Ini hari ketiga Jimin di rawat di rumah sakit. Bosan rasanya hanya bisa berbaring di kasur, menonton tv atau sesekali jalan-jalan di taman. Dia tiba-tiba merindukan aktifitas membosankan di kantornya.
Pintu terbuka saat Jimin masih tenggelam dalam lamunannya.
"Selamat pagi, Jiminie," Masih pagi, dan suara kakak sepupunya sudah mengganggu telinga.
Jimin hanya mengalihkan perhatiannya saja, enggan menjawab.
"Bagaimana keadaan mu hari ini?" Tanya Jin sambil tangannya dengan cekatan memeriksa kantung infus.
"Sus, tolong catat tensi pasien dan setelah itu ganti perbannya ya," instruksi dokter Jin pada suster yang mengikutinya sejak pagi.
Jimin mendesis saat lukanya diteteskan entah cairan apa dan di ganti perbannya, "Oh Hyung, kau melihat ponselku?"
Jin mengernyitkan alis, sebelum kemudian berkata dengan nada sedikit menyindir, "Mungkin kau bisa bertanya pada tuan tampan yang mengantarkanmu kemari."
"Perban sudah diganti dok, dan tensinya normal," Lapor suster yang sejak tadi hanya diam mendengarkan.
"Terimakasih, Sus," ujar Jin.
"Bisa tinggalkan kami berdua, Sus?" sebelum kemudian memintanya keluar ruangan.
Suster menganggukkan kepala dan meninggalkan ruangan sesuai instruksi dokter Jin.
"Hm," Jin menghembuskan nafas panjang.
"Jiminie, nanti Namjoon Hyung akan kemari ya? Mau menjenguk mu," Lanjut dokter tampan itu lagi.
"Um," balas Jimin pendek.
"Ya sudah, Hyung pergi dulu ya, nanti suster akan mengantar sarapan kemari, jangan lupa di minum obatnya ya," Jelas Jin panjang lebar seakan adik sepupunya masih berusia balita.
Dan kembali hanya di balas singkat oleh pemuda manis tersebut, "Um."
Setelah Jin pergi, tidak lama suster datang membawakan menu sarapan khas rumah sakit, hambar.
Jimin menyendok nasi dengan malas, mengunyah dengan setengah hati, rasanya ingin segera keluar dari rumah sakit.
Pemuda manis tersebut makan sambil memikirkan banyak hal hingga tak sadar Taehyung sudah ada di depannya.
"Kenapa makannya seperti itu, Sayang?"
Usapan lembut Taehyung di suratnya menyadarkan Jimin dari lamunan.
"Kapan Hyung datang?" Tanya Jimin balik.
Tersenyum, sebelum kemudian duduk di kursi samping ranjang, "Baru saja, bagaimana keadaanmu?"
"Hyung, kamu liat ponselku gak? Kok aku baru inget ya," Kembali, Jimin menjawab pertanyaan Taehyung dengan pertanyaan yang lain.
Taehyung menyodorkan ponsel hitam ke tangan pemuda manis itu, yang diterima empu nya dengan pandangan bingung.
"Maaf ya Sayang, aku lupa mengembalikannya padamu."
Jimin tidak menjawab, tangannya asik membuka ponsel yang tanpa sadar tidak dia sentuh sejak masuk rumah sakit.
Dia mengalihkan pandangan dari ponsel, memandang Taehyung penuh tanya.
"Kenapa Sayang?" Melihat tatapan penuh tanya Jimin, lelaki tampan tersebut akhirnya bertanya.
"Hyung tidak membuka ponselku kan?" Tanya Jimin penuh selidik.
"Tidak Sayang, sungguh," Jawab Taehyung penuh keyakinan.
Jimin menggumam, "Hm, kenapa hanya Mama saja yang menelfon dan mengirim pesan?"
Pemuda manis mendecih, "Kemana pula anak kelinci itu, gak kasih kabar sama sekali."
Taehyung memandang perubahan raut wajah Jimin dengan takjub, dari diam, cemberut, hingga wajah juteknya. Semua itu nampak cute dimatanya.
.
.
.
"Hallo Princess Papa," Taehyung merentangkan tangan, bersiap menggendong putrinya.Dibelakang, ibu Taehyung berjalan menyongsong cucunya. Memandang Taehyung dengan tatapan penuh tanya. Di mata seorang ibu sepertinya, perubahan sekecil apapun dia bisa merasakannya.
"Apa ada kabar bahagia?" Tanya ibunya sembari mengelus lengan anaknya pelan.
"Maksud ibu bagaimana?" Mengernyitkan alis tidak paham.
"Kau tampak lebih bahagia akhir-akhir ini," Lanjut ibunya kembali. Sembari berjalan meningikuti anak dan cucunya.
Ketiganya berjalan ke arah ruang makan, bersiap makan malam bertiga. Ayah Taehyung masih di kantor, sedangkan istri Taehyung hanyalah status semata. Wanita itu tidak menjalankan kewajibannya sebagai mana mestinya. Bahkan, Hana saja di urus oleh orangtua Taehyung. Lelaki tampan itu sendiri pun tinggal dengan orang tuanya hingga kini.
Taehyung menurunkan sang Putri di kursi makan, sebelum kemudian duduk di bangkunya sendiri.
Tangan membuka piring, kemudian menadahkannya pada sang ibu, sambil nyengir Taehyung berkata, "Terimakasih Mama sayang."
Wanita paruh baya tersebut menggelengkan kepala sambil tersenyum. Anaknya tidak pernah berubah, meski sudah punya anak masih saja manja.
Terkadang dia merasa kasihan pada Taehyung, rumah tangganya tidak berjalan semestinya. Wanita yang dijodohkan dengan Taehyung hanya cantik wajahnya saja, tidak ada yang baik pada diri wanita itu selain rupa.
Keduanya tidak bercerai tapi juga tidak bersama.
Wanita paruh baya tersebut hanya bisa berdoa semoga suatu saat nanti akan ada kebahagiaan untuk putra dan cucunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefined Love
Fanfiction"Menurutmu mana yang lebih menyakitkan, bunuh diri menggunakan obat atau menggunakan pisau? Atau haruskah aku berdiri di tengah jalan dan menutup mata?" -Park Jimin "Tidak bisakah aku menjadi alasanmu untuk terus bertahan?"- Kim Taehyung "Kau bukan...