan romantis yang aku tunjukkan untuk kamu. Kalau kamu bertanya pada Ibu, Bibi Ayuni, Kak Nia, Kak Tika dan bahkan pada yang lainnya tentang cara membalas keromantisan yang Suamimu tunjukkan, yang ada kamu hanya akan mendapatkan pandapat-pendapat tidak masuk akal. Percayalah padaku."
Yvanna pun kemudian diam saja dan tidak menanggapi apa yang Ben katakan. Mereka berdua kini menjadi saling berdiam diri di tengah rasa canggung yang mendadak menguar begitu saja tanpa alasan.
"Sayang? Kamu kok diam saja? Apakah ada ucapanku yang salah atau menyinggung perasaanmu?" tanya Ben.
Yvanna pun tersenyum tenang seraya menatap Ben sekilas, sebelum akhirnya kembali menatap ke arah dashboard yang ada di hadapannya seperti tadi.
"Sama sekali tidak ada yang salah kok. Hanya saja ... entah kenapa aku lebih suka dengan sikap kamu yang biasanya, daripada yang saat ini sedang kamu tunjukkan padaku. Rasanya, segalanya jadi tidak berjalan dengan alami," jawab Yvanna dengan jujur.
Ben kini mulai merenungi apa yang Yvanna katakan.
"Entahlah, mungkin aku yang terlalu berpikir berlebihan tentang sikapmu. Aku mungkin sudah terlalu terbiasa menghadapi sikapmu yang dingin, ketus saat berbicara, canggung ketika kita saling berhadapan. Jadi ketika segalanya berubah dengan cepat, aku mendadak jadi sulit untuk beradaptasi. Aku memang seorang introver yang akut sejak kecil, jadi sering sekali kesulitan untuk menghadapi perubahan sikap pada diri seseorang jika sudah terbiasa dengan sikap yang sebelumnya aku ketahui. Maaf ya, nanti akan kucoba perbaiki dan beradaptasi lagi," tutur Yvanna, agar Ben paham dengan apa yang sedang bergejolak di dalam hatinya.
Ben segera menepikan mobilnya di pinggir jalan, tepat pada rest area. Ben segera menatap ke arah Yvanna seraya meraih tangan wanita itu.
"Hei ... apakah menurut kamu sikapku hari ini sangat berlebihan?" tanya Ben.
Yvanna pun mengangguk pelan dan tak berani menatap ke arah mata Ben seperti biasanya.
"Sayang, lihat aku. Tolong, jangan biarkan kita terjebak dalam salah paham yang sebenarnya bisa kita hindari," pinta Ben.
"Enggak ada salah paham kok. Aku yang salah karena karena terus berpikir bahwa berdiam diri pada sisi ternyaman yang aku jalani adalah hal paling baik. Aku yang tidak beradaptasi dengan baik setelah menjadi bagian hidupmu. Maka dari itu aku meminta maaf padamu dan berjanji akan mencoba beradaptasi dengan lebih baik," jelas Yvanna.
"Yv ... aku sama sekali tidak memintamu beradaptasi dengan apa pun setelah kamu menjadi bagian hidupku. Aku hanya sedang mencoba menebus kesalahanku yang lama dan berusaha bersikap baik terhadapmu. Aku yang harusnya minta maaf kalau ternyata kamu malah merasa jadi tidak nyaman dengan sikapku yang berlebihan. Maaf, karena aku merasa sangat takut kalau kamu akan berpikir bahwa aku sama sekali tidak perhatian terhadapmu jika terus saja mempertahankan sikapku yang biasanya. Aku takut kalau kamu akan berpikir bahwa aku tidak ada bedanya dengan Almarhum Ayah. Aku takut kalau kamu mungkin akan merasa jenuh terhadapku. Maka dari itulah aku ...."
Yvanna menghentikan ucapan Ben dengan cepat melalui kecupan singkatnya pada bibir pria itu. Yvanna hendak mundur setelah berhasil menghentikan ucapan Ben, namun Ben justru menahannya dan membalas kecupan yang Yvanna beri untuknya. Suasana saat itu benar-benar hening dan hangat. Membuat Yvanna maupun Ben merasa nyaman dan tidak lagi merasa canggung. Tatap mata keduanya kini kembali bertaut seperti biasa. Tidak ada lagi yang saling menghindar ataupun mengelak.
"Tidak usah berusaha bersikap romantis lagi. Aku lebih suka kamu yang apa adanya. Aku suka sosok seorang Ben yang dingin, kaku, dan terkadang serba salah jika ingin bicara denganku. Aku jadi punya alasan untuk membuat kamu merasa nyaman di sisiku, jika sikapmu tidak berubah sama sekali. Aku jadi punya banyak kesempatan untuk mengusap pundakmu, menggenggam tanganmu, dan juga memelukmu. Tapi kalau sikapmu berubah, aku jadi tidak punya kesempatan untuk melakukan semua hal yang bisa kulakukan bersamamu. Aku jadi kehilangan kesempatan dan takutnya ... lama-lama aku mungkin akan kehilangan kamu karena merasa sulit untuk berada di sisimu," jelas Yvanna.
"Iya, aku tidak akan lagi berusaha bersikap romantis kepadamu. Insya Allah aku tidak akan lagi begitu. Maaf karena aku telah membuatmu merasa tidak nyaman dan juga merasa kehilangan kesempatan untuk melakukan banyak hal bersamaku. Maaf karena aku hanya memikirkan diri sendiri, tanpa memikirkan kenyamanan kamu sebelum melakukan semua hal tadi. Kamu mau 'kan memaafkan aku? Aku tidak ingin kita jadi menjauh hanya karena akibat dari kebodohanku sendiri. Aku benar-benar tidak mau kehilangan kamu, aku mau kita tetap seperti saat ini. Bersama dan saling mencintai," ungkap Ben dengan jujur.
"Kamu tidak perlu meminta maaf. Dan iya, Insya Allah kita akan selalu seperti ini, Sayang. Bersama ... dan saling mencintai," janji Yvanna, yang kemudian mengecup pipi kiri Ben dengan lembut.
Mereka akhirnya tiba di rumah setelah melewati pembicaraan yang cukup panjang malam itu. Ben dan Yvanna masuk ke rumah, lalu mendapat kabar bahwa Manda sedang kurang sehat dan telah menunggu Yvanna pulang sejak tadi. Yvanna langsung memeluk Manda dengan erat setelah mengambilnya dari pelukan Tika. Manda balas memeluk Yvanna dan membiarkan Yvanna membacakan doa untuknya seperti yang sering ia terima sejak masih kecil ketika sedang sakit. Perlahan, perasaan Manda terasa jauh lebih baik daripada tadi. Entah mengapa bisa demikian, namun keberadaan Yvanna jelas membuat Manda tidak lagi merasakan sakit ataupun lelah.
"Kamu tadi sempat salah makan atau salah minum sesuatu, Sayang?" tanya Yvanna kepada Manda.
Manda menggelengkan kepalanya di dalam pelukan Yvanna.
"Tadi aku hanya minum ice hazelnut coffee dua kali, Kak. Itupun karena Kak Jojo yang buatkan untukku. Kalau makan, aku hanya makan sepotong choco cheese roll milik Lili yang Kak Aris buat. Selebihnya, aku makan dan minum di rumah. Entah itu di rumah Ayah dan Ibu ataupun di rumah ini," jawab Manda.
"Aku merasakan ada yang aneh dengan energimu saat ini. Tapi entah mengapa energi di dalam dirimu menjadi aneh seperti ini, aku benar-benar tidak tahu alasannya. Makanya aku bertanya soal apa yang kamu makan dan minum hari ini," jelas Yvanna.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL SUSUAN
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 4 Setelah Yvanna dan Ben menikah, Yvanna kini tidak lagi menyandang nama Harmoko pada namanya dan berganti menjadi Yvanna Adriatma. Yvanna juga tinggal di kediaman Keluarga Adriatma setelah menikah dengan Ben un...