Sekalipun Alfred menyingkirkan kekuatannya dari jauh-jauh, tapi tetap saja, bayangan Kimberly yang selalu menyapanya dan tersenyum, bayangan Kimberly yang selalu membuatkannya sarapan dan mengantarkan sarapan ke kamarnya. Dia meraba dada kirinya, jantungnya berdetak lebih kuat.
"Aku tidak boleh melebihi batasnya, cukup menjaganya dan tidak mencintainya."
Alfred merebahkan tubuhnya, kedua tangannya ia lipat dan menyilang, menjadi bantalan kepalanya.
Dia menatap langit-langit, sejak dulu ia selalu menyalahkan Kimberly dan entah kenapa saat ini melihat sikapnya, ia merasa ada sesuatu yang ia tidak terima. Ia merasa tidak di hargai, selama ini ia selalu berusaha menjaga dan mengorbankan hidupnya.
###
Seorang wanita tengah menatap wajah putranya, di bawah hidungnya terdapat selang oksigen yang membantu pernapasannya, di dadanya ada beberapa selang. Seakan tubuh ini bagaikan robot yang membutuhkan energi, inilah putra pertamanya, dia harus mengalami tidur panjang.
"Apa kau ingin bertemu dengan Kimberly, sayang? Kau tahu? Mommy ingin memberitahukan Kimberly, tapi pada saat itu, aku tidak ingin pernikahannya gagal."
Gadista menangis tersedu-sedu, dia membayangkan hari-hari yang sebentar lagi akan menuju awal baru untuk Alfred. Betapa bahagianya dia, senyumannya sangat cerah dan sering menceritakan pengalamannya dengan Kimberly, ini dan itu. Semuanya, ia ceritakan seakan Kimberly adalah dunianya.
"Dista,"
Wanita itu menoleh, menatap sang suami yang memegang pundaknya. Di baringkan kepalanya ke tangan yang memegang pundaknya, ia kembali menumpahkan tangisannya.
"Kau sudah yang melakukan yang terbaik."
"Aku takut, aku takut putra ku tidak bangun. Bagaimana dengan Kimberly? Kita tidak ingin membuatnya sedih dan membuat kebohongan sebesar ini, suaminya sedang terbaring dan yang ada di dekatnya, bukan suami yang sebenarnya."
Dia memejamkan matanya, air bening itu begitu deras mengalir tanpa suara.
"Bagaimana kalau kita katakan saja? Aku ... Aku .... "
"Baiklah, katakan saja, tapi tunggu waktu yang tepat. Kita pelan-pelan akan mengatakannya. Kamu pasti merindukan Kimberly kan, lebih baik kamu pulang ke Jakarta dan temui dia."
"Iya, aku merindukannya. Aku akan pulang ke Jakarta."
"Aku akan menyiapkan penerbangannya," ucap Gabriella. Dia mengecup singkat kening istrinya, lalu mendekat ke arah putranya dan mengecup keningnya.
"Sadarlah, Boy. Istri mu sedang menunggu mu."
###
Keesokan harinya.
Seperti biasa, Kimberly akan bangun pagi-pagi sekali dan menyiapkan sarapan untuk Alfred, suaminya. Sekalipun Alfred hanya memakan beberapa kali yang ia siapkan, entah itu sarapan atau makan malam, ia tidak pernah bosan melayaninya. Baginya, melayani suaminya adalah kewajibannya. Pernah ia memberikan bekal untuk Alfred, namun sayang, bekal itu justru di berikan pada sekertarisnya dan ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, dan saat ini ia sadar. Apa yang ia lakukan semuanya sia-sia."Mbok, aku panggil Alfred dulu," ucap Kimberly.
Dia pun hendak membuka handle pintu itu, dengan jelas ia mendengarkan suara Alfred dan saat ingin menyapa Alfred ia malah menemukan sesuatu yang membuat moodnya rusak.
"Iya sayang, aku pasti sarapan."
"Iya, kau tahu sendiri, kadang aku tidak makan di sini. Aku menunggu makan siang yang kamu antarkan nanti."
"Alfred? Kondisinya masih sama,"
Kimberly langsung berbalik dan menyandarkan tubuhnya ke dinding, ia mengatur nafasnya yang seakan berhenti.
Sudah biasa, selama ini ia merapalkan mantra itu, jadi ia tidak akan menangis untuk yang kesekian kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Istri Pajangan
FantasiaKimberly Madline, baru merasakan betapa hangatnya pernikahan. Setelah pernikahannya berjalan satu tahun. Kimberly di hadapkan sebuah kenyataan pahit, bagaikan di sambar petir siang bolong, hatinya merasakan di cabik-cabik saat suaminya mengatakan ak...