Mobil milik Tika benar-benar ditinggalkan di halaman rumah Keluarga Adriatma setelah tadi mereka mendatangi tempat ditemukannya para korban tumbal susuan. Mereka berempat kini keluar dari area rumah itu dengan berjalan kaki, seakan mereka sedang berjalan-jalan biasa di sekitaran daerah tersebut. Tika dan Manda sudah mengganti pakaian mereka dan mengenakan pakaian milik Yvanna. Jadi jelas tidak akan ada yang menduga kalau Tika dan Manda adalah Polisi yang sedang mengusut kasus penculikan para wanita yang baru saja melahirkan.
"Jangan ada yang menyebut nama keluarga kita jika ada yang bertanya tentang nama lengkap kalian. Tadi pagi ada kejadian yang terjadi di rumah Keluarga Adriatma yang dipicu oleh seorang Ibu-ibu bernama Tantri. Bu Tantri itu menanyakan nama lengkapku dan ketika aku menyebut kalau namaku adalah Yvanna Adriatma, dia langsung berubah jadi aneh dan tampak sangat kesal dengan jawabanku. Ibuku dan Bibi Ayuni juga menyaksikan hal itu, mereka setuju dengan keputusanku yang akhirnya tidak memberitahu siapa nama lengkapku sebelum menikah dengan Kak Ben," jelas Yvanna secara singkat.
"Wah, aku yakin sekali kalau Kakak tadi jelas langsung membuatnya bungkam 'kan? Entah itu membuatnya bungkam dengan kata-kata mutiara, atau bungkam menggunakan kekuatan yang Kakak miliki," tebak Manda, sangat jitu seperti biasanya.
Yvanna pun tertawa.
"Aku menggunakan opsi kedua, Dek. Entah kenapa aku merasa suasana menjadi sedikit aneh setelah dia menunjukkan kemarahannya padaku atas jawaban yang tidak dia inginkan," ujar Yvanna.
"Dan apakah itu langsung terbukti, Kak? Maksudku, dia langsung benar-benar bungkam sampai pulang dari rumah Keluarga Adriatma?" tanya Lili, tampak antusias.
"Iya, itu benar sekali. Dia akhirnya benar-benar tak bisa mengeluarkan suaranya meskipun sangat ingin. Sampai-sampai akhirnya dia pulang tanpa berpamitan pada Ibuku dan juga Bibi Ayuni saking merasa kesalnya," jawab Yvanna.
Tika, Manda, dan Lili pun tertawa pelan usai mendengar jawaban Yvanna. Mereka benar-benar berjalan-jalan santai di sekitar daerah dekat tempat tinggal Keluarga Adriatma, sambil beberapa kali mengambil foto berempat. Mereka benar-benar melakukan semua itu secara natural, agar tidak ada yang mencurigai gerak-gerik mereka. Yvanna bahkan sempat bertemu dengan Ningsih dan menyapanya dengan sopan. Tidak lupa ia juga memperkenalkan Tika, Manda, dan Lili sebagaimana wajarnya terhadap orang yang baru dikenal.
Ningsih kemudian mengajak mereka berempat untuk berjalan-jalan ke beberapa tempat yang tidak mereka ketahui. Maklum, selama ini mereka hanya selalu berada di dalam mobil dan melewati jalur utama saja ketika akan menuju ke rumah Keluarga Adriatma. Jadi memang baru kali itu mereka benar-benar mengeksplorasi daerah tersebut.
"Nah ... kalau yang itu rumahnya Bu Farhana, yang tadi pagi memakai baju biru. Kalau yang di ujung, yang sedang dalam tahap pembangunan itu adalah rumah Bu Tantri," ujar Ningsih.
"Oh, jadi yang ini rumahnya Bu Farhana dan yang di ujung sana itu rumahnya Bu Tantri. Berarti luas juga ya Bu, area di daerah sini. Saya pikir kalau dari jalur utama hanya lurus saja sampai ke bagian atas sana yang melewati rumah Ibu mertua saya. Ternyata masih ada sampai ke sini area lainnya," sambut Yvanna, seakan tertarik untuk tahu mengenai lokasi di daerah tersebut.
"Kalau di bagian sini memang luas, tapi ya gitu ... tidak kelihatan kalau dari jalur utama. Soalnya jalan yang menuju ke area sini harus berbelok sedikit dan terhalang sama papan tulisan selamat datang," jelas Ningsih.
Farhana keluar dari rumahnya dan ikut bergabung dengan Ningsih, Yvanna, dan yang lainnya. Seperti tadi, Yvanna kembali memperkenalkan Tika, Manda, dan Lili agar Farhana juga bisa mengenal mereka. Mereka kembali berbincang-bincang santai sampai akhirnya sosok Tantri yang tampak baru saja pulang dari suatu tempat muncul di jalanan yang sedang menjadi tempat berkumpulnya Farhana, Ningsih, dan yang lainnya.
