"Chloe!! Ya Tuhan, anak ini ... kamu ..."
Satu lagi kemajuan berarti di antara Chloe dan ayahnya, paddy. Baru kali ini, atau dengan kata lain ini pertama kalinya, ayah Chloe memanggil nama putrinya dengan jelas dan lantang. Biasanya, Chloe hanya dipanggil "eh" atau "hai", dan disebut "kamu" oleh ayahnya tersebut. Tak ada yang salah, sebetulnya, hanya saja Chloe ingin disapa namanya secara lengkap, menunjukkan ayahnya cinta dan menghargainya sebagai anak. Selama ini ia merasa sebagai outsider di rumahnya sendiri. Di rumah kontrakan ayahnya untuk tepatnya.
Gara-gara kotoran dan pasir kucing bekas, ulah Chloe memelihara Kitten diam-diam terungkap semua. Seandainya Chloe membuang sampahnya di tong sampah hijau, mungkin posisinya aman. Masalahnya, Chloe tidak terbiasa aturan di Negeri Paman Sam, yang membedakan jenis sampah berdasarkan warna tempat sampahnya. Tong sampah hijau untuk sampah umum, dan yang biru untuk sampah daur ulang, utamanya plastik, botol, dan kertas bekas atau kategorinya sampah kering. Alhasil Dinas Sanitasi menjatuhkan denda pada paddy yang rumahnya melanggar tata tertib pembuangan sampah dan memelihara hewan tanpa seizin dari landlord atau pemilik rumah sewaan.
"Pantas kadang-kadang ada bau aneh dan suara-suara kucing dari kamar ini. Kukira cuma perasaanku saja." Paddy dengan gempar membuka pintu kamar putrinya, benar saja, seekor kucing kecil gemuk pulas meringkuk di ranjang Chloe. Bak pasir kucing beserta tumpukan tuna kaleng mengonggok, berantakan, di sudut dekat jendela kamar.
Pintu kamar terempas lagi. Chloe melirik langit-langit rumah curiga, sepertinya ada cat plafon yang rontok sedikit oleh bantingan pintu, sekaligus ia enggan menatap ayahnya yang melotot lebar dan mukanya merah padam menyerupai kepiting rebus kematangan. Sungguh kurang enak dipandang wajah paddy kali ini. Habislah semuanya, masalah seratus dolar itu pasti ikut ketahuan, ratap Chloe pasrah.
"Chloe! Kamu tahu tidak, kalau memelihara hewan harus izin dulu ke pemilik rumah, dan kita harus bayar 20 dolar tiap bulan, tahu!"
"Pa ... Paddy ... so sorry ... aku tidak tahu ... aku cuma kasihan sama anak kucing ..."
"Kalau tidak tahu harus bertanya. Anak kecil tidak boleh diam-diam bertindak sendiri. Itu namanya lancang, kamu tahu tidak?"
Ucapan di atas bukan berasal dari paddy, ayah Chloe. Ibu Chloe yang mengucapkannya, ketika di hari Minggu Chloe mengizinkan seorang petugas PLN palsu masuk rumah dan ibunya yang pulas terbangun, lantaran petugas gadungan itu meminta "ongkos teknisi" sebesar seratus ribu rupiah. Keadaannya sama saja, Chloe lancang memutuskan memelihara Kitten tanpa bertanya pada ayahnya, dan bahkan membuat rumah mereka terkena denda beberapa ribu dolar.
"Goodbye, Kitten. Goodbye, my lovely cat. I love you so much. Ohohoho! So sorry!"
Kitten mengeong dengan sedih, memahami kesedihan hati nona pemiliknya, Chloe yang mengunci kamar tidurnya untuk berpamitan dengan kesayangannya. Beberapa kali terdengar seruan Chloe dan Chloe dari pintu kamar, itu Paddy yang mengetuk dengan buku-buku jari yang lecet. Mungkin sudah ketukan yang kesekian seratus kali, tapi Chloe tak kunjung siap melepas kepergian Kitten untuk selamanya. Dasar Paddy jahat dan egois, Chloe mulai berpikir buruk soal ayahnya.
Hukuman bagi anak pembohong, menurut paddy, seharusnya lebih berat dari membuang benda kesayangannya saja. Namun, menimbang Chloe tidak tahu menahu dan masih kecil usianya, lagipula ia menolong hewan kecil yang terlantar, maka paddy melunakkan sikapnya, dan uang saku Chloe tidak dipotong dari lima dolar setiap harinya. Malang bagi Chloe, Kitten terpaksa harus diserahkan pada orang lain untuk dipelihara.
"Chloe! Sekali lagi kamu ..."
Tangan paddy sudah teracung hendak menggedor pintu kamar, ketika daun pintu terkuak sedikit sedikit, tampak Chloe dengan matanya yang basah, sembab, dan kemerahan. Sambil menahan isak sedih, Chloe mengajukan penawaran terakhir pada sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chloe and The Claus (FIN)
General FictionChloe Noella, gadis kecil yang mencintai Natal, mesti pindah ke Honolulu sejak ibunya dipenjara atas tuduhan penipuan. Terpaksa Chloe tinggal bersama ayahnya yang sibuk dan tak punya semangat Natal, hingga hari-hari membosankan berakhir sejak seoran...