~Selamat Membacaaa~
Sudah satu minggu, sejak kejadian dimana Isfa terluka disekujur tubuh nya, meskipun luka itu tidak sebanding dengan luka dihatinya. Hari ini Isfa berniat untuk kembali melanjutkan rutinitas nya.
"Beneran kamu sudah enakan?" Entah sudah berapa puluh kali Arkan melontarkan pertanyaan itu pada Isfa.
"Saya sudah sehat lagi Gus. Tuh liat saya udah bisa loncat-loncat, muter-muter tuh" Jawab Isfa dengan jengkel sambil meloncat-loncat dan memutarkan tubuhnya.
Arkan tersenyum. Isfa sudah kembali ceria dan Arkan sampai saat ini masih belum tahu masalah apa yang sudah menimpa istrinya minggu lalu.
"Yasudah seperti biasa saya antar jemput yah. Tidak ada penolakan" Ucap Arkan mutlak dan langsung meninggalkan Isfa yang melongo ditempat.
"Gus nanti kalo misalkan nunggu dulu di dalam ruangan saya gapapa?" Tanya Isfa hati-hati.
"Memangnya kenapa?" Tanya Arkan balik dengan wajah bingung.
"Saya kan kemarin libur Gus 1 minggu, pasti banyak banget berkas yang harus saya urus" Jawab Isfa dengan menunduk takut.
"Baiklah, asal kamu jangan telat makan" Jawab gus Arkan.
Isfa mendongakan kepalanya senang, lalu tanpa sadar dia memeluk Arkan.
"Makasih banyak Gus makasiiiiiii" Ucap Isfa kesenangan.
Arkan membeku ditempat. Dia terkejut melihat tindakan Isfa yang baru pertama kali ini memeluk dirinya selain di tempat tidur. Menyadari apa yang dia lakukan, Isfa buru-buru menarik diri dari Arkan. Keadaan menjadi sangat canggung, bahkan Arkan beberapa kali menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
"A-ayo An kita berangkat" Akhirnya mereka pun berangkat bersama-ssama dengan kecanggungan yang sangat mendominasi. Mereka tidak membuka pembicaraan selama diperjalanan.
"Gus hati-hati yah, saya masuk duluan Assalamu'alaikum" Pamit Isfa setelah mereka sampai di cafe. Arkan menjawab salam Isfa kemudian langsung melajukan kembali mobilnya menuju rumah sakit.
"Astagfirullah Isfa lo ngapain sih ih, gimana kalo Gus Arkan ilfeel cobaaaa" Frustasi Isfa ketika dia sudah sampai diruangannya.
Sedangkan Arkan mesem-mesem sendiri ketika Isfa sudah turun dari mobilnya. Dia sangat bahagia dengan kejadian tadi pagi. Dipeluk saja dia sudah sebahagia ini, Isfa memang sangat berpengaruh pada dirinya.
Setelah sampai dirumah sakit, Arkan masih belum melunturkan senyumnya. Bahkan kali ini dia menjawab sapaan rekan-rekan kerja yang menyapanya. Membuat manusia yang ada disana memekik kaget melihat senyum Arkan yang jarang sekali dia pamerkan. Hingga senyum nya luntur ketika jalannya dihadang oleh salah satu rekan kerjanya.
"Wes bro pagi-pagi udah cerah banget tuh muka. Abis dapet jatah ya" Ceplos Raka cengengesan.
"Astagfirullah mulut lo tuuuh" Ketus Arkan. Harinya jadi suram lagi ketika melihat wajah tengil Raka.
"Gue mau ketemu sama dedek gemes gue dong Ar" Ucap Raka tanpa tahu bahwa kini mata Arkan sudah memperhatikannya dengan sangat tajam.
"Dedek gemes siapa Ka?" Tanya seseorang yang tiba-tiba saja ikut nimbrung.
"Eh ada Dokter Talita yang cantik" Ucap Raka dengan wajah sok ganteng nya.
"Saya duluan" Arkan pun melenggang pergi dari situ, namun langkah nya tertahan ketika Talita membuka suara kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARFA (END)
Fiction généraleJUDUL AWAL "Aku Hanya Ingin Bahagia" Biasakan follow dulu sebelum baca gaes✨ Tinggalkan jejak disetiap chapter juga🙌 "Eh" "Tidur an sudah malam" "Gus Arkan gak sakit?" "Tidak" "Itu mukanya kenapa?" "Tidur an" "I...ini...kenapa jadi kebalik gus?" "...