"Eh, ada Yvanna. Ini siapa? Teman-teman Yvanna?" tanya Tantri, berusaha tampak ramah.
Yvanna merasakan sesuatu yang tampak tidak asing pada diri Tantri, namun ia tak segera menunjukkannya kepada Tika, Manda, dan Lili.
"Eh, Bu Tantri. Ini Kakak dan Adik-adik saya. Mereka baru saja tiba dari Subang untuk menjenguk saya, jadinya saya ajak mereka jalan-jalan di sekitar sini. Kebetulan tadi ketemu sama Bu Ningsih, jadinya Bu Ningsih yang jadi pemandu kami biar tidak kesasar," jawab Yvanna, yang akhirnya benar-benar mengundang tawa bagi Ningsih dan Farhana.
Tantri pun mau tak mau juga ikut tertawa meski tampaknya wanita itu tidak benar-benar ingin tertawa. Wanita itu kemudian mengulurkan tangannya pada Tika, sehingga Tika pun meraihnya untuk menjaga kesopanan.
"Namanya siapa?" tanya Tantri.
"Nama saya Tika, Bu Tantri. Saya Kakaknya Yvanna," jawab Tika.
Tantri pun beralih menatap Manda dan Lili, namun tak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Tika.
"Nama saya Manda, Bu Tantri," ujar Manda yang tampak tahu kalau Tantri ingin tahu namanya.
"Nama saya Lili, Bu Tantri," tambah Lili seraya tersenyum ramah.
"Oh ... yang ini Tika, itu Manda, dan yang paling muda Lili. Kalau nama lengkap kalian?" tanya Tantri, sama persis seperti tadi pagi.
Ningsih dan Farhana tidak terlalu memusingkan soal pertanyaan seperti itu. Karena menurut mereka hal itu adalah pertanyaan yang umum ditanyakan oleh seseorang yang baru berkenalan. Namun jelas berbeda bagi Yvanna, Tika, Manda, dan Lili yang selalu hidup dengan penuh kehati-hatian.
"Nama lengkap saya Prastika, kalau kedua Adik saya ini nama lengkapnya Amanda dan Liliana," jawab Tika, mewakili Manda dan Lili sekalian.
Wajah ramah Tantri yang tadi terlihat pun mendadak kembali berubah seperti tadi pagi yang dilihat oleh Yvanna. Genggaman tangan Tantri pada tangan Tika pun terlepas, lalu wanita itu menatap kesal ke arah Yvanna dan ketiga saudarinya.
"Saya tanya nama lengkap kalian. Kenapa kalian menjawab seperti itu? Tampaknya kalian itu benar-benar tidak pernah diajari sopan santun oleh orangtua, ya? Sudahlah, saya permisi dulu!" ketus Tantri, yang kemudian langsung berlalu begitu saja dari hadapan mereka.
Farhana dan Ningsih pun bahkan terlihat kaget sekarang setelah melihat tingkah laku Tantri yang sangat kasar terhadap orang lain.
"Astaghfirullah, itu Bu Tantri kenapa ya? Kok setiap hari ada-ada saja sikapnya," heran Farhana.
"Salah kami di mana, ya? 'Kan sudah benar tadi saya menjawab kalau nama lengkap saya Prastika, Adik saya nama lengkapnya Amanda dan Liliana. Kok Bu Tantri jadi mendadak marah begitu?" tanya Tika, berpura-pura bodoh.
"Sudah, jangan diambil hati ya. Bu Tantri memang sering begitu. Kami sudah biasa melihat sikapnya yang kadang berubah-ubah tidak jelas. Tolong maklumi saja ya, Nak Tika," pinta Ningsih.
"Oh ... iya Bu Ningsih. Tidak apa-apa. Hanya hanya heran saja barusan," jelas Tika.
Tatapan Tika, Manda, dan Lili kini terarah pada Yvanna yang tampaknya benar-benar merasakan sesuatu. Ketika akhirnya mereka pergi dari area itu, Yvanna pun langsung melepaskan ajian punggawa yang sejak tadi dipakainya untuk melindungi Tika yang tangannya terus digenggam oleh Tantri.
"Dia orangnya," bisik Yvanna.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL SUSUAN
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 4 Setelah Yvanna dan Ben menikah, Yvanna kini tidak lagi menyandang nama Harmoko pada namanya dan berganti menjadi Yvanna Adriatma. Yvanna juga tinggal di kediaman Keluarga Adriatma setelah menikah dengan Ben un...