Santa Claus and The Mailman (22)

12 5 0
                                    

Sebelum keonaran di rumah diketahui paddy yang gampang marah-marah, Chloe menggunakan segala cara agar kotoran Lady Grey tidak menyisakan bau yang mencolok. Sulit memang, karena membersihkan karpet bukan perkara mudah, apalagi bila kamu cuma anak sembilan tahun dan yang membantumu seorang lansia setengah demensia yang agak kelewatan riang gembira.

"Hohohoho. Maaf ya, Little Muffin, tadi Big Daddy tertidur di depan tivi. Tidak sadar kucing manis ini buang hajat di karpet. Hohohoho. Kita namai dia Little Tyke, bagaimana?"

"Bukan, Big Daddy. Namanya Lady Grey. Bukan Little Tyke. By the way, Big Daddy tahu gak cara menghilangkan bau di karpet gimana?"

Tanpa perlu ditanyakan lagi, Big Daddy tidak tahu apa-apa soal karpet maupun kucing. Yang ia ketahui, Lady Grey di kamar Chloe kelaparan dan meminta pertolongan dengan mengeong dan menggaruk-garuk pintu kamar. Beruntung kakek Chloe berada di ruang tamu dan tidak tidur, maka ia membebaskan si kucing bulu panjang dan memberinya makanan.

"Jadi Big Daddy kasih Lady Grey makan nasi dan anchovy?" Chloe mengikih teringat dulu ia pun berbuat sama pada Kitten, saat si pus kecil baru dipungutnya dari teras depan.

"Kucing ini pasti lapar sekali, makannya begitu lahap sampai anchovy di kulkas habis semuanya. Hohohoho. Dasar Little Tyke ini lucu sekali." Big Daddy mengangkat tubuh Lady Grey dengan kedua lengannya, lalu merengkuh si kucing yang mendengkur dengan girang.

Sayangnya, Chloe tidak merasa cara makan Lady Grey cukup lucu. Anchovy di lemari es habis kata Big Daddy. Gawatlah situasinya! Bagaimana menjelaskan pada paddy kalau anchovy goreng ludes seketika di perutnya Lady Grey, ya? Aduh, lalu karpetnya bagaimana enaknya? Walaupun kotoran kucing sudah diangkat dan dibuang ke toilet (ini usulan Big Daddy Kevin, agar tidak ketahuan ada kotoran hewan di tempat sampah), bau yang menusuk tidak kunjung hilang, meskipun Chloe sudah menggosok karpet dengan tisu basah berkali-kali dan menyemprotkan pengharum ruangan yang aromanya lemon tajam.

Masih ada baunya, masih tercium juga sedikit. Chloe makin kebingungan, apakah harus jujur soal Lady Grey atau bermain kucing-kucingan dengan ayahnya agar Lady Grey selamat dan sentosa. Big Daddy Kevin sendiri dengan polosnya bercengkerama dengan Lady Grey yang sangat menyukai janggut panjang si pria tua.

"Eh, Big Daddy, elizabethan collar di leher Lady Grey mana? Kok sudah gak ada?"

"Oh, karton putih yang jelek itu? Sudah Big Daddy lepaskan, karena mengganggu si cantik ini. Lihat, dia begitu manis tanpa zabethan collar apa itu. Hehehehe."

"Bukan zabethan collar, Big Daddy, tapi elizabethan collar. Soalnya ada luka di kaki depannya Lady Grey. Jadi dia dipakaikan collar supaya tidak menjilat atau menggigiti lukanya sendiri." Chloe menjelaskan dengan manis.

"Maaf, Little Muffin. Big Daddy kurang tahu menahu soal kucing. Tapi si Little Tyke ini tidak menggigiti lukanya, kok. Dia cukup tahu diri. Anak baik dia itu." Big Daddy mengusap misai Lady Grey, si kucing seketika merapat ke janggut putihnya yang menjuntai.

Untungnya Big Daddy benar soal Lady Grey yang tahu diri. Si kucing tidak menggigiti perban di kakinya, dan pembalut luka yang terbebat masih utuh, dan Lady Grey agaknya tidak terganggu dengan lukanya. Si kucing bergerak lincah kian kemari, sementara Chloe kalang kabut mempersiapkan pasir kucing yang stoknya lumayan menipis. Sewaktu Kitten dibawa pergi, Chloe diam-diam menyembunyikan sekarung kecil pasir kucing, sementara sisanya dikembalikan paddy ke petshop dekat rumah mereka, dan uangnya diambil kembali oleh paddy yang kikir.

"Oh, ternyata kucing kalau mau buang air besar harus di pasir, ya? Lalu buang air kecilnya bagaimana?" Big Daddy melongo keheranan melihat pasir kucing dan bak pasir dalam kamar Chloe.

"Juga di bak pasir, Big Daddy. Hah? Tadi Lady Grey pipis di mana, ya?"

"Di lantai. Tapi sudah Big Daddy bersihkan dengan tisu. Urinnya cuma sedikit, mungkin dia kurang minum, ya."

Chloe and The Claus (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang