#12 : Sebuah Foto

11.1K 1K 28
                                    

"Iya, aku pasti menjaga kesehatan ku. Kau tidak perlu khawatir," ucap Alfred tersenyum, dia mengelus-elus selimutnya yang terasa lembut itu.

"Sudah dulu, aku takut Kimberly mendengarkan pembicaraan kita," ucapnya sambil melirik ke arah pintu.

Kimberly merapatkan tubuhnya ke sisi lemari. Dia berdiri tegak layaknya patung yang menempel.

Jantungnya berdetak lebih cepat, nafasnya naik turun, takut ketahuan Alfred.

"Dimana Kimberly? Dia belum kembali," lirih Alfred.

Masih terasa pusing, Alfred menurunkan tubuhnya hingga selimut itu menutupi tubuhnya sampai di bagian dadanya.

Kimberly mengintip, perlahan dia keluar dari persembunyiannya. Di tatap pria di depannya, pahatan indah yang terlukiskan di masa-masa dulu. Seiring bertambahnya dewasa ia melihat wajah itu bagaikan bak dewa yang terus di puja oleh kaum hawa.

"Maafkan aku," gumam Alfred.

Kimberly menaikkan sebelah alisnya. "Sebenarnya apa yang kalian sembunyikan dari ku?"

Hatinya selalu tak tenang, setelah kejadian dia hidup kembali, ia merasa tak tenang. Bayang-bayang masa lalunya bagaikan hantu.

"Kau membohongi ku, Alfred." Tidak kuat menahan sakitnya, dia pun membalikkan tubuhnya.

"Maafkan Alfrik, kak."

Kimberly langsung menoleh, sebuah nama yang tidak pernah ia dengar. "Siapa Alfrik? Aku harus mencari tahu," gumam Kimberly.

Dia pun menuju ruang kerja sang suami, seumur hidupnya ia tidak pernah memasuki ruang kerja suaminya itu, ia begitu penasaran sosok suaminya.

Dia memeriksa satu per satu laci di meja kerja suaminya, namun tidak ada apa pun. Dia menoleh ke arah rak dokumen, ia mengambil satu per satu dokumen itu dan membacanya.

Entah yang ke berapa dokumen yang ia baca, namun tidak menemukan siapa pun. "Huh,"

Kimberly mendengus kesal, ia menatap pintu di bawah tempat dokumen yang berjajar rapi itu, kemudian duduk berjongkok dan  kembali mencari dokumen itu.

Sebuah dokumen yang tidak ada namanya dan di bawahnya terdapat foto Alfred dan Jennie.

Dia membongkar isi lemari kecil itu dan mendapatkan beberapa foto Jenni dan Alfred. Dia membuka foto itu dari figura dan melihatnya dengan jelas. Alfred yang ia kenal, tidak pernah menggunakan kaca mata, latar foto itu beberapa tempat di Jakarta, tapi selama ia bersama Alfred, pria itu tidak pernah mengatakan kalau ia pernah ke Jakarta.

Dia membalikkan fotonya, sebuah tanggal tertera.

"Alfrik dan Jennie,"

Tanggal, Bulan dan Tahun itu ia ingat betul, kalau Alfred menemaninya memilih gaun tunangan untuk mereka.

"Ini ... "

"Apa dia bukan Alfred? Lalu dia siapa?"

"Ly ... "

Wanita itu langsung membenarkan kembali foto itu dan menaruhnya di tempat semula. Ia pun menutup pintu kecil itu dan bersamaan dengan itu, terdengar sebuah bunyi pintu terbuka. Ia merangkak, menyandarkan tubuhnya di sisi meja kerja Alfred.

Ia membuka kedua sandalnya, saat langkah kaki itu semakin mendekat, ia berputar dan memejamkan kedua matanya.

"Tidak mungkin Kimberly ke sini, dia jarang sekali datang kesini," gumam Alfred. Dia pun berbalik, namun kembali menghentikan langkahnya dan menggeleng pelan.

Kimberly bernafas lega, hampir saja dia ketahuan. Entah apa yang akan ia katakan kalau sampai Alfred melihatnya. Dia menyandarkan punggungnya dan duduk dengan menekuk kedua lututnya.

Ia takut, ia khawatir bahwa apa yang ia takutkan ternyata sebuah kebenaran yang tak ia inginkan?

"Siapakah Alfred? Siapakah Alfrik? Apa dia bukan Alfred yang aku kenal?"

Reinkarnasi Istri PajanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang