39

1.2K 171 0
                                    

Di ruangan sebuah ruangan gelap, Hao Na terduduk menangis pelan. Air matanya tak berhenti keluar dari pelupuk matanya, dia merindukan keluarganya. "Aku tidak suka di sini... Biarkan aku keluar, aku mohon..." ucapnya sambil menggedor pintu kamar pelan tak bertenaga.

Beberapa waktu yang lalu, pria botak dan paman-paman yang lainnya membawanya serta kesembilan anak yang disekap untuk dimasukkan ke dalam sembilan kamar kecil di dalam gedung. Hanya ada sedikit pencahayaan di dalam ruangan yang berasal dari lilin yang kini hanya tersisa setengahnya lagi.

Hao Na yang memberontak ketika hendak di masukkan ke dalam ruangan, akhirnya ditampar sampai pingsan oleh pria botak yang menyeretnya. Ketika Hao Na kembali membuka kedua matanya, yang dia lihat adalah atap kamar tua yang sudah tidak terawat serta sebuah lilin yang menerangi kamar.

Di waktu yang sama, Lu Suming mengerem Aston Martin miliknya dengan halus. Dia berhenti tepat di depan sebuah gedung tua yang sudah lama tidak terurus. Hanya ada hutan belantara di sekitarnya, yang membuatnya yakin bahwa adik dari teman bosnya itu di sekap di dalam gedung tua ini.

Dengan cepat dia turun dari mobilnya dan melesat ke dalam gedung layaknya kilat. Untungnya tidak ada siapapun yahh melihatnya, jikapun ada, mereka tak akan bisa melihat gerakan Lu Suming yang secepat kilat itu.

Tanpa banyak kata, dia membuka pintu utama gedung, begitu dia membukanya, dia melihat ruangan kosong yang dipenuhi dengan sampah dan beberapa barang rongsok lainnya. Dia memejamkan kedua matanya sejenak, sinar emas keluar dari keningnya tiba-tiba, "Penajaman Indera!"

Dia menggunakan teknik khusus untuk menajamkan inderanya, agar dia bisa mengetahui lokasi penyekapan dengan cepat. Masih dengan kedua matanya yang tertutup, dia berlari menyusuri lorong yang harusnya menuju ke ruangan dimana adik teman bosnya itu disekap.

"Di sana..." gumamnya pelan. Dia bisa merasakan kehadiran puluhan orang yang tidak jauh di depannya. Mereka seharusnya adalah anggota Geng Timur Kota B. Salah satu geng yang menguasai Kota B, orang biasa akan ketakutan jika melihat salah satu anggota mereka saja

Langkahnya kemudian terhenti tepat di depan pintu besi yang terlihat kokoh, Lu Suming mendorong pintu itu santai dan pintu itu terbuka begitu saja. Ternyata pintu besi itu dikunci dari dalam, tapi karena kekuatan Lu Suming yang luar biasa, dia bisa dengan mudah membukanya meski hanya mendorongnya santai.

Pria berjas yang dijuluki sebagai 'bos' oleh semua anggota Geng Timur menolehkan kepalanya begitu dia mendengar pintu besi yang seharusnya tidak ada yang bisa membukanya, terbuka. Bukan hanya dirinya, tapi semua anggota Geng Timur yang ada di dalam ruangan mengalihkan pandangan mereka ke arah yang sama.

Lu Suming dengan santainya berjalan mendekat ke arah mereka dan bertanya pada 'bos' Geng Timur. Siapapun yang melihat pria berjas itu, akan bisa menebak kalau dia adalah ketua diantara segerombolan pria berbadan besar dan bertato ini.

Pria botak yang tadi menyeret paksa Hao Na, menatap pria yang sialnya tampan itu dengan penuh tanda tanya, bagaimana bisa dia masuk? Dia sudah memastikan kalau pintu besi yang baru saja dibuka oleh pria tampan itu terkunci dengan rapat sebelumnya, tanpa ada celah.

"Apa-apaan kau ini? Siapa kau dan ada urusan apa kau datang kemari?" tanya 'bos' menatap Lu Suming keheranan, jejak kebencian juga muncul di kedua matanya.

Lu Suming membalas dingin, "dimana anak bernama Hao Na?"

'Bos' mematikan rokok di tangannya dengan menginjaknya dengan sepatu kets miliknya. Entah kenapa dia tidak suka dengan pria yang sekarang berdiri di depannya, aura pria bertubuh tinggi ini sedikit mengintimidasinya, dan karena itulah dia tidak menyukainya.

Seharusnya tidak ada orang lain yang bisa menyaingi auranya.

"Hao Na? Siapa dia? Hei, apa kau tahu siapa yang ditanyakan oleh pria bodoh ini?" tanya 'bos' pada pria botak yang ada di sampingnya. Pria botak itu berdecih pelan, "entahlah, aku tidak tahu siapa Hao Na yang dibicarakan si bodoh ini."

Pewaris Sekte Kuno: Jiwa Sang DewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang