Dear Santa and The Merry Song (23)

19 5 0
                                    

Suara "miaw" yang tajam berdenging sekali lagi. Big Daddy merogoh saku kemeja Hawaii-nya, lantas terbahak keras-keras.

"Astaga! Itu alarm ponselku yang berbunyi. Memang sengaja aku pilih suara kucing, karena kedengarannya merdu sekali. Lihat, young man, zaman sekarang ponsel setua ini sudah karatan semua. Tapi punyaku masih bisa menyala alarmnya. Hebat, kan?"

Sebentuk ponsel kecil keperakan, begitu kecil hingga Chloe mengira itu sejenis rokok elektrik atau vape (seingat Chloe ibunya sering mengisap benda kecil bau mentol, yang ternyata sama bahayanya dengan rokok biasa), kebetulan berdering "meow meow" nyaring, mengalahkan keseruan "miaw miaw" dari si Lady Grey di kamar Chloe. Lagi-lagi kebetulan, begitu alarm ponsel antik dinonaktifkan, si kucing manja juga menyetop "nyanyiannya" dan terdiam. Bisa diajak kerjasama juga dia, Chloe membatin plong.

"Chloe." Paddy berseru tajam meskipun tidak keras. Chloe menegang seketika, menanti hukuman paddy karena ia ketahuan punya sahabat pena dari Po Box Hohoho Club.

"Yes, Paddy?" Chloe berusaha mengatur suaranya selugu mungkin.

"Kamu ambil suratmu dari rumah Madame Song. Sekarang, ya. Jangan sampai merepotkan tetangga mengantar surat buat kita." Paddy mengeluarkan perintahnya, tak berkompromi.

Mau tak mau Chloe menuruti ayahnya, karena kebetulan malam belum larut dan baru pukul 7 lebih waktu Honolulu, Hawaii. Sambil menyusuri pekarangan depan rumahnya, Chloe berpikir soal waktu di Jakarta, yang sudah dihafalnya mati, berbeda 17 jam lebih cepat dari waktu di Honolulu, Hawaii. Sekarang di Jakarta sudah hari Selasa pukul 12 an siang, sementara di rumah Chloe hari masih Senin di malam hari, dan pastilah sekolahnya di pinggiran Jakarta dulu baru masuk jam pelajaran yang terakhir. Ah, waktu di dunia memang lucu sekali, ya.

Semestinya Chloe bersukacita karena surat untuk Sunflower Moon sampai dengan selamat ke tujuannya, dan kini surat si gadis Suriah menanti balasan dari Chloe. Syukurlah si gadis tak kekurangan suatu apa, meski terdengar berita-berita ngeri dari negeri bersejarah tua dan dulunya cukup kaya itu. Ibu kota Suriah di Damaskus, tapi Sunflower Moon bermukim di Aleppo, entah berapa jam perbedaan waktu antara Honolulu ke Aleppo, Chloe belum sempat mencari tahu.

Rumah Madame Song di seberang mereka amat gelap, seperti rumah angker yang tak dihuni seorang pun, padahal suami istri Song paruh baya tak pernah pergi dari rumah mereka. Keturunan Korea dan memeluk agama Buddha, dengar-dengar dulunya Madame Song seorang Katolik yang taat. Mungkin semasa masih kecil Madame Song juga percaya pada Sinterklas. Chloe bergidik dengan segan, karena tampang Madame Song amat masam, sekecut lemon setengah matang, dan perawakannya tinggi sekali. Tak ubahnya scarecrow atau orang-orangan compang-camping yang menghalau kawanan gagak pencuri dari ladang jagung.

Sepertinya seekor gagak melintas dekat, terbangnya amat rendah. Chloe memejam separuh mata, berharap tidak melihat yang bukan-bukan karena imajinasinya liar. Rasanya lama sekali menyeberangi jalan tak terlampau lebar yang jarang dilintasi kendaraan, di depan rumah mereka, menuju rumah Madame Song yang seram keadaan luarnya. Lalu tiba-tiba seorang gadis cilik melintas dari arah berlawanan, agaknya tidak menyadari Chloe melambai kepadanya.

Itu Merry, anaknya Bu Kim yang menuduh paddy-nya menculik lansia bernama Mister Calvin. Walaupun Chloe tak terlalu suka padanya, demi kesopanan ia tetap menyapa dengan lambaian tangan. Sayang, Merry berjalan lurus terus dan menunduk, hingga Chloe terluput dari matanya. Kok sepertinya dia baru pulang dari rumah Madame Song, pikir Chloe heran. Untuk apa, ya?

Mengayun langkahnya yang berat, Chloe sampai juga di muka pagar Madame Song. Bel pintu bergemerincing riuh, dan sebentuk kepala menyibak tirai jendela depan, lalu terdengar teriakan ketus. Ya, tunggu sebentar. Selang beberapa detik kemudian, Madame Song menghampiri pagarnya, membawakan sehelai amplop putih, dan menyerahkan pada Chloe dengan cemberut. Merepotkan saja, bahasa tubuhnya seakan berkata demikian. Chloe berterima kasih dua kali tapi tidak dibalas oleh Madame Song yang berbaju tidur satin dan segera berpaling dan pergi.

Chloe and The Claus (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang