"Hohoho. Little Muffin, aku belum sempat terima kasih ke ayahmu. Dia sangat baik, ya. Ah, utang budi memang tidak gampang dibayar, tapi sangat bahagia sekali bila manusia punya kasih pada sesamanya. Kalau tidak mana mungkin kita jodoh di sini, kan? Itulah makna kasih, Little Muffin."
Bukan main, pikir Chloe gempar. Rupanya ulah paddy sebab musababnya, mengapa kemeja aloha kini melekat di tubuh kurus kakek barunya, lengkap dengan celana rumahan ngutung yang tadinya dimaksudkan celana panjang santai. Kemungkinan besar itu punyanya Paddy dulu, yang sudah tak terpakai dan dihibahkan ke kakek tunawisma yang mengaku sebagai Kevin, dalam anggapan Chloe, ia mirip sekali Sinterklas kerempeng sekaligus figur kakek yang ramah menyenangkan.
Chloe pun sibuk bermain mata. Bukan kata kiasan maksudnya. Mata Chloe sibuk beralih antara paddy lalu ke Big Daddy-nya. Apakah mereka nampak sedang mempermainkan dirinya? Nyatanya mereka nampak serius seratus persen dan tak seperti menyiapkan prank aneh-aneh atau kejutan konyol untuk dirinya. Herannya kenapa paddy tidak merasa heran mendapati tiga helai baju baru di atas ranjangnya?
Big Daddy Kevin masih sama gembulnya dengan yang sudah-sudah. Saus Tabasco-nya masih menenggelamkan seisi piring, berlebihan porsinya, sampai-sampai si kakek tak sadar saus merah itu menodai janggut ubannya, karena mulutnya sibuk bicara juga sibuk menyantap makanannya. Akhirnya Chloe turun tangan dengan tisu kasar. Ia tahu ini kualitas paling murahan dan paddy selalu memborong satu bal berisi 25 bungkus demi potongan diskon.
"Oh, thank you for your kindness, Little Muffin. Baik sekali kamu. Ah, alangkah baiknya bila janggutku ini masih cokelat seperti dulu. Hohohoho."
"You're welcome, Big Daddy." Sahut Chloe dengan manis.
Mengangguk-angguk merasa puas, Big Daddy Kevin meneruskan santapannya, lebih serius dan lahap dari yang sudah-sudah, dan terus minta tambah seakan perutnya belum terisi apa-apa sejak tadi. Chloe cuma memperhatikan kemeja aloha merah marun yang waktu itu dipuji Amabel, katanya selera fashion Chloe amat bagus dan bergaya. Chloe sibuk berandai-andai, di tubuh paddy yang lebih berisi dan berperut bundar sedikit, akankah kemeja itu terlihat sama bagusnya dan sama kerennya?
Beralih pada paddy, yang bersangkutan makan malam dengan muram meski tidak cemberut dan bahkan memaksakan senyum simpul pada kedua teman semejanya. Chloe juga memperhatikan diam-diam, sepasang mata ayahnya memang kesannya juling, hanya sedikit bila ia melirik ke arah tertentu, persis seperti pengakuan ibu Chloe bahwa julingnya diturunkan dari ayahnya, dan memang raut muka ayahnya dengan garis serba tumpul menyerupai benar dengan Chloe. Apel memang tak jatuh jauh dari pohonnya.
Hehehe. Terbalik. Aku yang mirip ayahku, bukan ayah yang mirip dengan anaknya. Syukurlah, sekarang aku yakin benar, paddy memang ayah kandungku, meski kami tidak saling kontak sebelum ini. Chloe membatin dengan hati lega.
"Dear Sir, ini pipi kaula sudah kupotong kecil-kecil, supaya aman ditelan. Memang kenyal sekali teksturnya." Ayah Chloe menuding sepiring menu dendeng sapi ala Hawaii, yang kering di luar tetapi renyah dan juicy di dalamnya.
"Ah, aku makin tak enak merepotkan. Young man, kamu benar-benar sungguh hati, ya. Salut aku padamu. Thank you again."
Entah apakah karena paddy tak sengaja mencampurkan saus tabasco di menu dendengnya atau bagaimana, Chloe melihat semu merah di raut ayahnya, dan ia tak tahu ayahnya agak pemalu menerima pujian orang lain. Lagi-lagi serupa dengan Chloe yang jengah dengan sanjungan berlebihan, kemiripan paddy dengan putrinya ini makin terlihat menonjol tiba-tiba.
Mereka, ayah dan putrinya, juga saling menyerupai dalam satu hal. Dalam menyimpan rahasia di hati masing-masing, karena malam harinya, Chloe tergerak menyingkap kaleng biskuit Paddington Bear yang diyakininya milik sang ayah dari masa mudanya dahulu. Ya, memang ayah Chloe sekarang pun belum tua. Sebelum bertemu ayahnya langsung, Chloe membayangkan sosok ayah itu setengah tua, paruh baya maksudnya, berberewok tebal, dan sosoknya lumayan gempal. Pembawaannya ramah, riang, suka bermain, dan jago dalam berhumor konyol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chloe and The Claus (FIN)
General FictionChloe Noella, gadis kecil yang mencintai Natal, mesti pindah ke Honolulu sejak ibunya dipenjara atas tuduhan penipuan. Terpaksa Chloe tinggal bersama ayahnya yang sibuk dan tak punya semangat Natal, hingga hari-hari membosankan berakhir sejak seoran...