Malam itu, dalam hiruk pikuk pesta penuh kemunafikan, pesta yang hanya dijadikan kamuflase, mereka saling tersenyum tapi dibelakang menusuk. Mereka, orang-orang yang ada di sekeliling Jimin. Mereka kolega orang tuanya, yang nantinya akan menjadi kolega Jimin juga.
"Jiminie, kenalkan, ini Kim Taehyung, dia teman Hyung di rumah sakit."
Untuk pertama kali dalam hidup, Jimin melihat mata itu, mata yang seakan menelanjangi, mata yang sanggup menembus segala kekurangan yang selama ini dia sembunyikan, kesakitan yang hanya dia rasakan sendiri.
Jimin hanya tersenyum senatural mungkin, senyum yang mereka anggap sangat cantik, "Aku Park Jimin, adik sepupu Seokjin Hyung."
Dia harap senyumnya bisa membuat lelaki tampan itu berhenti menatap kasihan.
Taehyung mengulurkan tangan. Tangannya besar, mampu melingkupi seluruh jemari Jimin, hangat dan menenangkan.
"Eoh, dimana Jungkook?" Jin memandang sekeliling, mencari tunangan Jimin yang hobi tebar pesona.
Jimin mengedikan bahu tak mau tahu, mereka hanya bertunangan atas dasar bisnis, tidak ada cinta di dalamnya. Jangankan cinta, bahkan perhatian pun tidak ada. Dia tidak mempermasalahkannya, toh di matanya semua orang yang dekat dengannya memang memiliki tujuan khusus.
"Tae, kau mau ikut denganku atau mau disini saja?"
Mata Taehyung sempat terkunci pada pemuda manis yang baru saja dikenalnya, dia tahu ada sakit di balik raga yang terlihat kuat. Dan entah mengapa itu mengusiknya.
"Aku— disini saja, Hyung."
"Awas kau macam-macam pada adikku, dia sudah punya tunangan, dan kau sudah punya anak."
Jin tidak tahu kenapa tanpa sadar mengucap demikian, dia hanya memiliki firasat bahwa keduanya akan memiliki hubungan di masa depan, entah sebagai teman atau lebih. Meski Jin tahu bagaimana hubungan Jimin dan tunangannya, maupun hubungan Taehyung dan istrinya, tetap dia tidak ingin adiknya hadir sebagai orang ketiga. Terlalu cepat untuk mengambil kesimpulan, tapi percayalah siapa yang tidak akan terpesona pada paras cantik adiknya? Dan siapa pula yang tidak akan jatuh pada Taehyung dan segala kepribadian hangatnya?
Jimin sempat tersentak, sedikitnya ada rasa kecewa meski dia tak tahu alasannya.
"Aku akan mencari tunanganku, permisi," Jimin memilih meninggalkan lelaki yang sampai saat ini masih memandangnya.
Dia tidak nyaman ada yang menelanjangi rasa sakitnya. Kenapa lelaki itu mampu menembus hatinya bahkan dipertemukan pertama?
Tidak ada yang tahu, sesakit apa hidup menjadi Jimin saat ini. Sedari kecil diperlakukan sebagai aset keluarga, dibesarkan dan dibentuk untuk menjadi pewaris tahta keluarga. Sedikitpun tidak boleh terlihat salah atau kalah. Dia harus terlihat sempurna. Bahkan Jin pun tidak tahu sesakit apa dirinya. Lalu kenapa lelaki itu bisa tahu hanya dengan menatap matanya?
Dia takut, tidak ingin merasa nyaman dengan kehadiran seseorang, yang berujung menjadikan lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefined Love
Fanfiction"Menurutmu mana yang lebih menyakitkan, bunuh diri menggunakan obat atau menggunakan pisau? Atau haruskah aku berdiri di tengah jalan dan menutup mata?" -Park Jimin "Tidak bisakah aku menjadi alasanmu untuk terus bertahan?"- Kim Taehyung "Kau bukan...