Snowball Little (14)

16 4 0
                                    

"Big Daddy, Suriah itu bukan negeri bersalju, kan?"

"Hohoho. Kamu harus lebih teliti lagi membaca surat, Little Muffin. Temanmu kan sudah kasih isyarat ada sedikit salju di negerinya. Coba kamu lihat nama-nama dalam surat itu."

"Oh, yang ini, Big Daddy? Snowball Little?"

"Betul, yang mana lagi? Pasti ada alasan kenapa ibu temanmu membuatkan boneka salju dari kain bekas, kan?"

"Tapi, Big Daddy, dulu teman saya di Jakarta punya anjing putih yang bulunya keriting, namanya Snowy deh kalo gak salah, padahal Jakarta kan gak ada saljunya?"

"Hm, hm, tidak, tidak. Suriah itu mengenal salju. Terutama tahun 2016, turun salju lebat di Aleppo, terutama di timur kota itu yang terdampak paling parah. Memang tidak setiap tahun salju turun dengan lebat, Little Muffin. Di Damaskus, ibu kota Suriah, rata-rata salju di bulan Desember cuma turun empat hari, di bulan Januari lima hari, di bulan Februari dua hari saja."

"Wah, bagaimana Big Daddy tahu semuanya? Emangnya Big Daddy pernah jalan-jalan ke Suriah?" Chloe bertanya dengan kagum.

"Ohohoho. Di abad secanggih ini, sulit untuk tidak tahu segalanya, Little Muffin."

"Big Daddy punya ponsel pintar, ya? Boleh dong pinjam lihat sedikit, Big Daddy." Chloe setengah memohon pada kakeknya.

"Hm, hm, hm. Kalaupun Big Daddy punya, kamu baru boleh pegang gawai nanti, waktu usiamu sudah dua belas tahun, my dear."

Dua belas tahun. Artinya itulah usia Sunflower Moon di Suriah, yang menganggap dirinya dewasa terlampau cepat disebabkan peperangan. Big Daddy Kevin menjelaskan isi surat si gadis yang bergumul dengan perang di negeri tumpah darahnya, dan pertumpahan darah mengisi keseharian rakyat negeri yang mulanya makmur dan damai sentosa tersebut. Chloe pun paham, Tiger Rose, sahabat terbaik Sunflower Moon terenggut nyawanya oleh kekejaman pertikaian perang. Aku tahu dia sudah menemukan dunia yang lebih baik, ujar Sunflower Moon dalam suratnya.

Chloe sendiri seperti pengungsi dari jauh. Sebagai murid pindahan dari Indonesia, mulanya ia serba terkaget-kaget dengan tata tertib dan jam pelajaran yang berbeda dari sekolahnya di Jakarta. Walaupun tidak dikucilkan dan punya beberapa teman akrab - termasuk Amabel kakak kelasnya dari 6th grade - juga punya guru kesayangan baru yang namanya Miss Hamilton, Chloe punya perasaan ia terkucil di belakang kelasnya, menyendiri. Sementara lingkungan sekolah sekelilingnya bergegas-gegas, Chloe yang bergeming pun jauh terbelakang tertinggal, sekalipun bahasa Inggrisnya lumayan memadai untuk ukuran murid anak imigran.

Baiklah, putus Chloe. Ia sudah tahu harus menulis apa dalam surat balasannya. Ini kisah tentang seorang siswa yang mengelana jauh dari negerinya, mengira akhirnya ia akan tahu salju itu seperti apa kira-kira, namun nyatanya tidak ada salju di Hawaii, kecuali di puncak gunung berapi Mauna Loa, Mauna Kea, dan Haleakala. Menurut seorang guru Chloe, di ketinggian melewati sepuluh ribu kaki, barulah ada salju di Hawaii, seperti halnya salju di Indonesia cuma ada di puncak gunung Jayawijaya, Papua, yang saljunya abadi.

Dear Sunflower Moon,

Namaku Little Muffin. Dear me, aku suka sekali isi suratmu walaupun ada beberapa bagian yang tak aku mengerti. Aku dari Honolulu, Hawaii, beribu-ribu kilometer jauhnya dari tanah air yang kukenal sejak kecil. Sejak ibuku berhalangan mengasuhku, aku dibawa ayahku pindah ke negeri ini, dan kadang aku merasa sebagai anak pengungsi yang malang, dan jujur aku malu karena kamu begitu tegar dalam penderitaan perang dan kekuranganmu.

Aku selalu merindukan Natal, bola salju, Sinterklas, Rudolph si rusa kutub bermoncong merah, dan pohon terang yang bungkusan kadonya banyak dan besar-besar di bawahnya. Tapi tidak ada salju di Honolulu, dan aku bisa bayangkan rasa cintamu pada Snowball Little dan mungkin kamu di Aleppo kangen bermain salju sebebas seperti ayah ibumu dulu di masa kecil mereka.

Chloe and The Claus (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang