Kimberly tersenyum, ia melirik Alfred yang mengembangkan kedua pipinya dan kedua matanya terlihat senang.
Alfrik berlari, tasnya ia lepaskan ke tanah dan memeluk Alfred. "Kakak ..." Alfrik mengeluarkan kerinduannya lewat tangisannnya, ia memeluk Alfred dengan erat.
Kimberly menghapus kedua sudut air matanya, ia senang adik dan kakak kini di pertemukan kembali.
"Aku pergi dulu, kalian mengobrolah dengan tenang." Kimberly meninggalkan Alfred dan Alfrik. Ia bersandar ke dinding bercat putih itu, dadanya terasa sesak dan perih. Melihat keduanya menangis, ia tak bisa melihat kemana hatinya berlabuh, tapi faktanya dari dulu ia adalah kekasih Alfred dan pernikahan itu yang di sebutkan namanya bukan Alfrik, melainkan Alfred.
...
Alfrik mencium kening Alfred, rasa rindu yang terus membakarnya membuat hidupnya merasa terus bersalah. "Kakak,"
"Bagaimana kabar mu? Kau hidup dengan baik kan?" Tanya Alfred. Tangannya gemetar meraba sebalah pipi Alfrik dan menepuk pelan bahunya. "Kau hidup bahagiakan?"
Pecah sudah tangisan Alfrik, ia tak lagi memandang harga dirinya sebagai seorang pria yang menangis, baginya saat ini pertanyaan kakaknya sungguh menyayat hatinya. Masih pantaskah kakaknya menanyakan kabarnya setelah apa yang ia lakukan?
"Kau harus hidup dengan baik,"
"Kakak, tolong jangan berkorban lagi untuk ku. Tolong hiduplah bahagia, kebahagiaan Kakak, kebahagiaan ku."
Alfred merasa apa yang ia lakukan belum sebanding dengan kesakitan yang Alfrik terima perlakuan kasar dari kedua orang tuanya. "Maafkan Kakak,"
"Kakak jangan meminta maaf," Alfrik menggelengkan kepalanya.
Cukup lama mereka saling menangisi, hingga kedua menatap lurus kedepan dan saling duduk berdekatan.
"Kakak,"
"Alfrik,"
Keduanya menoleh dan saling melempar senyuman.
"Kau mencintai Kimberly?" Tanya Alfred. Ia tak akan marah jika pun Alfrik mencintai Kimberly, karena wanita itu selalu membuat orang jatuh cinta.
Alfrik delema, ia ingin jujur tapi takut menyakiti pria terpenting dalam hidupnya.
"Sepertinya pertanyaan ku benar, kau sudah mencintainya. Bagaimana Kimberly menurut mu?"
Alfrik menggeleng, ia malu mengakui menyukai Kimberly dan kembali menangis.
"Hey," Alfred menepuk bahu Alfrik. "Katakan saja sejujurnya."
Alfrik menunduk, "Aku menyakitinya kak, aku mengabaikannya, aku bersikap dingin dan kasar padanya, aku pernah menyalahkan kakak ipar karena aku tidak bisa bersama Jennie, tapi perubahan kakak ipar membuat ku jatuh cinta, saat kakak ipar menjauh, aku ingin mendekat. Maafkan aku Kak,"
Plak
Alfred memukul kepala Alfrik. "Kau bodoh, kau menyakiti Kakak ipar mu, dan lihat kau justru menjebak dirimu dan malah mencintainya. Aku hebat kan mencari calon istri, sudah aku bilang kau akan mencintainya."
Meskipun sakit mendengarkan pengakuan adiknya, namun tak menghilangkan kasih sayangnya sebagai seorang kakak. "Sekarang apa yang akan kau lakukan? Kau ingin berubutan dengan kakak?"
Alfrik menggeleng dengan cepat, ia tak mau kakanya berkorban lagi. Ia tau, Kakaknya sangat mencintai dirinya.
"Tidak Kak, yang di cintai Kimberly bukan aku, melainkan Kakak."
Plak
Lagi, Alfred memukul kepala Alfrik. "Kau bodoh, kau tidak mau dengan Kimberly, tapi aku memang tidak rela menyerahkan Kimberly pada mu."
"Hey, apa yang kalian katakan? Apa kalian pikir aku barang yang bisa di oper sana sini!" Pekik Kimberly sambil berkacak pinggang. Dia memasang muka garangnya dan membuat kedua pria itu menoleh dan tertawa. Mereka merasa Kimberly sangat lucu.
Kimberly menghampiri Alfred dan Alfrik, dengan usilnya dia menggelitiki Alfred kemudian menggelitiki Alfrik. Kedua pria itu pun tertawa renyah.
Alfred membalas menggelitiki Kimberly, Alfrik terdiam, dia merasa menjadi orang ketiga di antara mereka. Dia tersenyum menatap keduanya.
Semoga kalian bahagia batin Alfrik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Istri Pajangan
FantasiaKimberly Madline, baru merasakan betapa hangatnya pernikahan. Setelah pernikahannya berjalan satu tahun. Kimberly di hadapkan sebuah kenyataan pahit, bagaikan di sambar petir siang bolong, hatinya merasakan di cabik-cabik saat suaminya mengatakan ak...