"Jimin-Hyung, bangun," Jungkook menepuk lembut pundak Jimin.
Pemuda manis bersurai hitam membuka mata dengan perlahan, di depannya sudah ada sang Tunangan. Melihat sekeliling mencari seseorang yang menemaninya sepanjang malam. Jimin terdiam, apakah pelukan Taehyung yang semalam hanya angan saja?
"Ayo, Hyung, semua sudah menunggu mu di restoran," Ujar Jungkook memecah keheningan.
Tanpa banyak berkata Jimin menyibak selimut dan berjalan ke arah kamar mandi, tak menghiraukan kehadiran Jungkook sama sekali. Ingatkan dia untuk menjambak rambut tunangannya. Membuat dia bertengkar dengan Papanya saja.
Setelah selesai bersiap, keduanya berjalan menuju restoran dalam diam. Meski sebenarnya hanya Jimin yang diam, karena Jungkook sejak tadi berusaha memulai obrolan, hanya saja selalu dia acuhkan.
Keduanya sudah sampai di restoran tempat mereka akan sarapan. Tempatnya tidak terlalu luas, karena memang resort yang mereka tempati cukup privat. Bangku dan meja dari bahan kayu tersusun sedemikian rupa, satu meja di peruntukan hanya untuk dua orang saja.
Di depan matanya hamparan laut memanjakan mata, laut biru dan mungkin dalam? Jimin tidak bisa memperkirakannya. Kalau dia terjun apakah dia akan mati? Entahlah, kadang pemikiran bunuh diri bisa terlintas kapan saja dan dimana saja. Itulah kenapa Jin Hyung selalu cemas padanya.
Jimin dan Jungkook duduk dalam satu meja, menu sarapan ternyata sudah di pesan oleh tunangannya. Hanya beberapa potong roti dan telur mata sapi serta capuccino sebagai pelengkapnya.
Jimin mengernyit, memandang Jungkook sekilas, meminta penjelasan.
"Aku melakukan ini karena merasa kau dalam mood yang buruk Hyung, meski aku tidak tau alasannya kenapa," jelas Jungkook.
Wajah Jimin berubah masam setelah mendengar penjelasan tunangannya. Tidak tau alasannya dia bilang.
"Kau tidak tau apa yang sudah kau lakukan?" Desis Jimin jengkel.
"Memang aku berbuat apa, Hyung?" Matanya yang bulat semakin membesar seolah baru tau hal baru sedang terjadi.
Jimin sudah tidak napsu lagi untuk sarapan. Apa yang tunangannya tau sih, atau dia pura-pura tidak tau. Bukannya Jimin tidak mau menjelaskan apa yang terjadi, hanya saja ini sudah kesekian kalinya Jungkook begini. Dia sendiri sudah lelah.
.
.
.
Hati Jimin berdebar kencang, mendapat pesan dari orang yang tidak di sangka. Pemuda manis itu mengalihkan pandangan dari ponsel, melihat sekeliling demi mencari oknum yang mengiriminya pesan. Jimin dan Taehyung bertatapan secara singkat. Dia melihat Taehyung tersenyum di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefined Love
أدب الهواة"Menurutmu mana yang lebih menyakitkan, bunuh diri menggunakan obat atau menggunakan pisau? Atau haruskah aku berdiri di tengah jalan dan menutup mata?" -Park Jimin "Tidak bisakah aku menjadi alasanmu untuk terus bertahan?"- Kim Taehyung "Kau bukan...