Kimberly menceritakan semuanya dari awal sampai akhir dan membuat kedua orang tua Kimberly, Domitri dan Aulia berang pada Mommy Gadista dan Daddy Gabriel. Sepasang suami istri itu tidak percaya dengan penjelasan Kimberly, jadi selama ini mereka di bohongi dan di permainkan hanya alasan Kimberly takut bersedih melihat keadaan Alfred yang koma.
Padahal kedatangan Kimberly sangat membuat mereka senang, namun siapa sangka kedatangan Kimberly tentang tangisannya.
Mommy Aulia memeluk Kimberly dengan erat, ia mencium kening Kimberly, selama ini putrinya telah menanggung beban yang berat. Kedua bahunya yang tak sekuat pria harus menanggung beban berat. Hancur rasanya sebagai seorang ibu.
"Sayang, kami sebagai orang tua mu akan mendukung semua keutusan mu." Mommy Aulia menghela nafas. "Kami peracaya pada keputusan mu."
"Dad, kamu hubungi Gabriella."
"Iya Mom," Daddy Domitri mengambil ponselnya di sakunya, ia pun menekan nama besannya.
"Hallo,"
"Dimana Alfred, kami akan ke Singapore."
"Alfred berada di rumah sakit xxx, kami menunggu kedangan kalian."
Daddy Domitri memutuskan pembicarannya, dia duduk lemas di sofa itu, mengusap jakunnya yang di tumbuhi halus itu, perasaan kalut sebagai orang tua. Ia takut keadaan putrinya itu.
"Dad, carilah Alfrik, aku tidak mau terjadi apa pun pada Alfrik."
"Iya sayang," Daddy Domitri kembali menghubungi beberapa bawahannya serta memberikan foto Alfred dan menyuruh mencari pemuda yang mirip dengan Alfred. Meskipun bawahannya bingung, namun mereka tetap menjalankan perintah Domitri.
"Daddy akan mengambil penerbangan cepat."
Kimberly mengangguk, ia ingin melihat keadaan Alfred, jadi selama ini salah mencintai orang, ia tidak tau bagaimana perasaannya. Ia tidak tau, apakah Alfrik telah masuk atau masih tetap sama.
....
"Alfred, mereka akan datang." Daddy Gabriell menatap putranya yang tengah meraba foto kebersamaannya dengan Kimberly.
"Maafkan Daddy, Daddy dan Mommy tidak bermaksud mempermainkan perasaan kalian."
Daddy Gabriell menepuk bahu Alfred dan melenggang pergi.
Kini kesunyian menghiasi keberadaan Alfred, di ruangan ini ia di penuhi rasa takut yang seakan menarik seluruh uratnya, bagaimana ia bisa menghadapi Kimberly?? kedua orang tua Kimberly?? Apa yang harus ia katakan? Jauh hati yang palinh dalam, ia takut Kimberly mencintai Alfrik, jujur ia tidak rela.
"Kimberly, aku harap posisi ku tidak berubah. Maafkan aku, ini semua salah ku." Ia tidak bisa menyalahkan siapa pun, ini salahnya yang sangat lemah, jikalau Kimberly tidak bisa menjaga perasaannya tentu ia tidak akan menyalahkannya.
Satu tetes air bening itu jatuh tepat mengenai sebuah kenangan yang di jadikan bingkai itu. "Aku mencintai mu Kim, jangan pergi, jangan meninggalkan aku. Kalau pun aku harus menjadi Alfrik, seandainya ... Aku rela."
....
Seorang pria tengah menuangkan sebuah cairan merah, ah ia suka menikmati lagu di tempat ini. Ia tertawa dan berkata lirih, "Hidup mu telah hancur Alfrik, ah bukan aku Alfred."
Brak
Ia menaruh botol kaca itu, lalu meneguk wine di gelas bening di depannya. Ia tertawa, menertawai hidupnya. Di permainkan sedemikian rupa, hingga akhirnya di hempaskan bagaikan sampah busuk.
Ternyata ia salah, dulu ia membatasi perasananya, tapi ia kalah, ia justru terbelenggu dalam pesona kakak iparnya.
"Bahkan dia tidak menghubungi ku, dia tidak akan mencari ku. Bodohnya aku percaya padanya."
"Tuan Alfrik," sapa seorang pria.
Alfrik menoleh, kedua matanya kabur. Bayangan dua pria berjas hitam itu menjadi empat bayangan. "Siapa kalian?"
"Oh kalian ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Istri Pajangan
FantasiKimberly Madline, baru merasakan betapa hangatnya pernikahan. Setelah pernikahannya berjalan satu tahun. Kimberly di hadapkan sebuah kenyataan pahit, bagaikan di sambar petir siang bolong, hatinya merasakan di cabik-cabik saat suaminya mengatakan ak...