-oOo-
LANGKAH Heaven berderap di sepanjang lorong suram di gedung laboratorium Bosevill, yang satu lokasi dengan ruang kerja Janeth, tempat dia diserbu pertanyaan mencurigakan tentang hubungannya dengan Claude.
Kali ini wanita itu tidak sendiri. Di belakangnya, seorang pemuda bersetelan petugas markas mengikutinya dengan langkah pincang. Sebuah senapan menggantung longgar di bahunya yang tegap. Pucuknya hampir mengenai topi abu-abu yang dikenakan. Eskpresi pemuda itu disembunyikan sebaik mungkin demi menyamarkan perhatian.
Mereka berhenti di depan sebuah pintu. Heaven membuka dengan kunci, lalu menyelinap ke ruangan di baliknya. Pemuda yang membuntutinya menengok sebentar ke kanan dan kiri untuk memeriksa lorong, lalu menyusul masuk.
Setelah pintu terkunci rapat, Heaven berputar menghadap pemuda itu.
"Kau berutang penjelasan padaku," desaknya.
"Aku kabur setelah Janeth memaksaku menjadi subjek eksperimen." River melepas topi abu-abu dari kepalanya dan langsung melempar benda itu ke lantai. Tampaklah rautnya yang pucat karena kehilangan darah. Dia bersandar di pintu lalu merosot jatuh lantaran kedua kakinya sudah tidak mampu menanggung beban tubuhnya yang remuk.
Heaven mencium bau tidak beres, lalu berlutut di dekatnya. "Apa yang terjadi?"
Di antara tarikan napas kesakitan dan upaya hati-hati ketika melepas jaket dan pakaian, River melanjutkan, "Mereka ingin mengembangbiakkan monster ... melakukan percobaan pembuahan berkali-kali, tapi gagal. Kami―aku dan Beatrice, kabur ke tengah hu-hutan ... dia kusuruh pergi, lalu aku ... mmgh―gudang senjata."
Heaven menarik lepas jaket River dan mendapati lengan kanan pemuda itu dibebat robekan kain yang sudah lusuh dan kumal. Dengan hati-hati, wanita itu melepaskan ikatannya, "Bernapas, River. Di mana teman-temanmu yang lain?"
"Mereka dikurung ... di bunker bawah tanah gedung ini."
"Semua temanmu baik-baik saja?"
"Entahlah."
"Sudah sejauh mana kau tahu tentang tempat ini?"
"Janeth merekrut monster sebagai prajuritnya. Tempat ini dikelilingi monster."
"Ada berapa jumlah mereka?"
"Mungkin hampir lima puluh―dari yang kulihat di arena."
"Arena?"
River belum sempat menjawab, sebab saat Heaven mengurai ikatan terakhir, rasa sakit di lengannya meledak menjadi hunjaman nyeri yang membuat matanya berkunang-kunang. Wanita itu terkejut melihat lengan atas River membengkak keras, memerah seolah hendak meletus. Gumpalan darah bercampur nanah mengintip dari celah robekan yang kelihatannya pernah dikorek dengan jari-jari kotor. Infeksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐏𝐈𝐎𝐍𝐄𝐄𝐑𝐒 (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟐)
FantasiaBACA SEASON 1 DULU YANG BERJUDUL THE LEFTOVERS ⭐ Follow sebelum membaca ⭐ -oOo- Semenjak rombongan monster Kureiji menyingkir dari wilayah perkotaan, mereka menemukan satu masalah baru yang harus ditangani. Tak mau masalah ini larut dalam kekacauan...