4 | Makhluk Kecil Yang Harus Disusui

1.9K 87 0
                                    

Tantri tiba di rumahnya setelah berpisah dari rombongan Ibu-ibu yang tadi mengajaknya bertamu ke rumah Keluarga Adriatma. Ia segera melepaskan sandal yang dipakainya, lalu membanting tas miliknya ke atas sofa.


"Kurang ajar!!!" teriaknya.

Tantri pun segera memegangi lehernya dan meraba-rabanya selama beberapa saat. Ia kaget karena suaranya mendadak kembali dan ia bisa bicara dengan normal. Padahal tadi ketika dirinya berada di rumah Keluarga Adriatma, suaranya mendadak hilang dan tenggorokannya mendadak seakan terhalangi oleh sesuatu.

"Kenapa tadi aku mendadak tidak bisa bicara, ya? Padahal aku ingin sekali membalas jawaban kurang ajar dari menantu Keluarga Adriatma itu! Oh ... aku yakin sekali kalau dia berasal dari keluarga terhormat dan kaya, sehingga dia bisa bersikap seangkuh itu di balik kesopanan yang dia tunjukkan. Aku jadi semakin ingin tahu lebih banyak tentangnya, agar aku bisa menyuruh peliharaanku untuk menggerogoti harta keluarganya beserta harta Keluarga Adriatma. Tapi sebaiknya aku harus berbuat apa sekarang? Jika saja tadi suaraku tidak mendadak hilang, aku pasti bisa mempermalukannya dan membuat dia tak punya pilihan lain selain mengatakan nama lengkapnya yang asli. Sialnya ... entah kenapa suaraku malah tidak bisa keluar tadi dan malah keluar pada saat aku sudah tiba di rumah! Uh ... aku benar-benar merasa geram sekarang!" umpat Tantri.

Sesosok makhluk kecil muncul di ruang depan rumah itu dan tampak tersenyum ke arah Tantri. Mulutnya penuh dengan darah, namun Tantri tampak santai saja saat melihat hal tersebut.

"Dia sudah menyusuimu?" tanya Tantri sambil menunjuk ke arah sebuah kamar yang pintunya tertutup.

Makhluk kecil itu mengangguk-angguk seperti biasanya dan tampak sangat senang.

"Bagus. Berarti nanti malam kamu harus kembali bekerja seperti biasanya. Bawakan aku uang yang banyak, jangan membuatku kecewa. Pergilah ke rumah-rumah orang kaya, contohnya rumah Keluarga Adriatma. Kamu belum pernah ke sana, bukan? Cobalah ke sana nanti malam dan bawakan aku hasil yang luar biasa," perintah Tantri dengan santai.

Makhluk kecil bertelinga runcing itu pun kembali mengangguk-anggukkan kepalanya seperti tadi. Tantri memberikan sebuah handuk kecil berwarna hitam kepada makhluk itu agar bisa menyeka darah yang ada di sekitaran mulutnya. Tantri pun berjalan menuju kamar yang tadi ia tunjuk, lalu membuka pintunya untuk melihat kondisi seseorang yang ia sekap di sana.

Orang itu adalah wanita yang diculik oleh Tantri dan dipaksa menyusui makhluk kecil peliharaannya. Keadaan orang itu saat ini sudah tampak sangat kurus dan tidak lagi sehat seperti beberapa hari yang lalu.

"Wah, tampaknya aku harus mencari tumbal susuan yang baru untuk menyusui tuyul kesayanganku. Entah kenapa akhir-akhir ini makhluk itu menyusu dengan sangat bersemangat. Apakah karena aku sering menuntutnya untuk tidak memberikan hasil yang mengecewakan? Ah, ya sudahlah. Intinya aku hanya perlu mencari wanita beranak yang masih segar, agar bisa menyusui tuyul kesayanganku sampai puas," gumam Tantri, yang kemudian kembali menutup pintu kamar tersebut dan menguncinya.

Makhluk kecil peliharaan Tantri kini tampak sedang bermain-main usai membersihkan mulutnya dengan handuk hitam tadi. Tantri hanya membiarkannya begitu saja, lalu masuk ke kamarnya sendiri untuk membersihkan diri.

* * *

"Terkadang kita memang harus berhati-hati terhadap seseorang. Bahkan orang yang sudah kita kenal pun masih juga tak bisa kita prediksi sikap dan sifatnya," ujar Arini yang sedang mencoba menentramkan rasa resah di dalam hatinya.

