"Yang, kita jemput Hana dulu ya sebelum makan siang," Ujar Taehyung sembari membukakan pintu mobil untuk kekasihnya.
Jimin hanya mengangguk mengiyakan.
"Barusan kepala sekolah Hana bilang, kalau Hana berantem di sekolah," Taehyung memutar stir, mulai menjalankan mobil meninggalkan kantor tempat kekasihnya bekerja.
Jimin kaget, "Kok bisa Hyung?"
"Gak tau, ini makanya mau ketemu kepala sekolahnya," jawab Taehyung sembari mengamati keadaan sekeliling yang lumayan lengang, mungkin karena belum jam makan siang.
Setelah 45 menit menyetir, keduanya sampai di TK tempat Hana sekolah.
Taehyung berjalan sembari menggandeng jemari gemas kekasihnya. Setelah bertanya pada pegawai yang ditemuinya, keduanya sampai di ruangan tempat kepala sekolah. Mungkin jika dilihat dari penampilannya, ibu kepala sekolah sudah berusia setengah abad, seumuran dengan ibu Taehyung.
"Terimakasih sudah datang tuan Kim," Kepala sekolah mempersilahkan keduanya duduk di sofa tamu.
"Jadi begini tuan Kim, beberapa hari belakangan saya lihat Hana bertengkar dengan temannya, setelah saya selidiki hal tersebut karena Hana yang, emm.. maaf, tidak punya Mama."
Hati Taehyung mencelos, merasa tidak berguna, tidak bisa menjaga putri kecilnya.
Lain Taehyung lain Jimin, jika Taehyung sedih maka Jimin marah. Gimana ga? Sedari tadi kepala sekolah Hana menatap Taehyung dengan mata berbinar-binar, dan malu-malu. Ya tau sih Taehyung ganteng.
Sepanjang sesi konseling, ibu kepala sekolah beberapa kali flirting dengan Taehyung. Membuat Jimin gerah saja. Bukannya dia gak peduli dengan Hana, biar bagaimanapun dia sudah menganggap gadis itu anaknya juga. Hanya saja, sejak tadi kata-katanya di ulang terus, seakan ibu kepala sekolah hanya ingin memperlama sesi pembicaraannya.
"Aduh maaf saya lupa, nona ini siapanya tuan Kim ya?"
Jimin tersenyum asimetris, membuat Taehyung bingung, "Oh pernahkan Ibu Kepala sekolah, saya Kim Jimin, istrinya Kim Taehyung."
Taehyung hanya tersenyum, tidak membantah sama sekali.
Ibu kepala sekolah tertawa, seakan apa yang dikatakan Jimin hanya bualan.
"Ah Nona ini, memang tuan Kim tampan tapi tidak perlu mengaku seperti itu, setau saya Tuan Kim masih single," Ibu kepala sekolah tertawa dengan nada yang dibuat-buat.
Jimin yang mendengarnya hanya diam tapi ingin rasanya menjambak rambut pirang wanita di depannya.
Taehyung yang tau kekasihnya marah, akhirnya memilih menyudahi pertemuan ketiganya.
"Jimin benar Bu, dia istri saya, kami memang belum mengadakan resepsi, wajar kalau ibu kepala sekolah belum tau," Taehyung berkata.
Jimin yang mendengarnya ingin tertawa puas saat melihat ekspresi wanita di depannya.
"Kalau begitu kami permisi," Taehyung berpamitan, meninggalkan ibu kepala sekolah yang masih diam.
.
.
.
"Seneng ya ada yang godain?" Jimin berkata sembari berkacak pinggang."Mana ada sih Yang," Jawab Taehyung sembari merangkul pinggang Jimin, yang untungnya tidak di tepis.
"Pengen ku cakar tau mukanya, genit banget sama kamu," Jimin masih marah, kedua jemari tangannya bahkan membuat gesture mencakar.
Lelaki Kim hanya tertawa melihat Jimin yang begitu ekspresif bersamanya, tidak ada lagi batasan dan larangan, pemuda itu bisa menjadi dirinya sendiri. Marah, sedih, kecewa, bahagia, pemuda itu bebas mengekspresikannya.
"Lagian kamu sih, kapan nikahin akunya," Jimin berseru gemas, setelah beberapa menit menggerutu akibat wanita yang genit pada miliknya.
"Sabar Yang, Minggu depan kan kita nikah," Taehyung menjawab kalem.
"Ih! Lama!"
Kim Taehyung tertawa renyah mendengar apa yang dikeluhkan kekasihnya. Dia melarikan tangannya pada Surai hitam yang tampak fluffy, di usaknya dengan gemas.
Keduanya meninggalkan ruangan kepala sekolah dengan diiringi obrolan ringan, atau bisa di bilang debat ringan akibat kejadian barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefined Love
Fanfiction"Menurutmu mana yang lebih menyakitkan, bunuh diri menggunakan obat atau menggunakan pisau? Atau haruskah aku berdiri di tengah jalan dan menutup mata?" -Park Jimin "Tidak bisakah aku menjadi alasanmu untuk terus bertahan?"- Kim Taehyung "Kau bukan...