Chapter 3

33.6K 2.4K 17
                                    

"Aku tidak suka melihat onty ku menangis"
Danial Rejandra Akbar

~Selamat Membacaaaa~

     Danial yang tidak tega melihat Onty nya dimarahi berinisiatif untuk mengajak Onty nya pergi.

     "Onty, Danial mau setoran hafalan Danial, yuk ke kamar Onty" Ajak Danial sambil menarik tangan Isfa.

     Isfa tersenyum dan menerima uluran tangan keponakannya itu "Isfa ke kamar dulu yah semuanya".

     Danial dan Isfa pun pergi ke kamar Isfa yang berada di lantai atas. Ketika sampai dikamar, Danial langsung memeluk Onty nya sambil menangis, ia tak tega melihat Onty nya yang selalu dimarahi. Bagi Danial, Onty nya ini sosok terbaik yang tak pernah memarahi nya.

     "Onty kalo mau nangis nangis aja hiks Danial gak tega liat Onty dimarahin Nenek"

     Isfa tersenyum, tenggorokannya tercekat, anak sekecil Danial mengerti perasaanya. Lalu mengapa Mamah nya yang sudah dewasa tidak mengerti perasaanya. Isfa mengelus rambut Danial sayang, Danial memang yang paling mengerti perasaanya.

     "Hey jangan nangis nanti ganteng nya ilang"

     Danial mendongak dengan wajah yang sudah memerah, dia menggeleng lucu lalu berucap.

     "Onty selalu bilang kalo Danial mau sedih, marah, kecewa, harus di keluarin biar tenang gak boleh ditahan, nanti sakit tenggorokannya" Jelas Danial

     Onty nya selalu mengajarkannya agar tidak memendam suatu perasaan. Jika kita mau marah marahlah, jika mau sedih sedih lah. Namun jangan berlarut-larut, kita harus selalu ingat bahwa Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar. Sebanyak apapun makhluk menjauhi kita, ingat selalu bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hambanya. Isfa pun menangis sambil memeluk Danial, dia tak kuasa menahan semuanya, rasanya sangat sakit.

     "Onty kalo udah nangis harus senyum lagi yah" Pinta Danial sambil menghapus air mata Onty nya. Ah keponakannya ini sangat manis sekali.

     Isfa terkekeh, rasanya dia bersyukur mempunyai keponakan seperti Danial dan Zahra yang bisa menjadi penghibur dirinya disaat sedih.

     Tak lama kemudian pintu kamar Isfa terbuka menampilkan sosok Raisa yang tersenyum penuh haru melihat kedekatan anak nya dan Isfa. Dia sangat bersyukur karena Isfa mendidik anak nya sedari kecil dengan penuh kasih sayang. Mungkin Isfa pernah mengalami masa dimana dia tidak bisa mengekspresikan perasaannya disaaat marah, senang, atau sedih. Dan dia mengajarkan Danial dan Zahra untuk selalu mengekspresikan semua perasaan yang mereka rasakan, katanya itu akan membantu kesehatan mental sang anak agar bisa lebih terbuka dengan kita.

     Raisa menghampiri Isfa yang sedang memangku Danial, Danial sudah tertidur karena kelelahan menangis di pelukan Onty nya.

     "Danial laki-laki yang sangat perasa, dia sangat menyayangi kamu" Ucap Raisa memandang wajah tenang Danial yang sedang tertidur.

     "Terima kasih Kakak sudah melahirkan 2 malaikat lucu untuk menemani Isfa" Lirih Isfa

     "Isfa... maaf, maaf apabila Kakak selalu menjadi faktor kesedihan kamu" Lirih Raisa sedih.

ARFA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang