Starla baru selesai mandi, gadis itu mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Dia tersenyum bangga melihat piala yang ia taruh di lemari kaca yang sebelumnya kosong kini telah terisi oleh satu piala itu. Piala pertamanya. Piala itu akan menjadi kenang-kenangan yang akan selalu Starla ingat nantinya.
Starla berjalan keluar kamar. Gadis itu rencananya akan makan. Sebelumnya Starla melewati kamar Virga dan melongoknya dari luar tapi pemuda itu tak ada di kamarnya entah kemana. Starla menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar Mars. Ia buka pintu itu pelan.
Mars sedang tertidur. Namun saat Starla akan menutup kembali pintunya dia malah mendengar suara rintihan seseorang. Starla berjalan mengendap ke dalam kamar Mars. Dia mendekatkan tubuhnya ke arah Mars yang sedang tertidur. Lelaki itu bergumam dalam tidurnya juga beberapa kali merintih.
"Omah." Rintih Mars mengigau. Lelaki itu menangis dalam tidurnya.
Starla menyentuh dahi Mars, merasakan suhu panas yang cukup tinggi disana. Starla mengguncang-guncang tubuh Mars bermaksud membangunkan. Namun lelaki itu hanya membuka sedikit matanya lalu lanjut tertidur.
Starla berlari ke luar kamar untuk mengambil kompresan Serta obat-obatan. Lalu tak lama kembali lagi. Gadis itu mengusap peluh yang ada di dahi Mars dengan sapu tangannya. Kemudian mulai mengompres dahi lelaki itu dengan handuk kecil.
Dia terus merintih memanggil nama Carina membuat hati Starla tercabik. Mars pasti terlalu lelah menjaga Carina di rumah sakit, lalu lanjut ikut mengurus acara pemakaman dengan saudara-saudara dan daddynya. Mars juga harus belajar saat ulangan kemarin. Akhirnya tubuh lelaki itu tumbang juga.
Kira-kira perdua puluh menit sekali Starla mengganti kompresan itu. Gadis itu dengan sabar menunggu.
"Huek.." Tiba-tiba Mars bangun. Lelaki itu duduk lalu tiba-tiba saja muntah. Starla berlari keluar mengambil ember untuk menadangi muntahan Mars.
Starla dengan sabar mengusap-usap tengkuk Mars yang masih memuntahkan semua isi perutnya itu. Walaupun sejujurnya Starla ikut mual saat mencium baunya tapi Starla tahan.
"Kita ke dokter ya bang." ajak Starla setelah Mars berhenti muntah.
Lelaki itu menggeleng kemudian kembali berbaring. Dia melanjutkan tidurnya lagi. Seorang pelayan masuk atas suruhan Starla untuk mengganti seprai bekas muntahan Mars. Pelayan itu membantu Starla membopong Mars saat Seprai akan di ganti. Lalu membantu menidurkan tubuh besar Mars dengan Starla saat seprai selesai di ganti.
"Makasih ya bi.." ucap Starla pada pelayan itu.
"Sama-sama nona." ucapnya beranjak keluar.
Starla menjaga Mars sambil memainkan handphone nya. Sekitar 7 kali Mars muntah-muntah dan Starla sudah jaga-jaga untuk selalu mengganti ember bekas muntahan itu kemudian mengganti dengan yang baru.
Mars Starla paksa bangun untuk makan namun tak kujung bangun juga. Starla biarkan saja. Orang sakit memang susah makan. Gadis itu melihat jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Sudah setengah hari Starla berjaga di kamar Mars.
Gadis itu menguap. Ingin ke kamarnya namun tak tega jika meninggalkan Mars seorang diri. Starla mengitari kasur ke arah satunya lagi. Ia mendudukan tubuhnya di lantai samping kasur lalu melipat tangannya di atas kasur untuk di jadikan bantalan.
Starla merasa tak pantas tidur di kasur Mars lagi. Dulu mungkin Starla akan santai-santai saja, namun sekarang berbeda. Mungkin Mars akan marah jika tau dirinya tidur di atas kasurnya apalagi di sampingnya.
Starla memejamkan matanya mulai meninggalkan alam bawah sadarnya.
—————