Jimin tidak mabuk, di sadar dengan apa yang dilakukan. Tapi kenapa tubuh, hati dan pikirannya tidak sejalan. Dia tahu sedang bersama siapa, dimana dan akan melakukan apa. Tapi kenapa dia masih diam saja bahkan saat helai demi helai pakaiannya jatuh perlahan.
Pemuda manis itu merinding saat tangan besar milik Taehyung menelusuri seluruh tubuh polosnya.
"Kau yakin tidak akan menyesal?" Dengan nafas berat Taehyung berkata. Entah setan apa yang merasukinya hingga berakhir di tempat ini bersama Jimin.
"Hm," Mata terpejam menikmati segala afeksi yang tidak pernah dia dapatkan dari lelaki manapun, bahkan tunangannya sendiri tidak pernah menyentuhnya seintens ini.
Lengan ramping milik Jimin mengalung pada leher lelaki di depannya. Bolehkan sekali saja dalam hidup, melakukan hal yang dia inginkan? Tanpa memikirkan orang lain?
"Bukannya kau yang akan menyesal nantinya?" Jemari lentik bergerak mengelus jawline dan turun ke leher.
Taehyung hanya tersenyum, enggan memikirkan hal lain selain pemuda di depannya.
Taehyung melepaskan rangkulan Jimin di tubuhnya, sebelum kemudian melempar pemuda itu pada ranjang.
Dia menciumi seluruh tubuh Jimin, dada, perut, paha, tidak ada yang terlewat sejengkal pun. Wangi ini yang akan dia ingat dalam memorinya.
Jimin mendesah pasrah, tidak ingin memikirkan apapun.
Di lain tempat, di sebuah rumah, tampak seorang wanita memegang ponselnya dengan geram. Tidak ada satupun panggilan yang diterima suaminya. Sebenarnya dia tidak peduli dengan Taehyung, hanya saja tangisan anaknya membuat dia sakit kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefined Love
Fanfiction"Menurutmu mana yang lebih menyakitkan, bunuh diri menggunakan obat atau menggunakan pisau? Atau haruskah aku berdiri di tengah jalan dan menutup mata?" -Park Jimin "Tidak bisakah aku menjadi alasanmu untuk terus bertahan?"- Kim Taehyung "Kau bukan...