"Yang," Taehyung berjalan memasuki apartemen sang kekasih, setelah meletakan mantel pada tempatnya.
Derap langkah cukup terdengar, mengingat waktu sudah mendekati tengah malam.
Taehyung melihatnya, pemuda manis duduk bersedekap di atas sofa.
Bibirnya manyun seperti anak bebek. Matanya sayu seperti akan menangis kapan saja. Meski sedikit, dia merasa bersalah.
"Hyung tau gak ini udah jam berapa?" Jimin mulai mengintrogasi.
Lelaki Kim hanya tersenyum dan duduk di samping kekasihnya, memberikan kecupan pada dahi dan Surai wangi milik Jimin.
"Ish! Jangan cium-cium, Jimin lagi ngambek!" Kembali tangan disedekapkan di dada dan memalingkan wajah.
Taehyung terkekeh, "Maaf ya, Hyung harus menemani Hana tidur dulu, baru bisa ke sini."
Jimin terdiam, merasa bersalah karena bersikap kekanak-kanakan, padahal sebelumnya Taehyung sudah memberitahunya agar tidur duluan saja, tidak perlu menunggu, dia yang ngotot menunggu, dia juga yang kesel.
"Hyung sudah makan malam?" Meski yakin Taehyung sudah makan, Jimin tetap menanyakannya, hanya memastikan saja.
Lelaki Kim mengangguk, "Sudah bersama Hana dan Ibu."
Taehyung kembali mencoba mendekat, yang kali ini tidak ditepis, "Ibu menanyakanmu."
Jimin membalikkan badan menghadap kekasihnya, kedua kaki bersila di atas sofa, "Kenapa, Hyung?"
"Kapan kau akan datang ke kediaman Kim, bertemu kedua orang tuaku," Lelaki dewasa tersebut menyentuh rambut Jimin, sebelum kemudian merapihkan poni yang menutupi mata.
"Apa orang tuamu akan menerimaku, Hyung?" Menunduk, biar bagaimanapun dia orang ketiga dalam rumah tangga Taehyung, sedikitnya merasa bersalah pada calon mertuanya.
"Tentu saja, mereka tidak sabar ingin bertemu dengan kekasih anaknya," senyuman hangat Taehyung berikan.
"Yang, bisa buatkan aku teh hangat?"
Jimin mengangguk dengan raut wajah polos, "Sebentar, Hyung."
Taehyung memandang Jimin yang meninggalkan ruang tamu, dia tersenyum lembut, mungkin begini gambaran jika keduanya sudah menikah, akhirnya Taehyung akan menjalani pernikahan yang sesungguhnya, benar-benar diperlakukan seperti suami pada umumnya.
"Ngomong-ngomong aku juga sudah bertemu Papa Park," Taehyung memulai percakapan dianta keduanya.
Tak!
Jimin meletakkan cangkir teh dengan tangan bergetar, kaget, untung saja cangkirnya tidak jatuh. Jantungnya berdebar keras. Tidak bisa menebak akan seperti apa respon Papanya.
Taehyung lumayan terkejut dengan respon sang kekasih, begitu takutkah Jimin pada Papanya? Dia psikiater, dia tahu cara membaca gerak gerik lawan bicaranya.
"Duduk sini, Yang," Menepuk pahanya, meminta Jimin duduk di atasnya.
Tanpa banyak kata Jimin mengikuti perintah Taehyung, duduk di atas pangkuan Taehyung, berhadapan dengan sang kekasih. Jimin menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher lelaki dewasa itu.
Jimin memejamkan mata saat Taehyung mulai mengusap punggungnya, memberi rasa nyaman yang dibutuhkan.
"Kemarin aku bertemu Papa Park, aku bilang aku mencintaimu dan ingin menikahimu," Jeda lelaki itu, ingin mendengar tanggapan Jimin, namun nihil.
"Aku menceritakan semuanya, termasuk kehidupan rumah tanggaku," Tangan besar itu masih membelai punggung Jimin, sebelum kemudian memeluknya erat.
"Papa Park sempat menentang, dan tidak menerimaku, kau pasti tau alasannya," Dalam rengkuhannya Jimin mengangguk paham.
"Papa Park memberiku waktu satu Minggu, untuk membuktikan kecurangan Jungkook padamu."
Berhasil. Jimin meninggalkan peraduan dan duduk dengan tegak. Matanya memancarkan tanda tanya meski mulutnya enggan bersuara.
"Aku sudah meminta bantuan Ayah, Aku dan Ayah akan mengurus semuanya. Kamu hanya perlu menunggu dan bersikap biasa saja, ikuti alur yang dibuat Jungkook."
"Hyung yakin ini akan berhasil? Kita hanya punya waktu satu Minggu."
Taehyung tahu Jimin ragu, dan takut. Tapi sekarang bukan waktunya untuk mundur. Dia harus memanfaatkan kesempatan yang diberikan Tuan Park. Dia hanya ingin memiliki Jimin dengan cara yang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefined Love
Fanfiction"Menurutmu mana yang lebih menyakitkan, bunuh diri menggunakan obat atau menggunakan pisau? Atau haruskah aku berdiri di tengah jalan dan menutup mata?" -Park Jimin "Tidak bisakah aku menjadi alasanmu untuk terus bertahan?"- Kim Taehyung "Kau bukan...