27 | Menjadi Umpan

920 79 0
                                    

Mendengar jawaban Yvanna, Tantri kembali menjadi penasaran soal nama lengkap wanita itu sebelum menikah dengan Ben Adriatma. Yvanna sendiri jelas sekali memang ingin memancing Tantri soal rasa penasaran wanita itu, sehingga membuatnya sengaja menyebut-nyebut tentang Larasati.


"Kalau begitu ... berarti Ibumu selalu fulltime berada di rumah, ya?" duga Tantri.

"Tidak juga, Bu Tantri. Ibu saya berprofesi sebagai seorang Dokter. Dia memiliki rumah sakit sendiri yang dibangun dan dikelola setelah lulus kuliah. Ibu saya setiap hari selalu menyempatkan waktu agar bisa memasak untuk anak-anaknya, baik itu memasak makanan pokok ataupun kue-kue seperti yang saya buat ini," jelas Yvanna dengan santai.

Tantri pun kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Luar biasa. Ibumu hebat sekali soal mengatur waktu, sehingga dia benar-benar bisa membagi tugas antara rumah sakit dan di rumah. Jarang sekali ada orang yang bisa mengimbangi kedua hal itu, jika dia adalah seorang pekerja," ujarnya.

Di dalam rumah Tantri saat itu telah ada Tika, Manda, Aris, dan Lili yang berhasil masuk melalui pintu belakang yang tadi dibobol oleh Manda. Bahkan ular putih milik Aris pun kini telah berada di sekitaran kaki Lili, karena Aris telah memintanya untuk melindungi Lili dari bahaya apa pun yang mungkin saja terjadi.

Obrolan antara Yvanna dan Tantri yang terjadi di luar sana jelas membuat mereka sama sekali tidak akan ketahuan. Jadi sebisa mungkin mereka menggunakan kesempatan itu untuk segera menggeledah rumah milik Tantri, agar bisa mengeluarkan korban tumbal susuan yang masih hidup serta untuk mencari bukti yang nyata tentang tempat ritual yang Tantri buat untuk tuyul peliharaannya.

"Itu," tunjuk Lili, seraya berbisik. "Kamar yang itu adalah tempat disekapnya korban tumbal susuan yang masih hidup."

"Kamu yakin, ada di kamar itu?" tanya Manda.

"Iya, Kak. Aku melihatnya saat menyentuh ular putih milik Kak Aris sore tadi. Mungkin tuyul peliharaan Bu Tantri sedang merindukan rumah ini, sehingga ular putih milik Kak Aris bisa melihat apa yang menjadi keinginan dari si tuyul itu," jawab Lili.

"Lebih tepatnya, dia merindukan tumbal susuan yang sudah disiapkan oleh Bu Tantri," ralat Tika, agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Aris tertawa tertahan.

"Itu benar, Li. Tuyul itu jelas merindukan tumbal susuan yang sudah disiapkan oleh Bu Tantri, bukan merindukan rumah ini. Kesannya jadi seakan tuyul itu adalah penghuni rumah ini dan bukan makhluk peliharaan Bu Tantri, kalau kamu menyebutnya 'merindukan rumah ini'," jelas Aris.

Lili pun tersenyum serba salah, lalu memilih berjongkok untuk mengusap-usap kepala ular putih yang ada di bawah kakinya.

"Maklum, dulu nilai Bahasa Indonesiaku sering berantakan. Aku lebih sering fokus membaca rumus daripada memperbaiki kaidah tata bahasa," balas Lili, jujur.

"Ya sudah, nanti pelajari saja lagi pelajaran Bahasa Indonesia-nya. Sekarang ayo kita kerjakan tugas masing-masing sebelum Bu Tantri mencurigai sesuatu," ajak Manda.

Tika dan Manda pun segera beranjak ke arah kamar yang tadi Lili tunjukkan kepada mereka. Lili, Aris, dan ular putih segera pergi ke sebuah ruangan yang tidak lain adalah tempat ritual di rumah tersebut. Tika dan Manda jelas tak punya kendala untuk mengeluarkan korban tumbal susuan yang disekap di dalam kamar khusus. Namun lain halnya dengan Lili dan Aris, yang harus menghadapi sesosok makhluk tinggi kurus serta mirip dengan batang kayu. Makhluk itu tampaknya memang diperintahkan untuk berjaga di ambang pintu tempat ritual tersebut, agar tidak ada yang bisa memasukinya selain Tantri.

"Inilah yang aku takutkan saat melihat kilasan pikiran si tuyul itu melalui ular putih milikmu, Kak. Makhluk itu terlihat selintas olehku, tapi aku tidak tahu apakah dia bisa menyerang manusia atau tidak," bisik Lili.

"Berarti seharusnya Yvanna yang ada di sini, bukan kita berdua," balas Aris, yang jelas tidak tahu harus berbuat apa karena tak punya kelebihan untuk mengatasi makhluk-makhluk gaib.

Di luar, Yvanna dan Tantri masih berbincang santai sesuai dengan rencana. Tantri akhirnya benar-benar merasa penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang Yvanna setelah melalui obrolan panjang kali itu.

"Kalau boleh saya bertanya, apakah kehidupan Nak Yvanna selama ini sangat menarik? Maksud saya, apakah Nak Yvanna benar-benar merasa bahagia ketika menjalani hidup yang penuh dengan kemudahan?" tanya Tantri.

Lagi-lagi Yvanna tersenyum ketika mendengar pertanyaan dari Tantri.

"Kenapa Bu Tantri tertarik untuk ingin tahu mengenai hal itu? Apakah selama ini Bu Tantri menjalani hidup yang penuh kesulitan?" Yvanna bertanya balik kepada Tantri.

Tantri kehilangan senyumnya selama beberapa saat setelah mendengar pertanyaan dari Yvanna. Yvanna langsung menunjuk ke arah rumah Tantri dengan ekspresi yang menggemaskan--yang ia pelajari dari Lili sejak masih kecil--agar Tantri tak perlu merasa marah atas pertanyaannya.

"Rumah Bu Tantri sangat bagus, meskipun saat ini pembangunannya belum benar-benar rampung. Makanya saya bertanya seperti itu, karena saya rasa sangat mustahil kalau sampai Bu Tantri hidup dengan penuh kesulitan," jelas Yvanna, akan maksud pertanyaannya.

Tantri yang mendengar penjelasan itu akhirnya kembali tertawa lepas seperti tadi. Wanita itu hampir saja kembali berpikir bahwa Yvanna telah berbicara dengan sangat kurang ajar, jika saja wanita itu tidak menjelaskan dengan cepat apa maksud pertanyaannya. Padahal tanpa Tantri tahu, Yvanna memang sengaja menarik ulur pertanyaan-pertanyaan bernada kurang ajar, agar topeng milik Tantri perlahan-lahan bisa ia bongkar pada akhirnya nanti.

"Duh, Nak Yvanna ini benar-benar menarik untuk diajak bicara. Gaya kamu itu benar-benar berbeda dari kebanyakan orang yang selama ini sering berbicara dengan saya. Ya ... kehidupan saya memang awalnya tidak mudah. Sering jatuh-bangun, sering dipecat dari tempat kerja, sering juga mendapat hinaan dari orang-orang berada. Tapi sekarang semua itu sudah tidak perlu lagi saya lalui. Kehidupan saya sudah menjadi jauh lebih baik sekarang. Saya sudah tidak perlu lagi memikirkan hal-hal seperti kinerja kerja, pemecatan, dan bahkan caci maki dari atasan. Pokoknya, saya benar-benar sudah merasa tenang dengan posisi saya saat ini," ungkap Tantri secara terbuka.

"Yvanna, kami siap keluar bersama korban. Pak Roni sudah sampai di pagar rumah ini," ujar Tika, melalui alat penyadap.

Yvanna pun berdiri dari kursinya secara tiba-tiba, membuat Tantri menatap ke arahnya dengan perasaan terkejut.

"Apakah hidup anda jadi terasa sangat mudah saat ini karena memelihara tuyul, Bu Tantri?" tanya Yvanna, to the point.

Kedua mata Tantri mendadak membola ketika mendengar apa yang Yvanna tanyakan padanya saat itu. Yvanna pun menarik kekuatannya yang menyelubungi kurungan tempat tuyul peliharaan Tantri berada. Tantri gemetaran ketika melihat tuyul peliharaannya ada di tangan Yvanna dan tampak begitu lemas.

"Ka--kamu ... kamu bi--bisa ... me--melihat tuyul peliharaanku dan menangkapnya?"

Tantri tidak sempat berpikir untuk mengelak, karena yang ada di dalam pikirannya saat itu hanyalah tentang bagaimana caranya mendapatkan tuyul peliharaannya kembali dari tangan Yvanna. Tika memberi tanda pada Roni untuk segera menangkap Tantri, setelah pengakuan dari mulut wanita itu terucap tanpa sadar.

"Ibu Tantri! Angkat tangan! Rumah anda sudah dikepung oleh pihak kepolisian!" seru Roni, dan semua anak buahnya muncul di belakangnya tak lama kemudian.

Tantri berbalik tepat pada saat Tika dan Manda keluar dari dalam rumahnya sambil memapah korban tumbal susuan yang disekap di dalam kamar khusus. Tantri sangat kaget ketika melihat Tika dan Manda yang malam itu memakai seragam kepolisian, persis seperti Polisi lainnya yang datang untuk menangkapnya. Tatapan Tantri pun kembali terarah kepada Yvanna yang masih memegangi kurungan berisi tuyul peliharaannya.

"Kamu ... apa kamu sengaja menjebak aku?" Tantri ingin tahu.

* * *

TUMBAL SUSUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang