Setiap sekolah punya biang keladi kenakalannya sendiri-sendiri. Sekolah Chloe yang baru tidak berbeda juga. Seorang anak pembual kulit putih, namanya Amabel Clarise, kemarin mengajarkan paham sesat yang menggoyahkan kejujuran Chloe Noella selama ini. Amabel pintar berbicara, dan entah kenapa Chloe gampang benar termakan oleh perkataannya.
"Finders Keepers, silly." Rambut ikal pirang Amabel berguncang hebat, tergerai di kepalanya yang celingukan. "Buat apa takut. Uang kan tak ada nama pemiliknya. Kalau kamu tidak ambil, orang lain yang bakal mengantungi, tahu." Selembar seratus dolar itu melekat dalam genggamannya.
"Sebaiknya kita serahkan ke ruang guru, Amabel. Siapa tahu itu punyanya bu guru atau pak guru." Chloe gigih membela kejujurannya.
"Kamu kira ini di Jepang, semua orang begitu jujur? Finders keepers, moron. Pssstt!" Amabel mendesut bernafsu, uang kertas itu buru-buru disematkan dalam saku celananya. Pasalnya seorang wali kelas melintas dengan mapnya bergegas-gegas.
Amabel Clarise lebih tua dua tahun dari Chloe, sudah masuk kelas enam, dan wawasan dunianya luas sekali. Katanya ia sudah bosan berkeliling dunia dengan kedua orangtuanya dan sudah melihat banyak hal. Hanya saja Amabel benci Sinterklas dan ia tak percaya pada Semangat Natal. Itu kibulan klasik dari orang besar, silly. Si pirang ikal menguliahi Chloe, bahkan ketika mereka baru saja berkenalan tak lama. Chloe sadar, orang besar yang dimaksudkan temannya adalah orang dewasa, sedewasa ayah ibunya Chloe yang tak memercayai Semangat Natal sedikit pun, sepanjang hidup mereka yang membosankan dan kaku.
Chloe tahu, King Liholiho Elementary School adalah sekolah publik. Di Indonesia sebutannya sekolah negeri dan artinya tidak semua anak di sekolahnya kaya. Seragam sekolah mereka pakaian bebas, dan terlihat mana anak yang mampu, mana yang sedang-sedang saja, mana yang kurang mampu dari cara berpakaiannya. Amabel terlihat mampu, pakaiannya bagus-bagus, celana jeans-nya keren dan berganti-ganti. Namun ia punya kebiasaan aneh ingin memiliki kepunyaan orang lain. Chloe sendiri cuma punya tiga helai kaus Smurf dan dua helai kaus Doraemon yang dibawanya dari Jakarta. Pakaiannya dulu banyak di Indonesia, tapi ayahnya melarang Chloe membawa semua baju kaus yang dibelikan ibunya.
Bukan terburuk di satu sekolah, Chloe termasuk sedang-sedang, karena ada seorang siswi yang jauh lebih buruk pakaiannya. Leilani Alana namanya. Parasnya mirip hispanik atau golongan orang Spanyol dan Latin, tetapi namanya terkesan Hawaii asli. Leilani cuma punya sehelai oblong tipis menerawang, warnanya putih, dan sehelai baju berkancing depan mirip piama tidur tak kalah tipisnya, warnanya krem atau broken white. Kata anak-anak lainnya Leilani beraroma agak aneh, dan Chloe melihatnya menyendiri setiap waktunya. Tentu Leilani muram air mukanya dan tak punya Semangat Natal. Itu sebabnya Chloe merasa tak mungkin berteman dengan gadis Hawaii itu.
"Nenek moyang Leilani penyihir katanya. Neneknya dukun, dan ibu neneknya pernah dibuang ke Moloka'i. Katanya itu koloni orang sakit lepra dulunya." Amabel bermurah hati menerangkan pada Chloe yang tercengang-cengang.
"Lepra itu apa?" Chloe bertanya merendahkan suaranya.
"Penyakit aneh dan tak ada obatnya. Nanti lama-lama tubuhmu busuk semua, keluar nanah dan darah, terus bola mata, hidung, dan jari-jarimu bakal copot satu demi satu, tapi kamu belum akan mati dan pelan-pelan membusuk hidup-hidup. Serius, aku bukannya ngibul, lho."
Sejujurnya Chloe merasa Amabel tidak bohong meskipun bicaranya berlebihan. Di Indonesia ada penyakit serupa, namanya kusta. Ciri-cirinya juga mirip, karena Chloe pernah melihat pengemis yang buntung jari-jari dan sebelah kakinya, mengepit tongkat ketiak dan kadang merangkak-rangkak mengais belas kasihan di pasar sayur. Sepertinya pengemis di Jakarta itu kehilangan hidungnya, karena mukanya datar dan rata, kulitnya berbercak putih mirip penyakit jamur kulit, dan sepertinya itu memang kusta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chloe and The Claus (FIN)
General FictionChloe Noella, gadis kecil yang mencintai Natal, mesti pindah ke Honolulu sejak ibunya dipenjara atas tuduhan penipuan. Terpaksa Chloe tinggal bersama ayahnya yang sibuk dan tak punya semangat Natal, hingga hari-hari membosankan berakhir sejak seoran...