Daddy Domitrik dan Daddy Gabriella saling tatap, sama halnya dengan Momny Aulia dan Mommy Gadista mereka saling tatap satu sama lainnya. Kilatan kemarahan Daddy Domitri membuat kedua orang tua Alfred dan Alfrik tak berkutik, mereka merasa bersalah.
"Kami akan menjelaskannya,"
"Kami sangat butuh penjelasan anda." Daddy Domitrik menahan amarahnya.
"Kami akan menjelaskannya."
...
Alfred menunduk lekat, ia tak berani menatap wanita di depannya, hatinya terasa sesak dan panas. Ia merasa bersalah dan malu pada wanita di depannya.
"Swe ..."
Kimberly menahan tangisnya, ia meraba pipi Alfred. Sontak pria itu pun mengangkat wajahnya, satu tetesan air bening membelah kedua pipinya.
Kimberly tak tahan, ia langsung memeluk Alfred dan mencium pucuk kepalanya.
"Swetie," isak Alfred. Pria itu tak mampu lagi menahan tangisnya, sesaknya sesekali menghujani seluruh tubuhnya.
Tubuhnya semakin bergetar, ia tak malu mengeluarkan semua tangisannya. "SWETIE,"
"Maafkan aku, aku tidak tau. Seharusnya aku menjaga mu dan menemani mu." Kimberly semakin menangis tersedu-sedu. Melihat wajah Alfred yang kurus kering, dadanya bagaikan di tusuk ribuan kali oleh paku.
Kimberly merangkup wajah Alfred, mencium keningnya berkali-kali. "Swetie, kau tidak akan meninggalkan aku kan? Kau tidak akan pergi karena orang tua ku kan?"
"Tidak, aku tidak akan pergi." Kimberly tak ingin meninggalkan orang yang telah banyak berkorban untuknya.
Kimberly kembali memeluk erat tubuh pria yanh ia cintai itu. Ia akan menunggu prianya menyelesaikan tangisannya. Hingga beberapa menit kemudian, kimberly tidak mendengarkan isak tangis dan tubuh alfred mulai tenang.
Kimberly mengurai pelukannya, dia mengambil segelas air di atas nakas, lalu membantu Alfred meminumnya.
"Sudah cukup," Alfred kembali menggenggam kedua tangan Kimberly. Dia menepuk sebelahnya. "Naiklah, aku ingin bersandar."
Kimberly menaiki tempat yang menjadi saksi kesakitan Alfred, untung saja muat untuk tidur berdua, walaupun harus berpelukan.
Kimberly menjadikan sebalah tangannya sebagai bantal untuk Alfred, pria itu pun menghirup aroma manis dari ceruk leher Kimberly.
"Swetie," panggil Alfred. Sebuah panggilan kesayangan untuk Kimberly yang membuat hati Kimberly semakin bergetar, ia sangat merindukan panggilan, panggilan kesayangan Alfred. Ah, pria di dalam pelukannya selalu saja memanggil aneh, kadang Honey, Swetie pie, Swetie, entah berapa banyak lagi panggilan kesayangan untuknya.
"Kau tidak marah?"
"Siapa yang tidak marah, aku marah dan kecewa, tapi ketika melihat mu. Aku tidak bisa untuk kecewa dan marah," tutur Kimberly. Kesembuhan Alfred yang terpenting untuknya.
"Sweetie, kau masih mencintai ku ka?" Tanya Alfred. "Jangan berbohong, kau kan,"
"Aku tidak berbohong, aku hanya mencintai mu. Aku mengenal Alfrik karena aku menyangka Alfrik itu dirimu."
"Benarkah?"
Alfred merasa tenang, padahal nafasnya seakan berada di ujung tanduk, ia tidak ingin apa pun, ia hanya ingin Kimberlynya.
"Iya sayang, terimakasih karena sudah banyak berkorban untuk ku. Kau harus secepatnya sembuh." Kimberly mengelus pipi Alfred, kemudian mencium keningnya.
"Aku akan sembuh, aku akan sembuh demi dirimu, asal bersama mu."
"Iya sayang,"
"Maafkan orang tua ku,"
"Sutt ..." Kimberly menutupi bibir Alfred dengan satu jari telunjuknya. "Jangan mengatakan apa pun, anggap kita tak memiliki masalah apa pun."
"Sweetie, aku mencintai mu."
Kimberlya mengelus kepala Alfred, hingga terdengar nafas teratur. Ia menatap wajah Alfred, kedua kelopak mata indahnya yang melengkung ke atas tertutup rapat.
Saat ini ia tidak tau tentang perasaannya, tapi ia mencoba menjalani saja, yang terpenting Alfred sembuh. Namun hati kecilnya tak bisa berbohong, ia khawatir dengan Alfrik di luar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Istri Pajangan
FantasyKimberly Madline, baru merasakan betapa hangatnya pernikahan. Setelah pernikahannya berjalan satu tahun. Kimberly di hadapkan sebuah kenyataan pahit, bagaikan di sambar petir siang bolong, hatinya merasakan di cabik-cabik saat suaminya mengatakan ak...