Big Daddy and The Little Muffin (7)

20 4 0
                                    

Kata orang, meracau itu hak khususnya orang-orang kecil. Oh, maaf, sekadar mengoreksi sedikit, maksudnya hak khususnya anak-anak kecil. Pasalnya bahasa Indonesia, bahasa kita yang tercinta "melarang" penggunaan kata "orang kecil" untuk menyebut anak-anak di bawah umur seperti Chloe, Amabel, Leilani, Benjamin, dan kawan-kawan sekolah dasar lainnya. Alasannya kenapa kira-kira?

Ya, agaknya karena orang-orang kecil konotasinya orang-orang "ya seperti itulah". Orang-orang kecil yang disepelekan oleh orang-orang besar, karena orang-orang besar yang dimaksudkan dalam bahasa Indonesia yakni mereka-mereka yang mempunyai kuasa, bukan artinya berusia dewasa seperti halnya ayah Chloe, ibunya Chloe, guru-gurunya Chloe, Pak Kepsek Willowy, bapak tukang pos, ataupun tamu berjanggut uban yang satu ini.

"Santa Claus!" Chloe memekik takjub. Sepertinya ia meracau, dan itu tidak salah karena ia toh cuma anak kecil.

"Hohoho. Anakmu sungguh menakjubkan, ya. Bisa kelihatan dia putri yang sangat cerdas." Si kakek berjanggut panjang menoleh pada ayah Chloe yang mencoba tersenyum lebar.

Paddy? Rupanya paddy pulang bersama Bapak Sinterklas bersama-sama? Mana mungkin bisa? Keajaiban dunia nomor delapan bila ayah Chloe yang pelit dan sibuk sempat-sempatnya berjumpa dengan Santa Claus. Chloe mengucek matanya sekali lagi, perlahan-lahan menegaskan pandangannya. Eh, benar-benar ada paddy di sisi pria manula yang hohoho tawanya dan berpakaian jubah merah. Namun, kok sepertinya ada yang kurang cocok di sini. Ah, Sinterklas yang mampir di rumah Chloe tampak kurus, dari baju mantelnya yang kedodoran sampai mata kaki dan alas kakinya berupa sandal flip-flop yang kebesaran satu dua ukuran dari kakinya yang kerempeng.

Chloe tidak tahu istilah yang tepat untuk kaki yang kurus. Sebutlah itu kaki kerempeng, karena kaki Sinterklas tamu Chloe ini kurus kering dan tulang-tulangnya bertonjolan. Chloe juga tidak tahu apakah karena jarak Kutub Utara ke Honolulu terlalu jauh atau perjalanannya susah payah, sampai-sampai seorang Santa Claus yang gemuk menyusut, atau mungkin iklim Hawaii terlalu panas dan menguras keringat, karena katanya bobot tubuhmu berkurang jauh bila kamu kehilangan banyak keringat?

"Are you the Santa Claus?" Chloe mencoba beraksen Inggris Amerika semampunya, setidaknya bahasa Inggrisnya harus kedengaran bagus di telinga Sinterklas.

"Nope. Bukan. Namaku Kevin, Little Muffin, anak manis. Oh ya, siapa namamu kalau boleh tahu?"

"Chloe Noella, Sir. Are you really not the Santa Claus?"

"Hohoho, Little Muffin. Kalau betul aku Sinterklas, kamu jadi Rudolph saja, temanku yang setia dari antah berantah, mau tidak? Ah, bukan main. Anak ini cerdas dan banyak tahu, ya. Little kids nowadays. Rasanya baru kemarin aku muda dan segar bugar. So, lihat diriku kini! Aku sudah tua dan anak-anak sekarang malah lebih tua lagi pikirannya."

Rasanya Chloe sulit mengerti, apa maksudnya sih "berpikiran lebih tua". Yang menakjubkan baginya, tamu ayahnya yang berparas mirip Sinterklas tapi kurus bukan main ini terlihat lapar tak kepalang dan santap malam ini berbeda dari kebiasaan lama mereka. Meja makan yang hening jadi hiruk pikuk, salah satunya. Bila hanya Chloe dan ayahnya yang bersantap, tak ada percakapan berarti karena paddy tak suka berbicara saat makan. Namun, Kakek Kevin yang disapa Big Daddy oleh Chloe mengunyah dengan riuh tanpa malu-malu, menyeruput kuah chicken longrice bersemangat tanpa henti dan ... astaga ... saus tabasco yang dituangkannya seakan menenggelamkan seisi piringnya, dan Chloe terbelalak menyaksikan porsi dan kecepatan makan si kakek melampaui manusia umumnya.

Si Kakek Kevin ini pasti sudah lama gak makan. Lihat kalap betul dia melahap semua menu di meja. Loco moco, lomi salmon, lau lau, poke, anchovy goreng, omelette, pipi kaula, dan terakhir haupia, makanan puding kelapa segi empat yang baru pertama kali dicicipi Chloe. Sebagian besar menu-menu enak ini dibeli paddy di restoran. Pasti sudah direncanakan untuk menjamu kakek antik yang sedari tadi meracau, walaupun pengakuannya ia bukan seorang Santa Claus apalagi Papa Noel.

Chloe and The Claus (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang