Chloe tadinya berharap, Miss Hamilton melihat perbuatan Amabel dan berkomentar sesuatu. Nyatanya si guru muda diam saja, agaknya memang tidak melihat, juga tidak menaruh curiga meskipun tingkah laku belingsatan sulit ditutupi Amabel. Akhirnya Chloe ikutan menutup sebelah mata, ini kata kiasan, karena sesungguhnya Chloe justru membuka kedua mata lebar-lebar, menunggu tindakan selanjutnya dari Amabel, yang kemudian perlahan-lahan memasukkan benda asing dalam genggamannya ke dalam saku jeans biru donker-nya.
"Uang seratus dolar ini jatuh di lantai. Artinya Finders Keepers, siapa pun yang ketemu dialah pemilik barunya." Chloe terngiang perkataaan Amabel tempo hari, sebelum uang kertas yang lumayan berharga, seratus dolar, masuk dalam saku jeans-nya.
Namun tadi jelas-jelas tidak ada uang yang jatuh, karena Amabel hanya membungkuk pada turis Jepang yang ditubruknya, namun ia tidak memungut sesuatu. Lalu kenapa si gadis pirang ikal jadi punya sesuatu di tangannya sejak tabrakan terjadi, seakan seperti permainan sulap bermodalkan cukup simsalabim abrakadabra?
Perhatian Chloe kemudian tercuri oleh "hiruk-pikuk" suvenir lucu di Swap Meet, pasar kaget serba ada yang serba mengagetkan dengan koleksinya yang komplit, seakan pasar tanpa atap ini menjelma gedung mal outdoor dengan harga-harganya yang tak masuk akal saking miringnya. Kemeja Aloha lima dolar juga ada, padahal ukurannya untuk dewasa. Print-nya memang merah norak, tapi terlihat lumayan untuk dijadikan cenderamata. Chloe pun resah berpikir soal kemeja paddy, kemeja Hawaii tiga helai yang belum diserahkan pada yang bersangkutan karena was-was. Apalagi uang untuk membeli kemeja itu bukan uang yang menjadi haknya. Istilahnya uang itu bukan uang yang halal dalam pemikiran lugu Chloe.
"Miss, lihat, ada dream catcher unicorn, warnanya pink dan lucu sekali!" Amabel berteriak gemas, dan mereka bertiga menghampiri stan suvenir yang menjajakan genta angin dan dream catcher aneka macam.
Menurut penjualnya, dream catcher dengan hiasan unicorn pink yang berlari di awan termasuk produk clearance sale atau cuci gudang, harganya cukup sepuluh dolar dan bisa ditawar. Bentuk dream catcher berupa lingkaran berjaring yang dihiasi bulu unggas, sebagai tambahannya di tengah jaring melekat figur unicorn pink di atas awan putih yang bahannya keramik halus. Bulu-bulu unggasnya juga unik, bercampur satu dan dua dengan bulu merak putih dan sisanya sepertinya terbuat dari bulu angsa putih berleher panjang. Tanda mata khas Indian yang memperlihatkan, bangsa Hawaii juga terbuka terhadap kebudayaan asing dan memasukkan hal positif dari luar sebagai bagian kearifan lokal mereka. Ini seperti Indonesia, pikir Chloe semringah.
Miss Hamilton berkisah bahwa dream catcher pertama kali dibuat oleh suku Ojibwe, penduduk asli Amerika Serikat yang disebut Indian. Fungsinya untuk menangkap mimpi buruk agar tidak menghantui tidur dan sebagai gantinya meneruskan mimpi indah yang menenteramkan jiwa. Penyaring mimpi, demikian makna sebuah dream catcher, karena bagi suku Indian, mimpi menunjukkan peristiwa masa depan suatu individu. Mimpi baik akan membawakan hal baik, sebaliknya mimpi buruk menghalangi seseorang mencapai impian dan tujuannya.
Secara mengejutkan Amabel menawar harga dream catcher unicorn, dan akhirnya membelinya seharga sembilan dolar. Belum habis kekagetan Chloe, temannya itu menyerahkan benda itu kepadanya. "Ini untukmu, Chloe. Hadiah buatmu. Kamu simpan saja, aku sudah punya satu di rumah."
Wah, mungkin bagi Amabel, harga sembilan dolar bukanlah apa-apa. Namun, bagi anak imigran seperti Chloe, sembilan dolar itu uang sakunya selama hampir dua hari, dan paddy yang kikir bukan main takkan mungkin membeli dekorasi tak bermanfaat meskipun murah dan bentuknya cantik sekalipun. Ingin menolak, tapi Chloe terlanjur suka dengan unicorn pink dan untaian bulu-bulu putih dream catcher, maka dengan gembira ia berterima kasih pada Amabel yang memasang senyum penuh makna.
"Eh, Chloe, kamu tidak melihat peristiwa tadi, kan?" Memastikan Miss Hamilton tidak menguping, Amabel berbisik rapat di telinga Chloe.
"Peristiwa tadi apa?" Chloe melipat kening tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chloe and The Claus (FIN)
General FictionChloe Noella, gadis kecil yang mencintai Natal, mesti pindah ke Honolulu sejak ibunya dipenjara atas tuduhan penipuan. Terpaksa Chloe tinggal bersama ayahnya yang sibuk dan tak punya semangat Natal, hingga hari-hari membosankan berakhir sejak seoran...