"Iya, itu benar sekali. Tapi memang tadi aku sudah merasa cukup aneh ketika Bu Tantri mendadak bertanya tentang nama lengkap Yvanna. Kita 'kan memperkenalkan Yvanna sebagai menantu keluarga ini, lalu untuk apa dia menanyakan nama lengkap Yvanna padahal tahu kalau Yvanna jelas telah mengubah namanya menjadi Yvanna Adriatma. Ternyata dia mungkin punya niatan terselubung sehingga ingin tahu tentang nama keluarga Yvanna sebelum menikah dengan Ben," tambah Ayuni.

"Kita sama-sama belum tahu, Ibu ... Bibi ... namun jelas tidak ada salahnya kita mewaspadai orang-orang yang bertingkah aneh seperti Bu Tantri. Masalahnya, dari enam orang yang bertamu tadi hanya Bu Tantri yang benar-benar sikap dan ucapannya sangat ganjil. Aku belum mendapatkan firasat apa pun, namun aku bisa merasakan bahwa ada hal yang tidak beres ketika dia mulai bersuara di depan semua orang," ujar Yvanna.

Mereka bertiga saat ini sedang duduk bersama di ruang tamu. Mereka langsung meninggalkan teras setelah tadi semua tamu telah pulang. Arini terus saja mengusap-usap rambut Yvanna yang saat itu ia minta duduk di sampingnya. Ia benar-benar merasa takut terjadi apa-apa terhadap Yvanna seperti yang pernah terjadi di rumah Keluarga Harmoko, ketika Sasmita mengirim makhluk suruhannya untuk menyerang Naya. Ia masih tak bisa lupa dengan kejadian itu, ia jelas tak mau hal itu terulang lagi.

"Intinya, mulai sekarang aku akan terus memasang penjagaan di rumah ini dengan kekuatanku. Aku tidak akan membiarkan siapa pun berhasil menembus ke dalam rumah ini. Bahkan pada rumah Bibi Ayuni pun akan kuusahakan hal yang sama. Meskipun ular putih yang ada pada Aris terus menjaga di taman depan rumah Bibi Ayuni, tapi tetap saja aku akan menambahkan penjagaan yang sama dengan rumah ini," Yvanna mengungkapkan apa rencananya pada Arini dan Ayuni.

"Kamu benar," tanggap Arini. "Kita tidak pernah tahu apa saja yang akan terjadi ke depannya. Jadi jika kamu mengambil keputusan untuk memberikan penjagaan kembali pada kedua rumah yang ada di sini seperti pada saat kamu tengah menghentikan perbuatan Almarhumah Salya, maka Ibu tidak akan menghalangi niatmu tersebut."

"Iya, Bibi juga akan mendukungmu Sayang. Bibi akan jelaskan pada Pamanmu saat pulang nanti, sekaligus menceritakan apa yang kita bertiga lalui tadi ketika Bu Tantri bertamu," tambah Ayuni.

Setelah mereka benar-benar sepakat dengan apa yang Yvanna rencanakan, Yvanna pun segera pergi keluar rumah dan berdiri di taman depan. Ia berdiri tepat di antara kedua rumah Keluarga Adriatma, dan menatap  kedua rumah itu selama beberapa saat. Ular putih yang tadinya hanya berdiam diri di taman depan rumah milik Bagus dan Ayuni, kini mulai melata ke arah kaki Yvanna dan berdiam di sisinya.

"Ada apa? Kamu merasakan hal yang tidak baik juga seperti yang aku rasakan?" tanya Yvanna.

Ular putih itu mendesis pelan dan Yvanna pun tahu kalau itu artinya memang ada hal-hal ganjil yang dirasakan oleh ular putih tersebut. Yvanna pun mulai membacakan beberapa ayat Al-Qur'an, sebelum akhirnya menggunakan ajian tutup watesan--kebalikan dari ajian ical wates. Hanya sekejap, keadaan di sekitar kedua rumah Keluarga Adriatma rasanya telah kembali normal seperti tadi pagi sebelum Tantri datang bertamu. Ular putih yang tadi berdiam di sisi Yvanna kini kembali melata untuk berjaga di taman depan rumah milik Bagus dan Ayuni.

"Sekarang tidak akan ada lagi hal jahat yang bisa memasuki wilayah kedua rumah ini. Insya Allah," batin Yvanna.

* * *

TUMBAL SUSUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang