Bila kau tau diam akan sangat menyiksa, lalu bagaimana dengan berbicara namun tak lagi di dengar?
-----
Mina berjalan memasuki kamar Starla. Gadis itu berjalan ke arah lemari kaca yang didalamnya terdapat piala milik Starla. Dia tersenyum kemudian mengangkat piala itu hendak membantingnya ke lantai namun belum sempat di banting pintu terbuka datanglah Starla dari arah luar, Starla menatap pialanya ada di genggaman Mina, Starla berjalan cepat merebut piala itu.
"Jangan pegang-pegang barangku!" ucap Starla membentak.
"Aku cuma mau lihat sebentar." ucapnya merebut piala itu kembali dari Starla.
"Pelit banget sih." cibirnya.
"Suka-suka aku dong. Kan itu barang aku. "sahut Starla. Gadis itu hendak merebut piala itu namun Mina menahannya.
"Aku minjem sebentar." ucap Mina memaksa. Terjadi tarik-menarik piala.
Starla melepas piala itu membuat Mina terjungkal. Gadis mungil itu menahan tawanya membuat Mina meradang. Mina melempar piala milik Starla ke arah lemari dengan pintu berbahan dasar kaca itu, membuat bukan hanya pialanya saja yang rusak tetapi juga kacanya ikut pecah berkeping-keping.
Starla menyilangkan tangannya di atas kepala menghalau kaca-kaca itu mengenai kepalanya. Kondisi pintu terbuka membuat suara menggelegar dari pecahan pintu kaca itu terdengar ke arah luar. Lalu beberapa menit kemudian anggota keluarga mulai berdatangan.
Mereka terkejut melihat keadaan Mina yang terduduk dengan badan lecet-lecet akibat pecahan kaca itu. Sementara Starla berdiri kaku tidak beda jauh dari Mina, tubuh gadis itu pun ikut lecet terkena pecahan kaca.
Starla berjalan pelan mendekati pialanya yang sudah patah menjadi tiga bagian. Gadis itu berjongkok untuk memunguti patahan-patahan pialanya itu. Piala pertama yang amat Starla jaga. Sekarang telah hancur.
Seseorang mendorong Starla membuat Starla hampir terjatuh jika saja tangannya tidak sigap menahan bobot tubuhnya. Telapak tangan itu menimpah pecahan-pecahan kaca itu. Starla meringis kesakitan lalu gadis itu menganggkat telapak tangannya, darah menetes deras ke lantai. Starla berdiri kemudian membalikan tubuhnya.
"Ini pasti ulah kamu kan? Kenapa kamu jadi gini sih Starla?" tanya Luna menuduh.
Starla diam tidak menjawab apa-apa. Rasanya mau menjelaskan sampai terperinci ataupun terisak-isak pun mereka tidak akan ada yang percaya.
"Jawab!" bentak Luna pada Starla.
Mars geram melihat keterdiaman Starla. "jawab gak punya mulut lo!" ucapnya menghakimi.
Air mata sudah membanjiri wajah cantik Starla. Gadis itu mengepalkan tangannya membuat darah semakin deras mengucur. Namun seperti tidak ada yang menotice luka Starla.
Tidak mendapatkan jawaban Luna membawa Mina keluar kamar Starla. Mereka menatap Starla meminta penjelasan.
Virga maju untuk memeluk tubuh Starla. Lelaki itu menenggelamkan wajah Starla di dadanya sambil mengelus-elus kepala gadis itu.
"Yang lain tolong keluar. Starla pasti masih shock. Virga mau obatin luka Starla." katanya mendudukan Starla ke kasur.
Yang lain keluar tanpa bertanya tapi berbeda dengan Alpha. Lelaki itu masih belum keluar kamar itu juga.