Taehyung sedang menemani Hana mengerjakan PR di ruang keluarga. Televisi menyala, membunuh kesunyian diantara mereka.
Raganya ada di sini, tapi pikirannya jauh melalang buana, memikirkan alasan kenapa Jimin memutuskan menjauh darinya.
Beberapa kali mata mencuri pandang pada ponsel yang tergeletak begitu saja di atas meja. Biasanya Jimin akan mengirimkan pesan atau menelfonnya, menceritakan banyak hal random. Tapi hari ini tidak ada pesan sama sekali. Baru sehari dan Taehyung sudah merasa sangat kehilangan.
Ibu Kim meletakkan kopi di atas meja, memandang putranya yang sejak tadi melamun. Bahkan wanita itu tau, beberapa kali cucunya memanggil Taehyung, tapi tidak dihiraukan.
"Tae," Tangan tuanya menepuk pelan pundak Taehyung. Bahkan sentuhan seringang itu mampu membuat lelaki tampan itu terkejut.
"Astaga, Ibu."
"Ibu membawakan kopi untukmu," Ucap Ibu Kim.
Perhatian kecil seperti ini saja sudah membuat Taehyung senang. Dia tersenyum, menggenggam tangan wanita yang sudah melahirkannya, "Terimakasih Bu."
"Kau baik-baik saja?" Netra tua itu membingkai raut wajah putranya yang terlihat murung sejak tadi.
Berusaha tersenyum paksa, "Aku baik Bu."
Kepala Taehyung menunduk, "Bu, aku menemukan seseorang ku cintai."
Sang Ibu mendesah lega, dia pikir terjadi sesuatu dengan putranya.
"Aku akan bercerai dengan Soora, Bu," Ucap Taehyung akhirnya.
"Bercerai itu apa Pa?" Suara gemas Hana menyadarkan keduanya bahwa masih ada entitas kecil diantara mereka.
Tak kunjung mendapat jawaban dari Papanya, Hana beralih pada sang Nenek, "Jadi, bercerai itu apa Nek?"
Wanita paruh baya itu tersenyum lembut, membelai Surai cucunya, gadis kecil yang dia urus sejak masih bayi.
"Hana sayang Papa?" Tanya Ibu Taehyung.
Tanpa berpikir panjang, gadis kecil itu mengangguk.
"Hana sayang Mama?" Tanya Ibu Kim sekali lagi.
Alis Hana mengernyit, kali ini agak lama menjawab, "Meski Mama gak sayang Hana, tapi Hana tetap sayang Mama."
"Hana Sayang, bercerai itu, Mama dan Papa berpisah, mencoba mencari kebahagiaan masing-masing."
Mata gadis kecil itu berembun, "Tapi Papa gak akan meninggalkan Hana kan?"
Taehyung tersenyum gemas, astaga, anaknya gemas sekali.
"Tentu saja tidak, Sayang," Jawab Taehyung sembari mencubit pipi gadis kecilnya.
Hana tersenyum manis, dia tidak terlalu paham apa itu bercerai, meski neneknya sudah menjelaskan. Asalkan Papa tidak meninggalkannya, Hana tidak apa-apa. Lagi pula, selama ini dia memang hidup dengan Papa dan kakek neneknya saja. Mamanya jarang menengoknya, hanya sesekali saja dan itu pun Mama Soora akan marah jika dia menangis.
"Apa karna ini Jimin menjauh dariku?" Gumam Taehyung. Dari kemarin lelah memikirkan kesalahannya, dan ternyata alasan utamanya adalah status keduanya.
"Jadi namanya Jimin?" Ucap Ibu Taehyung, menaik turunkan alisnya menggoda.
"Astaga Bu," Taehyung salah tingkah. Bisa-bisanya lelaki dewasa sepertinya begini.
"Ibu mau lihat fotonya," Bujuk Ibu Kim.
"Hana juga mau lihat," Anak gadis itu berseru.
Taehyung tidak punya pilihan selain menunjukkan potret Jimin di ponselnya.
Wanita paruh baya tersebut cukup terkejut, dia pikir Jimin wanita."Jimin, laki-laki?"
"Ibu keberatan?" Tanya Taehyung.
Wanita itu tersenyum, "Tidak apa-apa Sayang, selama Taehyung bahagia, Ibu juga akan bahagia, cukup sekali kami memaksakan kehendak padamu?
"Ini Tante Jimin Pa?" Tanya Hana. Cukup lama gadis kecil itu memandang foto di ponsel Papanya.
"Tapi Tante Jimin laki-laki, Sayang," Tanpa sadar Taehyung juga memanggil Tante.
Hana cemberut, "Tapi Tante Jimin cantik, Papa."
Taehyung tidak menanggapi lagi, dia hanya tersenyum mendapat lampu hijau dari putri dan Ibunya.
Satu masalah teratasi, tinggal bagaimana dia memperjuangkan Jimin setelah ini. Astaga Taehyung lupa, bagaimana dengan tunangan pemuda itu? Apa Jimin mau menerimanya jika dia sudah berpisah dengan istrinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefined Love
Fanfiction"Menurutmu mana yang lebih menyakitkan, bunuh diri menggunakan obat atau menggunakan pisau? Atau haruskah aku berdiri di tengah jalan dan menutup mata?" -Park Jimin "Tidak bisakah aku menjadi alasanmu untuk terus bertahan?"- Kim Taehyung "Kau bukan...