Krampus and The Claus (17)

16 5 0
                                    

Chloe merasa, pelajaran seni peran atau kelas akting pasti paling sulit di seluruh dunia. Para aktor dan aktris adalah otak-otak genius yang susah dicari tandingannya. Berakting dalam keseharian saja tidak mudah. Misalnya berpura-pura tidak curiga pada orang-orang serumahmu. Berlagak tidak tahu apa-apa juga susah setengah mati, karena Chloe dasarnya sulit menutupi kegelisahan hatinya, tercermin pada gerak-gerik kagoknya yang belingsatan.

Aroma saus tabasco dan warnanya yang pekat saja mengingatkan Chloe pada darah, berlebihan memang, dan dalam bayangannya, mata paddy yang bila melirik agak sedikit juling menyimpan rasa bersalah mendalam, namun dipendam saja dalam hati, lagi sikap paddy yang mendadak lebih manis dan lebih bersahabat seperti menutup-nutupi hal kurang wajar.

Kesempatan Chloe mengamati ayahnya lebih teliti hanya saat santap malam. Maka di meja makan, Chloe tidak membuang kesempatan mencecar ayahnya, mumpung Big Daddy Kevin tumben-tumbenan jadi lebih pendiam.

"Paddy, Paddy bisa bahasa Hawaii, tidak?" Chloe sengaja berbicara riang agar kegugupannya berkurang.

"Tidak terlalu bisa. Paddy baru sembilan tahun di sini, dan selalu bicara bahasa Inggris di ... eh, itu, di tempat kerja. Memangnya kamu kesulitan pelajaran bahasa Hawaii?"

"Ya, begitulah, Paddy. Tidak kesulitan sekali, sih. Cuma tanya saja, siapa tahu Paddy bisa bantu mengerjakan PR."

"Kalau kesulitan, kamu jangan malu-malu tanya ke gurumu. Anggap mereka orangtuamu di sekolah. Malu bertanya sesat di jalan, kata pepatah." Paddy melancarkan jurus nasihat sama persis dengan ibu Chloe dulu, di Jakarta.

"Yes, Paddy, I know."

"Hohoho, Little Muffin, belajar bahasa asing itu paling gampang pakai lagu. Mau nanti Big Daddy ajarkan lagu-lagu bahasa Hawaii? Nanti, ya, setelah selesai makan, Little Muffin." Big Daddy Kevin menimbrung dengan garpunya yang teracung.

"Yes, Big Daddy, thank you!" Chloe menyahut sukacita, karena menyanyi adalah satu kegiatan favoritnya.

Chloe tidak tahu, dua orang dewasa di sisinya ini berakting ataukah tidak, apakah mereka diam-diam menyimpan keresahan yang tak dikatakan, karena dunia dewasa terkadang sandiwara yang tak dimengerti anak seperti Chloe, kecuali dalam hati kecilnya ia tahu, Paddy ayahnya tidaklah jahat dan pasti punya alasan kuat andaipun berbuat kesalahan besar. Chloe sendiri merasa bersalah gara-gara seratus dolar terkutuk itu. Dalam hal ini, mungkin ia dan ayahnya sama-sama impas.

Sehabis makan malam, Big Daddy Kevin tidak buang-buang waktu dan segera bernyanyi riang, sesuai janjinya pada Chloe, the Little Muffin kesayangannya.

E nâ hoa kamali'i,
E a 'o mai kâkou
I pa 'ana 'au ka piâpâ
'Â, 'ê, 'î, 'ô, 'û
Hê, kê, lâ, mû, nû
'O pî me wê nâ panina
O ka pîâpâ

"Artinya apa ya, Big Daddy?" Chloe sudah menyimak baik-baik, tapi bahasa Hawaii yang dilagukan sulit ditangkap, tidak seperti bahasa lisan dan tulisan yang masih dimengerti Chloe, meskipun minim sekali.

"Begini artinya, o fellow children, let us learn together, till we've memorized the alphabet. A, e, i, o, u, h, k, l, m, n, p, and w are the last two of the alphabet." Big Daddy bersenandung. "Bagaimana, belajar bahasa Hawaii lewat lagu jadi terasa gampang, kan?" Ia meneruskan dengan kekehnya yang periang.

"Ada lagu lain lagi gak, Big Daddy? Ajarkan, dong."

"Baiklah, Chloe Little Muffin. Hati-hati jangan tertidur kalau dengar lagu ini. Eeehhmmm." Big Daddy Kevin mendeham panjang, berusaha semerdu mungkin dengan suara seraknya menyanyi.

Pupu hinuhinu,
Pupu hinuhinu e
O ke kahakai kahakai e
Pupu hinuhinu e

Pupu hinuhinu
Pupu hinuhinu e
E lohe kakou e
Pupu hinuhinu e

Chloe and The Claus (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang