38. He is the Outcast

250 46 64
                                    

-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

"SUDAH tahu berita yang sedang ramai?"

Wayne berpaling pada salah seorang petugas markas yang sedang duduk-duduk sambil berjaga di pintu laboratorium. Namanya Raul―lebih muda setahun darinya, tetapi jago mencari informasi. Wayne lumayan dekat dengan Raul semenjak anak ini selalu bergantian tugas jaga dengannya. Dia membalas pertanyaan Raul barusan dengan serius, "Eksperimennya berhasil?"

"Kalau yang itu belum ada laporan resmi, tapi memang ada desas-desus eksperimennya mencapai hasil memuaskan." Raul berbicara sambil menjepit ujung rokok dengan gigi. Tampangnya yang setengah India dan setengah Amerika diputar menghadap Wayne, membuat anak itu berjengit menatap alis tebalnya yang nyaris menyatu. "Yang kumaksud rumor di antara kawan-kawan kita, Wayne. Katanya ada jejak misterius yang ditemukan di sekitar pantai."

"Jejak misterius?"

"Penyintas," kata Raul, mengembuskan asap rokok di udara. Lalu dia menyerahi Wayne geretan miliknya untuk menyulut rokoknya sendiri. "Sepertinya baru tiba beberapa hari lalu, Bung. Kapalnya ditinggalkan begitu saja."

Wayne menyulut ujung rokok dengan geretan, lalu mengisap dengan nikmat. Selepas mengembuskan asap, berkata, "Kita tidak menyelidikinya?"

"Sudah ada tim yang terjun untuk memeriksa. Regu pemula di bawah pimpinan Heaven. Kau tahu dia, kan?"

"Oh, si sersan yang baru bergabung itu?" Wayne mendengkus sinis. Ingatannya tahu-tahu mendarat pada momen pertemuan pertamanya dengan Heaven dan Claude di pinggir pantai, pada tengah malam, ketika dirinya baru saja melesakkan peluru di kepala Beatrice dengan terpaksa. Sang abang dan kekasih barunya yang berambut merah tampaknya sengaja jauh-jauh datang kemari untuk cari mati.

"Ya, si mantan sersan. Dia punya reputasi bagus yang bikin orang itu percaya padanya," Raul berbisik-bisik. Yang dia maksud "orang itu" adalah Janeth. Hanya segelintir rekan Wayne yang berani menyebut Janeth dengan nama aslinya, termasuk Wayne sendiri. Mereka berpikir menjaga jarak dengan tidak menyebut nama secara langsung adalah aksi preventif untuk membuat seolah-olah Janeth tidak ikutan hadir di dekat mereka.

"Tapi si rambut merah itu sok mengatur-ngatur, seperti kita ini kacungnya saja," kata Wayne. "Baru pertama datang, tapi sudah ditempatkan sebagai komandan regu? Walaupun dia bisa bertarung, seharusnya Janeth tidak perlu sepercaya itu padanya. Bagaimana kalau ternyata Heaven adalah musuh dalam selimut?"

"Kau berlebihan, Wayne."

"Ini namanya bersikap waspada, dasar kau polos. Jangan keseringan menunjukkan punggungmu pada orang tidak dikenal. Tahu-tahu kau ditebas jadi dua." Wayne mengisap rokok dengan menggebu, entah mengapa merasa jengkel dengan opini Raul. Belakangan ini dia memang merasa jarang diperlukan lagi oleh Janeth. Wayne tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia pikir itu karena Janeth terlalu sibuk mengurusi eksperimen. Wayne ingin mengelak asumsi perihal Heaven yang menjadi anak emas Janeth, tapi dia tidak punya bukti bahwa pendapatnya sendiri benar.

𝐓𝐇𝐄 𝐏𝐈𝐎𝐍𝐄𝐄𝐑𝐒 (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟐) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang