Krek
Asal suara itu menarik perhatian keduanya yang tengah berbincang serius, kedua pria itu menoleh dan mendapati seorang wanita masuk, menggunakan dress warna putih dan di bagian bawah dadanya berenda.
Wanita itu memasang senyuman indah pada laki-laki di depan sang kakak, laki-laki yang menjadi penghuni seluruh hatinya.
"Sayang," sapa wanita itu, yang lain adalah Jennie, sang kekasih.
Alfred meraih tangan Jenni, sampai wanita itu duduk di sampingnya. Seakan ada lem yang membuat keduanya lengket.
"Hey, kemana saja?" Tanya Alfred sambil mengelus pucuk kepala sang kekasih.
"Aku keluar sebentar dengan Ella,"
Emm
Seperti berfikir sesuatu, ia menatap Alfred dengan heran. "Ini sudah malam, tidak mau pulang? Kimberly pasti mencari mu?"
"Aku hanya ingin berdua dengan mu," ucap Alfred, hatinya memang selalu merindukan Jennie, namun ia tahan karena harus menjaga Kimberly.
"Benar Alfred, ini sudah malam. Sebaiknya kamu pulang," ucap Dalton.
Dia memang senang melihat keduanya bersatu, pengorbanan keduanya membuatnya terharu. Mereka bertahan, hanya karena Kimberly.
Drt
Alfred merogoh saku jasnya yang ia pakai. Ia langsung mengangkat panggilannya itu.
"Iya Mom," jawab Alfred.
Seperti biasa, yang jadi pertanyaan adalah Kimberly, tidak ada yang lainnya.
"Bagaimana keadaan Kimberly? Kamu menjaganya dengan baik, kan? Ingat Alfred! Jangan sampai Kimberly tau, kalau sampai dia tah, Mommy tidak akan memaafkan mu, karena ini salah kamu. Kalau bukan kamu, semuanya tidak akan seperti ini.
Terdengar suara isakan tangis dari seberang sana. Mommy nya selalu menyalahkannya dengan apa yang terjadi, padahal semuanya bukan keinginannya, ia juga tersiksa, sangat tersiksa. Tapi ia bisa apa? Memang kesalahannya, ia hanya mampu bersabar dan menunggu semuanya berakhir dengan baik.
"Awas saja, kalau sampai Kimberly menangis, aku tidak akan memaafkan mu," sarkas sang Mommy.
Panggilan pun terputus sebelah pihak.
Alfred mendesah kasar, selalu saja seperti ini. Padahal ia tengah tersiksa menjalankan kebohongan ini. Kapan? Kapan semuanya akan berakhir?"Sayang, hanya sementara," ucap Jennie mengelus bahu Alfred.
Hem
Sedangkan Kimberly, wanita itu mengaduk-ngaduk makan malam yang tersaji di depannya. Terpaksa ia turun dengan mood yang berantakan, pikiran yang tidak karuan, hati yang kacau.
"Kimberly sayang, kalau Alfred mengatakan sesuatu yang buruk atau mengecewakan mu, bilang sama Mommy, Mommy akan menjewer telinganya," ucap Mama mertuanya.
"Ah,"
Kimberly meringis mengingat perkataan mama mertuanya. Wanita itu sangat baik, sangat lembut padanya. Bagaimana caranya ia mengatakan semuanya? Ia tidak sanggup mengatakan perpisahan.
"Nyonya, kenapa tidak di makan?" Tanya bibi Mira, wanita berumur 55 tahun itu menyapa sang nyonya yang tengah terlihat murung. "Apa makanannya tidak enak?" Imbuhnya lagi.
"Aku sedang tidak berselera, Bi."
Bibi Mira mengangguk, tidak biasa sang nyonya yang terlihat ceria, kini tiba-tiba terlihat murung.
"Apa ada masalah?" Tanya bibi Mira lagi, sebagai seorang pembantu. Ia juga di tugaskan untuk menjaga Kimberly dari Alfred, karena takut, pria itu menyakiti Kimberly, sebuah tugas dari mertua Kimberly dan mama Alfred.
"Maksud mu?" Kimberly menoleh.
Bibi Mira gelagapan, tentu saja ia tidak ingin membuat sang nyonya curiga. "Saya takut bertengkar dengan tuan," ucap bibi Mira tersenyum.
Kimberly hanya menggeleng, ia tidak ingin mengatakan aib rumah tangganya pada siapa pun, termasuk mama mertuanya. Wanita itu pasti kecewa.
"Kamu beresin saja semuanya,"
Kimberly melenggang pergi, menyisakan penasaran di hati bibi Mira.
Sebaiknya aku hubungi nyonya batinnya.
***
Kimberly menoleh pada jam dinding yang kamarnya, tepat pukul 11 malam, suaminya belum pulang. Hatinya semakin berderit, sudah pasti menghabiskan waktu bersama selingkuhannya.Dia semakin yakin, pernikahan ini tidak bisa di teruskan. Ingin rasanya, ia tidak mempercayainya, tapi kalender itu membuktikan, bahwa ia memang benar kembali ke masa lalunya.
Dadanya sesak, ingin sekali ia mengambil jantungnya dan menggantikannya dengan yang baru, agar jantungnya tidak lagi berdetak saat mengingat nama Alfred.
Selang beberapa waktu, Kimberly mendengarkan suara mesin mobil. Dia tersenyum, akhirnya, suaminya pengkhianatnya pulang.
Krek
Alfred memasuki kamar itu, tanpa ia sadari Kimberly berdiri tak jauh dari sana. Alfred pun tidak menyadarinya, karena lampu utama telah di matikan dan menyisakan dua lampu kamar tidur.
Saat Alfred membuka lemarinya, kaca lemarinya memperlihatkan ranjangnya yang kosong tanpa Kimberly. Posisi lemarinya berhadapan dengan ranjang mereka. Ia langsung menoleh, kemudian mencari sekelilingnya.
Kedua matanya pun menangkap sosok istrinya yang berdiri di depan jendela. "Kenapa belum tidur?" Tanya Alfred mendekat. Sebelah tangannya terulur memegang bahu Kimberly.
Namun Kimberly langsung menghindar, kemudian memutar tubuhnya. Menatap suami tercintanya.
"Ly, jaga kesehatannya, tidur larut malam tidak baik untuk kesehatan mu," ucap Alfred.
Mata Kimberly mulai berkaca-kaca. Iya, Alfred sangat lembut, ia jadi berpikir, kelembutannya selama ini memiliki tujuan.
###
Mau tanyak bestie? Setuju gak, kalau aku ke Aplikasi Fizzo, di sana soalnya gratis gak perlu pakai koin buat pembaca?
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Istri Pajangan
FantasiaKimberly Madline, baru merasakan betapa hangatnya pernikahan. Setelah pernikahannya berjalan satu tahun. Kimberly di hadapkan sebuah kenyataan pahit, bagaikan di sambar petir siang bolong, hatinya merasakan di cabik-cabik saat suaminya mengatakan ak...