"Hyung, ayo kita fitting baju pengantin!" Jungkook berteriak di depan pintu yang masih terbuka lebar.
Uhuk!
Jimin tersedak kopi yang sedang dia minum. Matanya melotot saat mendengartp tunangannya berbicara dengan lantang. Bahkan pemuda Jeon tanpa repot-repot menutup pintu lebih dulu.
"Jeon," Jimin menggeram, pusing, kapan Jungkook dewasanya coba. Aja iya Jimin lupa, memang Jungkook lebih muda darinya.
"Hehe," Jungkook cengengesan, gak merasa bersalah sama sekali.
"Ayo kita fitting baju, Hyung, sekalian cek gedung," Ujar Jeon Jungkook bersemangat.
Jimin bingung, kenapa akhir-akhir ini Jungkook suka muncul di kantornya tiap hari. Padahal dulu gak gini. Boro-boro nongol, ngabarin lewat ponsel aja suka lupa.
Dering ponsel Jimin mengejutkan keduanya, setelah melihat id yang menelepon, dengan cepat Jimin menekan tombol jawab, tidak ingin seseorang di line seberang menunggu.
"Hallo, Pa," Jimin menyapa lebih dulu.
"Iya, aku mau pergi fitting baju sama Jungkook, barusan dia Dateng," Jimin harap Taehyung tidak marah, acara makan siang mereka terpaksa di batalkan.
"Iya, sekalian cek gedung, iya nanti kerjaan aku bawa ke rumah," Ponsel masih terhubung tapi tangan lentiknya membereskan dokumen di atas meja.
"Iya, jangan lupa makan siang, Pa," Setelah pamit Jimin mengakhiri panggilan duluan.
Jungkook sedari tadi mendengarkan, "Papa suka telfon kamu, Hyung?"
Jimin masih sibuk mengetik pesan di Ponselnya, meminta maaf, biar gak ngambek, repot kalo sampe kekasihnya marah. Apalagi sejak tadi dia nyerocos, membuat Taehyung hanya diam saja.
"Hm, Papa menanyakanmu, mungkin denger suaramu yang kedengaran sama seluruh anak kantor," Ujar Jimin sarkas.
Kembali Jungkook hanya tertawa tanpa rasa bersalah, "Aku terlalu bersemangat, Hyung!"
Jimin menghembuskan nafas lega, untung dia bisa mengelak. Mana ada Papanya nanyain Jungkook, orang Papanya sedang di rumah kok. Lagi sibuk milih design undangan, bikin Jimin makin ketar ketir takut beneran di nikahkan sama Jungkook.
Jimin dan Jungkook sudah sampai di butik tempat keduanya fitting, butik yang cukup terkenal, bahkan beberapa artis Korea menggunakan rancangan mereka.
Keduanya disambut dengan sangat ramah oleh pegawai butik itu. Mata Jimin memandang sekeliling, rasanya enggan sekali melakukannya, tapi kalau dia menolak, Jungkook akan curiga padanya.
"Hyung cobalah jas ini," Jungkook memberikan setelan jas warna hitam padanya. Entah karena sibuk melamun, dia bahkan gak sadar sudah masuk ke jajaran setelan jas dan gaun.
Jimin mematut di depan cermin, kenapa wajahnya sendu sekali? Jasnya terlihat cantik dan elegan tapi wajahnya mendung.
Masih di ruang ganti, Jimin mengeluarkan ponsel dari saku, melihat pesan masuk dari kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefined Love
Fiksi Penggemar"Menurutmu mana yang lebih menyakitkan, bunuh diri menggunakan obat atau menggunakan pisau? Atau haruskah aku berdiri di tengah jalan dan menutup mata?" -Park Jimin "Tidak bisakah aku menjadi alasanmu untuk terus bertahan?"- Kim Taehyung "Kau bukan...