Waikiki's Pink Palace (4)

20 6 0
                                    

Chloe menyukai warna merah, baginya warna Natal itu tak tergantikan kecantikannya, maka tak sulit baginya jatuh hati pada warna merah muda, pink sebutannya dalam bahasa Inggris, apalagi bila sebuah istana merah jambu dan raksasa menjulang di antara pasir Waikiki yang berwarna bersih. Rasanya seperti melihat rumah boneka plastik yang panoramanya menakjubkan!

Namun, istana yang disaksikan Chloe bukan rumah boneka, melainkan gedung hotel yang dindingnya serba merah muda. Royal Hawaiian Resort, dijuluki "The Pink Palace of the Pacific", dan menurut Auntie Hailey, pemilik alat musik band sewaan, fasad atau muka bangunan hotel dibuat dengan teknik stuko, material yang terbuat dari tumbukan batu, pasir, dan air. Bahan stuko biasanya ditemukan di situs candi, dan Chloe pun terkenang Candi Prambanan dan Candi Borobudur di tanah airnya, Indonesia.

Uncle Hailey menimpali, gaya arsitektur hotel lain daripada yang lain, karena mengadopsi arsitektur gaya Spanyol, terinspirasi aktor legendaris Rudolph Valentino dan film berlatar Arab dan padang pasir. Chloe suka nama Rudolph, karena teringat nama rusa kutub Papa Noel. Alhasil Chloe jatuh cinta pada pasir pantai dan lautannya yang tak bertepi.

Cuma ada enam lantai pada hotel istana pink pantai ini, dan di Jakarta Chloe jenuh memantau pencakar langit yang jumlah lantainya puluhan - bahkan ada yang mendekati tingkat keseratus - gedung-gedung yang dilihatnya dalam perjalanan karyawisata setahun tiga kali sekolahnya. Namun, keistimewaan gedung ini tak terlukiskan buat Chloe, entah karena bentuk bangunannya atau warna dindingnya yang manis, Chloe jatuh cinta pada hotel tersebut, jauh melebihi cintanya pada Waikiki, pasir pantai krem. Bahkan lebih cinta dari nyiur melambai serta buah kelapanya yang menyegarkan. Betul-betul lupa waktu, Chloe menuruti saja Amabel menjelajahi sepanjang senja dan keriaannya.

Sebuah toko suvenir yang unik menyediakan kartu pos dari buah kelapa yang dihias markers permanen, harganya murah, tujuh puluh sen bila kamu menghias sendiri buah kelapa yang polos, dan 1,2 dolar bila membeli kelapa hias yang sudah jadi. Lalu ditambah ongkos kirim sesuai alamat tujuan, kartu pos kelapa itu akan disampaikan oleh gift shop ke tujuannya, melalui layanan kantor pos terdekat.

Konon, kabarnya, tradisi mengeposkan buah kelapa bercat dimulai pada tahun 1991, pemrakarsanya Hoolehua Post Office di Pulau Moloka'i, dalam rangka program Post-A-Nut untuk menyukseskan penggalakan pariwisata di Hawaii. Bapak pemilik toko suvenir berkisah penuh semangat, mimiknya lucu dan bajunya kemeja aloha corak merah menyala dan hijau ngejreng. Chloe menyukai semua ceritanya, juga tentang pasir pantai Waikiki yang didatangkan dari tiga sunber, Waimea Bay Beach, pasir dari luar kota Kahuku, dan dari Papohaku Beach di pulau Moloka'i.

Moloka'i nama yang mengingatkan Chloe pada Leilani Alana, yang ibu dari neneknya digosipkan menderita lepra dan dibuang ke Moloka'i masa dahulu. Tahulah Chloe hari ini, Moloka'i adalah salah satu pulau Kepulauan Hawaii, terbesar kelima dan nomor lima terpadat populasinya, disebut sebagai Pulau yang Ramah Tamah dan simbolnya kembang kukui yang merupakan bunga dari kemiri ataupun tanaman candlenut.

Amabel sudah mengenal lingkungan Waikiki seakan rumahnya di sana sepanjang hidupnya. Chloe sesekali mencoba pasir pantai dengan kaki telanjangnya, dan terasa pasir di Waikiki sangat bersih, empuk, dan tidak dingin. Bau pantainya enak, sesegar pantai Anyer dan pantai Ancol - mungkin seluruh pantai di dunia juga berbau demikian - namun yang pasti tidak berbau besi dan plastik usang seperti yang tercium dalam mobil van milik Uncle dan Auntie Hailey.

"Bau pantai itu seperti apa, ya?" Amabel menghirup napasnya dalam-dalam dan mengembuskannya selama yang ia bisa.

"Ya, seperti ini." Chloe membentangkan lengan dan mencontoh Amabel mengisap udara pantai yang aromanya amat sedap.

Aroma segar yang bercampur bau garam sangat khas dan semua orang menyebutnya bau lautan. Sulit melukiskan nama baunya, dan seberapa harumnya laut, walaupun kreator parfum berlomba-lomba membotolkan aroma laut dalam botol minyak wanginya, tetap saja sulit mencontohnya. Bau itu ciptaan Tuhan, pikir Chloe takjub, dan nanti ia akan menanyakan pada orang dewasa yang pintar, bau laut itu berasal dari mana, garam air laut atau pasir pantainya yang membentang di bawah kakinya sekarang?

Chloe and The Claus (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang