03

3K 336 2
                                    

Hanya ada suara gemericik air yang berasal dari luar ruangan, Meng Fei sendirian di dalam kamarnya menunggu ibunya membeli makanan untuk sarapan.

Setelah menerima kenyataan bahwa dia hidup kembali, Meng Fei jauh lebih tenang. Seharian dia tak banyak bicara, dan hanya ketika ada sesuatu yang ingin dia tanyakan atau ibunya bertanya kepadanya, baru dia mengangkat suaranya.

Dia juga menyadari kondisi mentalnya yang jauh lebih tenang, tak ada riak emosi seperti kecewa atau marah setelah dihadapkan dengan kematian. Dia juga tahu kalau itu karena jiwa Sang Dewi yang menyatu dengan tubuhnya.

Sang Dewi yang ada di dalam ingatannya adalah sesosok wanita cantik menawan yang menjauh dari segala urusan duniawi. Sikapnya tenang dan elegan, mampu menyihir setiap makhluk yang ada di muka bumi.

Menjadi seorang Dewi nyatanya bukan sebuah berkah baginya, melainkan kutukan. Dia harus tetap tenang agar alam tetap damai, ketika kemarahan menguasai hatinya, dunia akan hancur karenanya.

Mengetahui fakta itu, Meng Fei hanya bisa menghela napas pelan. Dia menatap dinding putih yang ada di depannya, tapi yang sebenarnya dia lihat bukanlah dinding putih itu, tapi sesuatu yang ada di baliknya.

Kedua matanya mengalami transformasi setelah jiwanya menyatu dengan jiwa Sang Dewi. Dia bisa melihat apa saja, seperti tatapan yang mampu menembus semuanya, ataupun jarak pandang yang tak mengenal ruang.

Dia melihat ke atas, langkah kaki orang-orang bisa dia lihat dengan jelas. Kemudian dia menolehkan kepalanya ke luar, dia juga bisa melihat aktifitas banyak orang meskipun ada jarak pemisah yang cukup jauh di antara mereka.

"Semua kemampuan ini aku dapatkan karena jiwa Sang Dewi, dia memiliki Mata Dunia, dan sekarang mata itu menjadi milikku. Dengan Mata Dunia, aku bisa melihat semuanya dengan jelas."

Seperti yang baru saja dia gumamkan, Mata Dunia adalah salah satu kekuatan Sang Dewi. Dengan menggunakan Mata Dunia, dia bisa melihat apa saja di berbagai situasi.

"Air, udara, api, tanah..." Gumamnya pelan. Beberapa saat kemudian empat sinar muncul di depannya, membentuk ke empat siluet yang tampak jelas di matanya.

Mereka adalah roh alam, kekuatan roh yang hanya bisa Meng Fei panggil dan kendalikan. Itu adalah kekuatan terkuat Sang Dewi yang diwarisi nya, karena dengan kemampuan itu, kekuatannya menjadi tak terbatas.

Dia kemudian melambaikan tangannya dan ke empat siluet berbeda warna itu langsung menghilang begitu saja.

Beberapa saat kemudian, Meng Qi kembali membawa makanan untuk Meng Fei. Melihat itu, hati Meng Fei tersentuh. Sosok ibunya berusia pertengahan 30 tahunan, tapi karena situasi ekonomi rendah yang mengharuskannya untuk kerja keras membuat penampilannya lebih tua daripada seharusnya.

"Nak, waktunya sarapan. Kamu ingin ibu menyuapimu?"

Meng Fei tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya, "tidak perlu, aku bisa makan sendiri."

Meng Qi tidak bersikeras, lalu dia menuangkan makanannya ke piring yang sudah ada. Meng Qi menyerahkan piring itu kepada Meng Fei, "ibu akan membuat susu untukmu."

Meng Fei hanya menganggukkan kepalanya setuju.

Ketika dia akan mulai makan, pintu ruangan dibuka dengan kasar dan seorang wanita yang tampak lebih tua daripada Meng Qi datang dengan seorang lelaki. Wanita itu adalah kakak ipar Meng Qi, sekaligus istri Meng Wang, kakak tertua Meng Qi.

Li Xia memasang wajah terharu ketika dia melihat Meng Fei yang terbaring di atas bangsal rumah sakit, dia berkata dengan nada dibuat-buat, "aku turut prihatin melihat kakak ipar harus mengurus Meng Fei seorang diri tanpa bantuan orang lain. Sebenarnya bukan karena kami pelit dan tidak ingin membantu kakak ipar membayar biaya rumah sakit, tapi kondisi kami sendiri cukup sulit. Karena itu juga kami berdua datang ke sini untuk menagih uang yang kakak ipar pinjam bulan lalu. Kalau tidak salah jumlahnya seharusnya 20.000 yuan, bukankah begitu, sayang?"

Pewaris Sekte Kuno: Jiwa Sang DewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang