"Menurutmu mana yang lebih menyakitkan, bunuh diri menggunakan obat atau menggunakan pisau? Atau haruskah aku berdiri di tengah jalan dan menutup mata?"
-Park Jimin
"Tidak bisakah aku menjadi alasanmu untuk terus bertahan?"- Kim Taehyung
"Kau bukan...
Bahkan dia belum melangkah ke dalam rumah tapi teriakan Papanya sudah mengudara.
Menghembuskan napas perlahan, mencoba tenang.
"Aku dari rumah Jin Hyung, Pa," Jawab Jimin tenang. "Aku pergi dengan Jungkook juga kan?"
"Kenapa tidak pulang ke rumah?" Papa Park masih marah namun tidak ada lagi bentakan.
"Aku menginap di sana," Jawab Jimin. Wajahnya masih datar, dia terbiasa mengubur emosinya. Orang yang tidak dekat dengannya, tidak akan tahu emosi seperti apa yang sedang berkecamuk.
"Tidak usah berbohong! Jungkook juga menginap di sana, tapi dia bilang kamu tidak ada!" Kembali, teriakan mengudara di pagi hari.
"Jungkook bilang dia melihatmu keluar dari hotel pagi ini. Kau menjual dirimu?!"
"Dasar anak tidak tahu diri, tidak bisa menjaga nama baik keluarga, apa yang bisa Papa banggakan dari mu, hah!"
Jimin menunduk, sakit sekali rasanya, apa yang sudah dia perjuangkan, apa yang sudah dia lakukan tidak pernah ada harganya di mata sang Papa.
Setelah meluapkan segala emosi, Papa Park masuk ke dalam rumah, bahkan menutup pintu di depan wajah Jimin.
Pemuda manis tersebut berbalik, kembali berjalan ke garasi. Melajukan mobilnya dengan kecepatan kencang, pikirannya kosong. Sampai kapan hidupnya akan seperti ini?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saat ini yang menjadi tujuan hanya apartment pribadinya, tempat dimana dia merasa aman. Tempat dimana dia bisa menjadi Jimin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Badan di rebahkan di ranjang, kepalanya seakan mau pecah. Lelah sekali rasanya. Haruskah dia menyerah sekarang? Rasanya percuma saja hidup jika tidak ada satupun yang mencintainya. Tak ada tempat baginya kembali. . . . Taehyung menatap langit-langit kamar hotel yang dia tempati. Pikirannya berkecamuk. Melihat ke samping, pemuda manis yang semalam bersamanya sudah pergi. Padahal dia masih ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi.
"Astaga, Jimin," Lelaki tampan itu duduk, mengusak rambutnya kasar. Baru beberapa jam tidak melihat Jimin, tapi sekarang sudah kangen. Astaga, dia merasa seperti abg kasmaran.