"Biar nanti Alfred yang mengantar Mommy ke bandara," ucap Kimberly.
"Oh tidak usah sayang, Mommy bisa di antarkan sopir." Tolak Mommy Gadista secara halus. Dia merasa enggan bersama dengan Alfrik.
"Mommy berangkat dulu ya sayang." Mommy Gadista memeluk Kimberly, lalu mencium kedua pipinya. "Mommy sangat menyayangi mu."
Kimberly mengangguk, dia mengantar Mommy Gadista. Sedangkan Alfrik mengikutinya dengan tangan terkepal kuat. Dia ingin bertemu dengan Alfred apa ia salah?
Mommy Gadista melambaikan tangannya saat ingin memasuki mobilnya, dia menutup kembali jendela kaca mobil itu.
Alfrik bergegas masuk ke dalam, sedangkan Kimberly perasaannya campur aduk. Ternyata selama ini yang bersamanya bukan Alfred melainkan Alfrik, lalu bagaimana dengan Alfred? Sadar, apa Alfrednya kecelakaan?
Kimberly memegangi dahinya yang terasa panas, dia menggigit bibir bawahnya, sangat lelah dan semuanya.
Kimberly memasuki kediamannya, dia menatap Alfred yang sebenarnya adalah Alfrik. Dia mengintip melihat dari celah pintu kamarnya, pria itu menangis terlihat kedua bahunya yang bergetar dan isakan.
Dia perlahan melangkah dan memegang bahunya, membuat Alfrik mendongak. "Kau kenapa?"
"Tidak, aku tidak apa-apa."
"Kalau tidak terjadi sesuatu, kenapa kau menangis?" Tanya Kimberly. Kalau di pikir Alfrik jugalah korban, berarti di masa lalu kedua mertuanya demi membahagiakan dia, harus merelakan perasaan Alfrik. Tapi apakah di kehidupan lalu Alfred meninggal?
"Aku hanya merindukan Mommy," ucap Alfrik tersenyum.
Kimberly menatap kedua mata Alfrik. "Jangan berbohong,"
"Aku tidak berbohong."
Kimberly berjalan ke arah lemari, dia mengambil sebuah koper. Masalah dia ingin pulang ke rumah orang tuanya memang benar, dia ingin menenangkan hati dan pikirannya.
Alfrik menghampiri Kimberly. Dia ingin menghentikan Kimberly, ia merasa Kimberly akan jauh.
"Ly, kau yakin akan meninggalkan aku?"
"Aku hanya menjenguk, bukan berarti meninggalkan, hem."
"Bolehkah aku ikut dengan mu?" Tanya Alfred.
"Baiklah," ucap Kimberly. Dia pikir Alfrik juga butuh waktu tenang.
"Terima kasih Ly," Alfrik langsung memeluk Kimberly dengan erat. Seakan pelukan itu tak ingin ia lepaskan.
Kimberly menghembuskan nafas beratnya. Dia pun mengelus punggung Alfrik. "Kau bersiap-siaplah." Ucap Kimberly.
"Iya." Alfrik tersenyum dan mengambil kopernya.
***
Kimberly turun dari taksi, dia menatap bangunan yang tidak terlalu megah dan tidak terlalu sederhana di balik gerbang bercat hitam itu. Taman yang luas dan sebuah ayunan. Di kota boston inilah dia di besarkan, lalu bertemu dengan Alfred di masa kecilnya. Dan setelah itu, hubungannya pun rumit.
Alfred memandang takjub, ia pertama kalinya datang ke rumah Kimberly, sekalipun sederhana dan tidak sama dengan rumah kedua orang tuanya dan rumah yang berada di prancis, dia merasa seakan terbebas.
"Ayo masuk," ucap Kimberly. Dia tau Alfrik belum pernah datang kesini.
Dia sudah menerima masa lalunya, yang jelas sekarang ia ingin menenangkan diri dan akan meminta penjelasan pada Alfrik.
"Ayo, biar aku saja yang membawa koper mu." Alfrik mengambil koper itu, lalu berjalan di samping Kimberly.
Wanita itu membuka pintunya, terlihat seorang wanita yang memunggunginya dan memarahi dua maid yang menunduk.
"Kalian ini tidak becus bekerja! Bagaimana kalau kalian menjatuhkan foto nona Kimberly!"
"Mama!" Teriak Kimberly langsung memeluk dari belakang. Maid yang sedang marah ini adalah mama keduanya.
"Nona," wanita berkacamata itu pun memeluk Kimberly. "Ini bukan mimpi kan?"
"Tidak! Aku merindukan Mama. Dimana Mommy dan Daddy?" Tanya Kimberly.
"Tuan dan Nyonya sedang menghadiri acara pertunangan rekan bisnisnya Nona. Apa Nona tidak menghubunginya?"
"Tidak! Aku harap ini kejutan,"
"O iya, tuan Alfred." Wanita itu membungkuk dan merasa aneh saat Alfrik mematung. Biasanya Alfred akan memeluknya seperti Kimberly.
Kimberly yang memahami pun datang pada Alfrik. "Al, ini Mama. Kita sering berpelukan jika kita bertemu."
Alfrik langsung paham dan memeluk wanita berkaca mata itu. Dia sangat gugup saat datang kesini, ia tidak tau bagaimana sikap kakaknya saat berada di rumah ini.
"Mama," Alfred merasa canggung. Tubuhnya langsung panas dingin.
"Kalian pasti lelah," ucap Mama Yuna.
"Iya Ma," sahut Kimberly. Dengan canggung Alfred mengikuti langkah Kimberly.
Alfred memasuki kamar Kimberly, warna pink seakan menggambarkan pemiliknya yang sangat manis dan menggemaskan. Dia menyapu ruangan itu, satu tempat tidur yang tidak berukuran besar cukup muat dua orang, satu meja belajar dekat jendela, rak buku dan satu perhatian yang fokus. Kimberly menempeli dinding itu dengan beberapa foto.
Kimberly menghampiri Alfred yang seakan terhipnotis dengan foto yang terpajang di dinding itu, membentuk sebuah rangkaian. Kimberly begitu menggemaskan menggunakan jaket dan bermain boneka salju.
Ia mengusap kedua matanya yang terasa basah, ini foto kakaknya dengan Kimberly, foto masa kecilnya dan saat dewasa. Mereka sudah melaluinya banyaknya kenangan.
"Kau masih ingat yang ini?" Tunjuk Kimberly. Dia memperhatikan Kimberly dan Alfred kecil yang memainkan lumpur. Ia sengaja bertanya pada Alfrik saudara kembar suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Istri Pajangan
FantasíaKimberly Madline, baru merasakan betapa hangatnya pernikahan. Setelah pernikahannya berjalan satu tahun. Kimberly di hadapkan sebuah kenyataan pahit, bagaikan di sambar petir siang bolong, hatinya merasakan di cabik-cabik saat suaminya mengatakan ak...