sebatas pengganti.

8.7K 633 32
                                    

Kimberly melirik ke arah blankar di sampingnya, pria yang ia temani satu malam ini masih tertidur nyenyak, mungkin karena efek obat atau karena dirinya. Diam-diam ia menghubungi seseorang dan terdengar beberapa kali suara operator, hingga terdengar suara seorang pria dari sana.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Kimberly. Ia khawatir dengan keadaan Alfrik di luar sana. Setelah mendengarkan banyak cerita dari Alfred, ia tak mungkin mengabaikan adik iparnya itu.

"Nona, tuan Alfrik mogok makan. Dia mengurung diri di kamarnya."

Kimberly menghela nafas panjang, ia sengaja tak menghubungi Alfrik karena ingin membuat pria itu berpikir jernih.
"Kau harus membujuknya."

Kimberly memutuskan panggilannya, ia pun menulis pesan singkat pada Alfrik.

Jaga kesehatan mu, di sini Alfred merindukan mu.

Dia pun menekan pesan singkat itu dan berhasil terkirim.

"Sweetie,"

Kimberly tersenyum, ia menghampiri Alfred. "Sudah bangun?" Kimberly duduk di samping Alfred.

"Apa kau menghubungi seseorang?" Tanya Alfred.

"Tidak," bohongnya. Ia tidak ingin Alfred kepikiran Alfrik dan mengganggu kesehatannya.

"Sweetie, bantu aku basuh wajah," ucap Alfred.

Kimberly mengusap wajah Alfred dengan handuk kecil, dia mengusapnya dengan pelan dan Alfred pun menikmati pijatan tangan lembut dari Kimberly.

"Sudah, sekarang waktunya sarapan."

Kimberly mengambil sebuah bubur yang masih hangat, Mommy Aulia tadi yang memasaknya sendiri.

"Emm harum, pasti Mommy Aulia. Aku rindu masakannya,"

"Setelah sembuh, kapan pun kamu mau. Pasti Mommy akan memasaknya. Tapi aku cemburu, kau hanya merindukan masakan Mommy ku dari pada aku."

Alfred tertawa renyah, "Tidak sweetie, aku merindukan masakan mu. O iya kapan aku bisa pulang. Aku malas di sini,"

"Sweetie, aku tidak menjadi laki-laki sempurna, apa aku boleh memiliki mu?" Tanya Alfred. Kini dia hanya menjadi pria lumpuh yang cacat tanpa bisa berdiri. Kecelakaan itu membuat kedua kakinya tak bisa di gerakkan.

"Aku, Kimberly Alfred. Kau harus mempercayai ku." Kimberly mengambil sesendok bubur di mangkok di tangannya. "Sudah, jangan membahasnya lagi. Kamu harus fokus pada kesembuhan mu dan biar cepat pulang."

"Iya,"

Alfred memakan suapan demi suapan dari Kimberly. Dia memakannya dengan lahap dan di selangi canda tawa, kadang Kimberly menghapus jejak bubur di sudut bibirnya.

DRT

Kimberly  mengambil ponselnya di atas nakas, sekils ia menatap Alfred. "Hallo, kau ingin berbicara dengan kakak mu, Alfrik," ucap Kimberly. Ia sengaja berbicara lebih dulu agar Alfrik tidak mengatakan sesuatu yang aneh.

"Sweetie apa itu Alfrik?" Tanya Alfred dengan mata berbinar.

"Alfrik, kakak mu ingin berbicara dengan mu." Kimberly menyaringkan ponselnya, kini benda pipih itu berada di tengah-tengah mereka.

"Al, ini Kakak."

Pria di seberang sana meremas ponselnya. Kedua matanya kembali mengeluarkan cairan bening. Suara yang sangat ia rindukan dan orang yang ia sayangi. Satu hari ia merenungi sikapnya, seharusnya ia sadar. Ia bukanlah siapa-siapa untuk Kimberly, ia hanyalah seorang pengganti untuk Kimberly, yang di cintainya bukanlah ia, melainkan Alfred kakaknya.

Seharusnya ia tak bersikap egois, seharusnya ia tau akan posisinya.

"Kakak," bibirnya bergetar. Sesaknya di dadanya semakin kuat. "Bagaimana kabar mu Kak?"

"Bodoh, kau bertanya bagaimana kabar ku? Semenatara kau tidak mengunjungi ku. Kau kemana saja? Aku merindukan mu Al."

Alfred tak bisa menahan tangisnya, ia begitu menyayangi adiknya itu. Ia akan melakukan apa pun demi adiknya.

"Kau tidak ingin menjenguk Kakak mu, kapan kau akan kesini Al?"

Alfrik semakin menangis, ia merasa bersalah pada kakaknya itu. Pengorbanan yang seharusnya ia tak membalasnya dengan pengkhianatan.

Ribuan pedang pun menusuk hatinya semakin dalam, jujur saja. Ia tak mampu melihat wajah kakanya itu.

Reinkarnasi Istri PajanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang