Part 29

2.3K 320 6
                                    



" Jaemin?"


"...."


" Jaemin-ah??"


"....."



" Ya! Oh Jaemin!"


Jaemin tersentak kaget. Raja vampir itu menggaruk tengkuknya canggung saat Renjun melotot ke arahnya.



" Selesaikan makalahmu, Jaemin-ah. Jangan cuma menatapku seperti itu." Tegur Renjun.



" Aku sudah menyelesaikannya." Jawab Jaemin.



" Jangan coba-coba membohongiku, Jaemin." Kesal Renjun, matanya melotot. " Kamu sedari tadi hanya membaca buku dan menatapku tanpa menyentuh laptopmu. Selesai apanya?"



Jaemin menggeser laptopnya ke arah Renjun yang di terima ragu-ragu oleh sang pasangan. Meskipun tak percaya, tapi tangannya kini sibuk menggulir touchpad dan keningnya tampak berkerut.



" Ya! Kapan kamu mengerjakannya?!" Tanya Renjun kaget. Jaemin mengedikkan bahunya.



" Tadi."



" Aku sama sekali tak melihatmu menyentuh-- Jaemin! Kamu curang?!"



Jaemin mengernyit.



" Curang bagaimana?? Renjun-ah kecilkan suaramu, kita di perpustakaan." Ujar Jaemin setelah melihat beberapa pengunjung melirik sinis ke arah mereka.



" Bagaimana kamu mengetik ini semua?" Renjun menunjuk layar laptop Jaemin.



" Dengan fikiranku tentu saja." Jawab Jaemin.


Renjun mengeluh. Dia sudah tau jawabannya. Selama ini ia tak begitu memperhatikan bagaimana Jaemin mengerjakan tugasnya. Karna  keduanya seringkali mengerjakan tugas di apartemen mereka dan duduk agak berjauhan hingga sulit untuk saling memantau.



" Aku tidak begitu ahli mengetik." Jaemin beralasan. " Jemariku benar-benar kaku." Dan ia mengangkat tangannya yang memperlihatkan kesepuluh jarinya.



Renjun menghela nafas keras, lalu.



" Baiklah. Sudah ku putuskan." Ujarnya sembari bangkit dari kursinya. Jaemin yang berada di sebelahnya mengikuti pergerakan sang istri.



" Apa?" Tanya Jaemin.



" Kali ini aku memutuskan untuk mencontek tugasmu karna aku benar-benar sudah bosan berada seharian disini." Putusnya mantap.



Mendengar itu Jaemin tertawa pelan, menggeleng tak habis fikir karna ternyata Renjun serandom itu.


*
*
*



" Saya ingin menemui Huang Renjun." Ujar Jaemin kepada sang resepsionis.



" Apakah anda sudah membuat janji sebelumnya?" Tanya sang resepsionis. Jaemin reflek menggeleng. Untuk apa dia membuat janji segala hanya untuk menemui istrinya?



Hari ini Jaemin bersenang hati untuk menjemput Renjun ke Bucheon karna ia mengaku sudah berani menyetir ke kota itu. Sebelumnya Renjun tak keberatan naik kereta cepat kesana setiap kali ada problem di perusahaan induk milik keluarganya yang berada di pusat kota itu.




" Maaf jika anda belum membuat janji, kami tidak bisa mengizinkan anda untuk bertemu Pimpinan." Ucap sang resepsionis. Jaemin bergumam, apa perlu ia langsung saja menerobos dan mencari ruangan Renjun.



Tapi akal sehatnya menolak rencana itu. Gedung ini terdiri dari puluhan lantai. Akan sangat lelah jika harus memeriksa satu persatu lantainya. Seketika Jaemin menyesali, kenapa ia harus meninggalkan ponselnya di rumah.



" Bisa telponkan Renjun untukku? Katakan padanya Oh Jaemin mencarinya." Ujar Jaemin setelahnya.



Resepsionis itu menatapnya ragu sesaat sebelum meraih gagang telpon dan berbicara dengan seseorang di seberang sana. Diam sebentar. Lalu menyebutkan pesan Jaemin tadi lalu setelahnya menaruh kembali telponnya.



Belum sempat sang resepsionis mengucapkan pesan yang ia dapatkan, seseorang bersetelan jas sudah terlebih dahulu menyelanya.



" Tuan muda Jaemin?"



Jaemin yang tadinya menghadap ke arah sang resepsionis kini berbalik dan mendapati seseorang yang di kenalnya. Melihat siapa yang datang, sang resepsionis membungkuk memberi salam.



" Isanim." Sapanya yang di angguki pendek oleh si pendatang.



" Tuan Wang. Anda disini?" Ujar Jaemin senang karna yang kini tengah membungkuk di hadapannya adalah mentri Wang.



" Saya bekerja disini, Tuan Muda." Ujarnya membuat Jaemin mengangguk. Meskipun ia di angkat menjadi raja, tapi ia sama sekali tak menyentuh perusahaan keluarga kerajaan. Ia ingin Renjun yang mengurusnya.



" Apakah anda ingin saya antar ke ruangan pimpinan?" Tanya Sang Mentri. Jaemin mengangguk.



" Silahkan lewat sini, Tuan Muda." Ujar sang mentri sembari menunjuk ke arah lift.




Sebelum benar-benar pergi, sang mentri menatap tajam resepsionis yang kini menatapnya takut-takut.



" Dia adalah orang penting di keluarga Huang." Ujarnya sebagai peringatan yang di angguki dengan cepat oleh sang resepsionis.




Tbc..


Singkat saja ges. Karna mau tamat nih. Biar bisa lanjutin ff yang lain.
Btw lupa ngasih tau kalau saya masukin sedikit unsur-unsur di film twilight ya. Tolong di maklumi.

Serius ini kalian jan ketawa. Saya udah berjuang membuatkan peta wilayah kerajaan vampir dengan berbekal edit di galeri dan di instegrem. Biar kalian tidak bingung-bingung amat gitu.
Jadi kerajaannya mencakup Korea Selatan dan Utara ya ges. Garis merah tanda kerajaan vampir, yang oren berarti wilayah Packnya werewolf.

 Garis merah tanda kerajaan vampir, yang oren berarti wilayah Packnya werewolf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekian terima gaji:)

Vampire | Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang