#8 : Tidak Seperti Yang Ia Kenal

13.1K 1.2K 39
                                    

Kimberly turun dengan langkah lunglai, dia menghapus sesuatu di wajahnya dengan asal. Sesak rasanya, sudah beberapa kali dia memergoki suaminya berbicara dengan wanita lain, tapi setelah mendengarkan kata Alfred, seakan dia menemukan sesuatu.

"Siapa?" Ada rasa kebingungan di  pikirannya.

"Nyonya," sapa bibi Mira yang membuyarkan lamunannya.

Kimberly tersenyum tipis, "Iya, Bi."

"Kita tunggu saja."

Kimberly melewati bibi Mira dan hal itu membuat bibi Mira kembali berpikir keras. "Sebenarnya ada apa lagi? Aku tiap saat harus mengawasi pergerakan tuan Alfred, bukannya kalau sudah menikah tidak ada yang perlu di awasi, apa lagi pernikahan mereka hanya berjalan satu tahun, masih sayang-sayangnya," gumam bibi Mira.

Dia melihat wajah sang nyonya yang tampak murung dan tidak ingin mengganggunya, dia pun memilih pekerjaan lainnya.

"Pantas saja Alfred selama ini tidak menyentuh ku? Aku pikir semuanya baik-baik saja dan mungkin Alfred hanya takut menyakiti ku. Ternyata .. "

"Sebenarnya aku ingin mengadu sama Mommy dan Daddy, tapi ini keluarga ku. Kalau aku sudah tidak bisa mengatasinya, aku akan meminta bantuan mereka."

"Aku rindu London,"

"Nyonya,"

"Iya, Bi."

Bibi Mira merasa canggung untuk mengatakannya, sudah beberapa menit sang tuan belum kunjung datang. "Sebaiknya, nyonya sarapan dulu. Tuan mungkin tidak akan sarapan."

Kimberly mengingat sesuatu, Alfred jarang sarapan di rumahnya, jadi apa yang di katakan oleh bibi Mira ada benarnya.

"Iya aku akan sarapan."

Kimberly memakan roti yang telah ia olesi itu, ia mengunyah secara perlahan, tidak ada rasa enak atau pun manis, rasanya hambar. Ia pun meraih segelas susu di sampingnya dan meneguknya.

"Iya mom,"

Kimberly tersenyum senang, akhirnya ia kembali bertemu dengan mertuanya dan di rumah ini tidak lagi tampak sepi. Semenjak ia datang ke Indonesia, ia belum menemukan teman yang akrap dengannya kecuali Dalton dan Jennie.

"Aku akan menunggu Mommy,"

Kimberly menatap seorang pria yang perlahan mendekat ke arahnya, dia duduk menaruh tas kerjanya di kursi kosong di depannya.

"Aku tutup dulu, Mom. Iya Mommy hati-hati,"

Kimberly menutup ponselnya, menaruhnya di depannya dan melanjutkan memakan roti yang tinggal separuh itu.

Alfred menatap Kimberly yang memakan rotinya, tumben, tidak biasanya Kimberly tidak menunggunya, apa tadi ia terlalu lama? Tapi, selama apa pun dirinya, Kimberly pasti dengan sabar menunggunya.

"Ada apa?" Tanya Kimberly yang merasa risih, kalau dulu ia penuh harap ingin di lirik, tapi tidak mulai sekarang.

"Tidak apa, maaf kalau aku terlalu lama membuat mu menunggu."

Kimberly menahan roti di dalam mulutnya agar tidak masuk ke tenggorokannya, perkataan suaminya itu bagaikan sindiran padanya.

"Ya, menunggu terlalu lama tidak enak. Ada kalanya sudah bosan dan lebih memilih tidak menunggu."

Perkataan Kimberly yang menurut Alfred Ambigu, membuat keningnya menyatu.

"Menunggu? Siapa yang menunggu? Maaf ya," ucap Alfred dengan lembut.

"Tidak perlu, aku sudah biasa," ucap Kimberly datar. Dia melanjutkan sarapannya dan langsung beranjak setelah sarapannya tandas. Dia pun menuju ke ruang keluarga dan menekan remote hingga Tv lebar itu menyala.

Alfred tak bernafsu memakan sarapannya, ia merasa di tusuk luar dan dalam.

Kimberly yang kini seakan menjauhinya, ia merasa ada sesuatu yang telah di sembunyikan oleh Kimberly.

Aku tidak boleh melakukan kesalahan, aku harus membuat Kimberly senang dan semakin mencintai Kakak. Kalau aku melakukan kesalahan, ibu ku akan mencekik ku

"Ly, aku pamit ke kantor."

Kimberly menoleh, tanpa ingi  menaruh camilan kentang pedas itu di sampingnya dan hanya mengangguk, ia pun kembali fokus pada Tv di depannya.

Alfred menahan amarahnya, ia tidak suka Kimberly mengabaikannya dan memilih melihat Televisi dari pada mengantarnya, ini tidak seperti yang Kimberly yang ia kenal.

Reinkarnasi Istri PajanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang