51

1K 152 3
                                    

Bai Lintian merasa tubuhnya melayang di udara untuk beberapa saat sebelum kedua kakinya kembali menapaki tanah. Mata dan mulutnya tidak lagi ditutup, dia dengan marah menatap orang yang baru saja membawanya pergi begitu saja.

Namun tatapannya membeku saat dia melihat orang yang begitu dia kenal berdiri di belakangnya.

"Guru Feng? Mengapa guru menahanku? Aku harus membunuh mereka!" Teriaknya tidak terima. Dia harus membunuh mereka yang membunuh kakeknya, dia harus melakukannya.

Pria berambut putih panjang dengan sepasang mata berwarna ungu gelap itu tidak lain adalah orang yang sering bertukar pikiran dengan Bai Lintian, Feng Xun, salah satu pengajar di Akademi Sihir Jianlong.

"Kedatanganmu ke sana hanya akan memperkeruh keadaan. Sekarang Akademi telah diambil alih oleh klan Mo, tapi tidak dengan mereka yang telah mengambil sumpah setia terhadap kakekmu. Bagaimanapun kakekmu adalah Jenderal Agung Bai, sosok perkasa yang bahkan Kaisar saja harus menghormatinya. Loyalitas kakek mu tidak diragukan lagi berada di titik puncak. Akademi Sihir Jianlong mungkin telah direbut, tapi tidak dengan kesetiaan Aliansi Sihir. Kita bisa merebut kembali Akademi Sihir dari tangan klan Mo cepat atau lambat."

Perkataan Feng Xun tidak diragukan lagi benar adanya. Bai Lintian tahu hal itu dengan baik, namun meski Akademi Sihir bisa direbut kembali, lalu bagaimana dengan nyawa kakeknya? Apakah kakeknya akan hidup kembali? Tidak mungkin.

"Persetan dengan akademi, aku hanya ingin membalaskan dendam kakekku! Aku tidak akan membiarkan mereka hidup dengan enak setelah membunuh kakekku!" teriak Bai Lintian, pikirannya kacau. Apa yang ada dipikirannya hanya membalas dendam atas pembunuhan kakeknya.

Feng Xun tak bisa berkata-kata. Dia tahu dengan baik bahwa satu-satunya orang yang paling dekat dengan pria remaja di depannya adalah kakeknya, seorang Jenderal Agung Kekaisaran Bumi.

Tanpa memperdulikan keberadaan Feng Xun, Bai Lintian melesat pergi, namun kali ini dia tidak bertindak impulsif, melainkan dia hendak menemui seseorang yang seharusnya memiliki kemampuan untuk membantunya membalas dendam.

"Gadis itu memiliki aura yang lebih kuat dari kakek, aku harus mencarinya dan memintanya untuk membantuku..." gumam Bai Lintian ketika dia memikirkan gadis yang dia temui beberapa hari yang lalu.

Gadis yang bisa memanipulasi kekuatan elemen sesuka hatinya.

Tanda merah darah di dahinya menghilang, yang tersisa hanyalah penampilan seorang remaja tampan yang terus melompat di antara pepohonan sebelum berganti menjadi di antara perumahan.

Dia melesat dengan kecepatan luar biasa sehingga mata manusia normal tidak dapat melihat gerakannya. Tidak butuh waktu lama sampai tubuhnya mendarat di halaman belakang rumah Meng Fei, gadis yang berhasil menahannya selain kakeknya.

Meng Fei yang baru saja selesai membaca di perpustakaan sekte dan kembali ke kamarnya, langsung merasakan kehadiran Bai Lintian.

Berkat Jiwa Sang Dewi, kemampuan panca inderanya menjadi seratus kali lebih tajam daripada manusia normal. Sehingga mudah baginya mendeteksi keberadaan Bai Lintian yang sekarang tengah berdiri di dahan pohon di belakang halaman rumahnya.

Tanpa banyak kata, Meng Fei keluar dari kamarnya dan berjalan dengan santai ke area halaman belakang. Tatapannya tertuju pada salah satu spot di dalam hutan, hingga tidak lama kemudian seorang pria remaja dengan tinggi 180 cm muncul dari kegelapan memasang ekspresi marah.

"Bantu aku."

Itu adalah kalimat singkat pertama yang keluar dari mulut Bai Lintian. Dia ingin Meng Fei membantunya.

Meng Fei tidak langsung menjawab, dia berkata dengan tenang, "mengapa?"

"Mereka membunuh kakekku. Aku ingin membunuh mereka semua."

Pewaris Sekte Kuno: Jiwa Sang DewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang