Manda benar-benar terlelap di sofa ruang tamu malam itu. Semua orang telah masuk ke kamar masing-masing dan hanya tersisa Yvanna serta Ben yang ada di sisinya. Tangan kiri Yvanna terus menggenggam tangan kanan Manda, sementara Ben kini merangkulnya dengan lembut sambil menyandarkan kepala pada bahu istrinya tersebut.
"Aku benar-benar tidak peka terhadap kamu. Seharusnya aku tidak melakukan semua hal konyol tadi, agar kamu bisa bercerita banyak hal tentang apa yang kamu lalui hari ini. Ini adalah pertama kalinya kamu tinggal di rumah ini sebagai Istriku, tapi aku justru tidak bersikap selayaknya seorang Suami terhadapmu," sesal Ben, terdengar begitu dalam.Yvanna pun balas menyandarkan kepalanya pada kepala Ben yang masih berada di bahunya. Tangan kanannya yang bebas kini mengusap lembut pipi Ben yang bisa dijangkaunya. Ben merasa sangat hangat setiap kali Yvanna melakukan physical touch terhadapnya. Yvanna tak pernah segan melakukan hal itu, sehingga membuat Ben tersadar bahwa begitulah cara Yvanna menunjukkan love language-nya terhadap Ben. Melalui setiap sentuhan yang Yvanna lakukan, Ben akan selalu merasa dicintai sepenuhnya oleh wanita itu.
"Kita sama-sama baru melewati hal ini, Sayang. Kita baru menjadi suami-istri dan baru menjalani prosesnya. Kita masih dalam tahap saling mengenali satu sama lain. Meski kita sudah cukup dekat ketika akan menikah, tapi kenyataannya kita memang tidak pernah punya hubungan khusus yang bisa membuat aku atau kamu menunjukkan perasaan sayang yang kita miliki. Kamu benar, kita tidak pernah pacaran sebelum menikah dan saat ini kita harus menjalani masa pacaran. Aku berusaha mengenali kamu, kamu pun berusaha mengenali aku. Jadi ... sejujurnya tidak ada yang salah dari semua itu. Yang salah adalah cara berpikir kita. Kita terlalu takut sifat dan sikap alami yang ada pada diri kita membuat kecewa satu sama lain. Sehingga kamu berusaha bersikap romantis mati-matian dan aku berusaha menerima perlakuan romantismu meski rasanya sungguh tidak nyaman. Tapi ... tanpa adanya hal-hal membingungkan itu, kita jelas tidak akan tahu mengenai apa saja hal yang harus kita hindari ketika sedang bersama. Pengalaman adalah sesuatu yang akan mengajarkan kita untuk tidak lagi mengulangi tingkah laku atau perilaku yang salah. Jadi ... mari kita sama-sama memperbaiki diri. Kamu tidak perlu menjadi pria romantis, karena aku suka kamu yang apa adanya. Aku pun tidak perlu pura-pura menerima semua perlakuan romantismu, karena aku sejujurnya merasa tidak nyaman dengan hal yang berhubungan dengan kepura-puraan," ujar Yvanna, memberi pengertian pada Ben agar tidak terus menyesali yang sudah lewat.
Ben pun mengangguk pelan meski masih bersandar pada bahu Yvanna. Pria itu melingkarkan kedua lengannya pada tubuh Yvanna dengan erat, agar Yvanna merasa jauh lebih hangat saat ada di sisinya.
"Sekarang coba cerita soal Bu Tantri. Aku mau tahu semuanya dari awal," pinta Ben.
Ben kini sudah mengubah posisi kepalanya dan membuat dagunya berpangku pada bahu Yvanna. Sehingga sekarang Ben bisa melihat wajah Yvanna dari jarak yang sangat dekat, dan Yvanna pun bisa merasakan embusan nafas Ben yang hangat pada telinga serta pipinya. Sesekali, Ben mengecup pipi Yvanna dengan lembut hingga sukses membuat wajah Yvanna memerah.
"Tadi pagi setelah aku mengantarmu ke mobil dan setelah kamu pergi ke kantor, Ibu-ibu yang tinggal di sekitaran daerah sini datang bersama dan salah satunya adalah Bu Tantri. Sejak awal dia bertanya padaku, aku sudah merasakan keanehan dari caranya bertanya dan juga pertanyaannya. Ketika merasakan keanehan itulah aku mengeluarkan kekuatanku diam-diam, dengan tujuan ingin melihat apakah ada reaksi yang terjadi kepada Bu Tantri. Karena jika ada reaksi yang terjadi padanya atas kekuatan yang aku keluarkan, maka dia jelas datang ke rumah keluarga kita dengan tujuan yang buruk. Dan benar saja, ada reaksi yang terjadi pada Bu Tantri setelah aku mengeluarkan kekuatan. Suara Bu Tantri menjadi tertahan dan tidak bisa dikeluarkan. Dia akhirnya tidak lagi bicara sampai pulang dan saking kesal karena suaranya tidak bisa keluar, dia bahkan tidak berpamitan pada Ibu dan Bibi Ayuni," tutur Yvanna.
Ben tertawa pelan ketika mendengar hal itu, lalu kembali mengecup pipi Yvanna berulang-ulang.
"Kamu kadang-kadang bisa jahil juga seperti Manda ternyata. Bu Tantri jelas menggondok dan tidak akan memikirkan soal tata krama lagi, kalau suaranya tidak bisa keluar Sayangku."
Yvanna ikut mengulum senyum saat mendengar apa yang Ben katakan. Ben jelas benar, bahwa terkadang Yvanna bisa bersikap jahil seperti Manda pada waktu-waktu tertentu.
"Tapi itu jelas bukan tujuanku, Sayang. Aku tidak berniat sama sekali untuk berbuat jahil pada Bu Tantri. Aku mengeluarkan kekuatan dan suaranya menjadi tertahan akibat kekuatanku itu, karena memang dia datang ke sini dengan tujuan yang jahat terhadap keluarga kita," jelas Yvanna.
"Iya, aku paham kok. Aku cuma bercanda barusan. Lalu, selanjutnya bagaimana? Bagaimana kamu akhirnya bisa mengetahui kalau Bu Tantri adalah orang yang memelihara tuyul serta menculik para korban untuk dijadikan tumbal susuan?" tanya Ben.
Manda benar-benar bisa mendengarkan dengan jelas bagaimana cara berinteraksi Ben dan Yvanna saat itu. Ia juga akhirnya setuju dengan Yvanna, bahwa jauh lebih nyaman jika Ben menunjukkan sikapnya yang asli daripada apa yang ditunjukkan oleh pria itu sore tadi. Ben lebih cocok menjadi pribadi yang tegas, kaku, dan sedikit dingin daripada menjadi pribadi yang romantis dan terbuka. Yvanna jelas tidak akan merasa cocok bersama Ben jika sikapnya berubah. Ia tahu betul kalau Yvanna akan merasa kesulitan untuk beradaptasi kembali.
"... Nah, setelah dia menggenggam tangan Kak Tika itulah, aku akhirnya tahu kalau dia adalah orang yang memelihara tuyul dan memberikan tumbal susuan untuk tuyul yang dipeliharanya."
Setelah Yvanna selesai menjelaskan pada Ben mengenai Tantri, Ben pun terlihat seakan sedang memikirkan sesuatu.
"Berarti kalau ada yang tidak sengaja keceplosan berucap tentang nama lengkap kalian, Bu Tantri itu jelas akan merasa sangat beruntung ya? Dia pasti akan melakukan sesuatu yang buruk terhadap Keluarga Harmoko," pikirnya.
"Itu benar. Dia bisa saja langsung memberi tanda pada tangan Kak Tika, agar tuyul peliharaannya bisa mengikuti Kak Tika sampai ke Subang ketika pulang nanti. Lalu setelah itu, tuyul itu akan menguras semua harta benda yang menjadi milik Keluarga Harmoko tanpa ada yang disisakan. Bu Tantri jelas ingin sekali memperkaya dirinya dengan cara cepat, sehingga membuatnya selalu mendesak ketika menanyakan nama lengkap kami."
Ben pun kembali mempererat dekapannya pada diri Yvanna, lalu mengecup pipi istrinya tersebut jauh lebih lama dari yang tadi ia lakukan.
"Pokoknya kalau ditanya sama siapa pun tentang nama lengkap, jawab saja namamu adalah Yvanna Adriatma. Tidak usah pusing-pusing memikirkan apakah kamu akan digunjingkan atau tidak oleh orang-orang seperti Bu Tantri itu di luar sana," saran Ben.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL SUSUAN
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 4 Setelah Yvanna dan Ben menikah, Yvanna kini tidak lagi menyandang nama Harmoko pada namanya dan berganti menjadi Yvanna Adriatma. Yvanna juga tinggal di kediaman Keluarga Adriatma setelah menikah dengan Ben un...