"Menurutmu mana yang lebih menyakitkan, bunuh diri menggunakan obat atau menggunakan pisau? Atau haruskah aku berdiri di tengah jalan dan menutup mata?"
-Park Jimin
"Tidak bisakah aku menjadi alasanmu untuk terus bertahan?"- Kim Taehyung
"Kau bukan...
Satu Minggu bukanlah waktu yang lama, tidak terasa waktu yang diberikan Papa Park sudah habis.
Jimin sudah lelah menangis dan memohon kepada orang tuanya. Mereka akan tetap menikahkan Jimin dan Jungkook, sesuai perjanjian.
Di ruang tunggu Jimin di temani Mama Park dan Jin Hyung. Dia diam saja. Dia sudah lelah. Bahkan hingga kini Taehyung belum menghubunginya sama sekali, apa lelaki Kim pergi meninggalkannya? Setelah gagal membuktikan kecurangan Jungkook dan keluarganya?
Jimin diam, mencoba mencari celah untuk kabur. Apa dia bunuh diri saja ya di kamar mandi? Atau menyayat nadi menggunakan pisau buah yang ada di atas meja? Ah atau lompat saja dari jendela? Ah, tapi kalau loncat dari lantai dua hanya menyebabkan patah tulang saja.
Samar-samar Jimin mendengar keributan dari arah luar. Tapi tidak dihiraukan.
Di ballroom, tempat Jimin dan Jungkook akan melakukan pemberkatan, terdapat keributan.
Gadis muda berteriak-teriak meminta pertanggungjawaban dari mempelai lelaki. Sera hampir saja di seret keluar oleh bodyguard keluarga Jeon, namun Papa Park menghalangi. Memberi kesempatan kepada wanita itu untuk bicara.
"Jungkook ku mohon, ini anakmu, aku gak mau aborsi, kita besarkan bersama ya? Kamu sudah janji mau menikahiku," Wanita itu menangis memohon, bahkan bersimpuh dibawah kaki Jungkook.
Pemuda Jeon marah, ingin rasanya menjambak wanita yang tidak berguna itu. Tidak bisa diam dan tutup mulut. Namun ini tempat umum, tidak mungkin dia melakukan hal anarkis apalagi pada wanita.
"Kau siapa?" Tanya Papa Park. Dia mencoba percaya pada calon menantunya, tidak mungkin Jungkook yang dia kenal menghamili wanita lain, sedangkan dia sendiri punya tunangan.
"Saya Sera, Tuan," Wanita itu mencoba berdiri setelah di bantu Tuan Park.
"Saya kekasih Jungkook, sudah enam bulan, Jungkook berjanji akan bertanggungjawab dan menikahi ku, dan berjanji anak membatalkan pertunangannya dengan Jimin," Sera bercerita sambil menangis.
"Tapi, beberapa hari yang lalu kedua orangtuanya mendatangiku, memberiku uang untuk menggugurkan bayi ini dan meninggalkan Jungkook," Meski sakit, dia tetap mencoba berbicara kebenaran, dia tahu mungkin setelah ini akan mati. Dia salah berhubungan dengan orang selicik Jungkook.
"Saya tau, saya bukan orang baik tuan, tapi saya masih punya rasa sayang pada bayi saya, saya tidak ingin menggugurkannya, saya hanya ingin pertanggungjawaban Jungkook saja."
"Saya.. " Sera masih akan bercerita, jika saja tuan Park tidak memintanya untuk diam.
"Ada yang ingin kau katakan, Kook?" Mata senja yang biasanya mengintimidasi, kini menyiratkan rasa kecewa.
Tuan Park tetaplah seorang ayah yang akan kecewa jika putranya memilih orang yang salah. Dia kenal baik dengan tuan Jeon, ayah Jungkook, dia percaya padanya.
"Papa, apa yang dikatakan wanita itu bohong, Pa, ku mohon percaya padaku," Jungkook masih mencoba meyakinkan.
"Tuan Park, ini hasil tes DNA bayi nona Sera dan Jungkook, hasilnya 99% cocok," Seorang lelaki memberikan amplop berlogo rumah sakit.
Dengan tangan gemetar tuan Park menerima dan membacanya.
"Papa, jangan percaya lelaki itu, dia hanya ingin merebut Jimin dariku, Pa," Jungkook berteriak panik. Dia bukannya tidak percaya anak Sera adalah anaknya juga, hanya saja, keluarganya terancam bangkrut jika sampai pernikahan ini gagal.
"Kook, Papa percaya padamu," ujar Tuan Park setelah membaca kertas ditangan. . . .
"Hyung, menurutmu, mana yang lebih cepat mati? Lompat dari jendala atau mengiris nadi menggunakan pisau?" Jimin bertanya pada Kakak sepupu yang sejak tadi! menemaninya. Pandangan matanya kosong, dia kehilangan harapan.
"Jiminie, Hyung mohon jangan lakukan itu, Hyung ahaan membantumu kabur," Ucap Jin. Untung saja hanya ada mereka berdua di ruangan ini. Mama Park keluar ruangan saat terdengar kegaduhan di luar.
Ceklek!
Pintu terbuka, menandakan ada orang yang berusaha masuk ruangan.
"Jimin, kau sudah siap?" Papa Park datang.
Jimin menengadah, memandang Papanya sendu, "Pa, bolehkah Jimin meminta satu hal? Jimin tidak akan meminta apapun lagi, Jimin bahkan akan menuruti kemauan Papa untuk meninggalkan Taehyung."
Papa Park diam mendengarkan, tidak ada sahutan sama sekali, bahkan wajahnya terlihat datar-datar saja.
"Tolong batalkan pernikahan ini, Pa, Jimin mohon," Pemuda tersebut menangis, jatuh terduduk, memohon sesuatu yang hampir mustahil.
Jin tidak kuasa menahan tangis, dia tahu bagaimana penderitaan sepupunya. Jimin bahkan rela meninggalkan Taehyung asalkan dia tidak menikah dengan Jungkook.
"Kau mau membuat Papa malu? Tamu undangan sudah ada di Ballroom Jimin," Suara Tuan Park menggema di ruangan ini.
"Jin, bantu Jimin bersiap," perintah tuan Park.
"Paman, Jin mohon sekali saja Paman, pikirkan Jimin."
Setelah drama di ruang tunggu, terpaksa Jimin mengikuti Papanya menuju altar. Wajahnya penuh air mata, meski riasan sudah di perbaiki, tetap saja air matanya tidak berhenti mengalir.
Dia memandang langkah kaki yang terasa sangat cepat, dalam hitungan menit dia akan menjadi istri Jungkook. Apa yang harus dia perbuat? Kenapa hingga kini Taehyung menghilang?
Di depannya, di atas altar Jimin bisa melihat sepasang kaki dengan setelan jas hitam. Dia enggan melihat, bahkan ingin sekali rasanya pingsan saja.
"Kau tidak ingin melihat calon suamimu?" Papa Park bersuara.
Dilihatnya tangan lelaki terulur padanya, Jimin tidak tau apakah ini hanya halusinasi atau apa, dia merasa itu bukanlah tangan Jungkook.
Dengan perlahan Jimin menengadah, memandang lelaki di depannya. Dia terpaku, diam tanpa bisa melakukan apapun.
Jimin hanya menerima uluran tangan yang diberikan padanya. Dia memandang lelaki di depannya dengan bingung, kenapa mirip sekali dengan Taehyung. Matanya, bibirnya, hidungnya. Segitu depresinya kah dia?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bahkan saat janji pernikahan di ucapkan pun, dia masih setengah sadar, dia merasa ini hanya halusinasi saja. Tidak mungkin kan dia menikah dengan Taehyung? Mungkin otaknya bermasalah, hingga matanya memproyeksikan Jungkook sebagai Taehyung. Jimin rasa dia sudah gila.
Hingga saat pendeta mempersilahkan keduanya berciuman, Jimin tersadar. Bibir yang menciumnya memanglah milik Taehyung.
Jimin menangis, tidak tau lagi harus berekspresi seperti apa, dia menangis lagi saat merasa Taehyunglah yang ada di depannya.
"Hyung," Jimin memeluk Taehyung erat, sangat erat.
"Aku kembali Jiminie, maaf membuatmu menunggu," Ujar Taehyung.
Jimin melepaskan pelukannya, kedua matanya memandang Taehyung dalam, kepalanya menggeleng, "Tidak apa-apa Hyung, asalkan kau kembali padaku."