Chapter 24

31.1K 2.3K 128
                                    

~Selamat Membacaaaa~

   Tak terasa malam pun tiba. Raisa sudah meninggalkan rumahnya tadi setelah maghrib. Dan saat ini tepat pukul 10 malam dirinya masih duduk disofa dengan mata lurus melihat kearah tv namun tidak dengan pikirannya yang berkelana kesana kemari membawa alamat :v

   "Assalamu'alaikum" Ucap seseorang dari arah pintu.

   Isfa mengalihkan tatapannya, disana dia melihat suaminya dengan wajah lelah tersenyum ke arahnya. Rambut yang sudah acak-acakan, pakaian yang tidak serapi pagi, kemeja yang digulung sampai siku menambah kesan tampan suaminya. Isfa melihat tatapan tulus suaminya yang tersenyum hangat dan merentangkan tangannya meminta Isfa untuk memeluknya. Diapun berdiri lalu sedikit berlari untuk berhambur kepelukan suaminya.

   "Wa'alaikum salam warahmatullah" Jawab nya setelah berhasil menubruk dada bidang suaminya.

   "Kangeeeeen" Rengek Arkan sambil menggoyangkan badan mereka kekanan dan kekiri.

   Isfa terkekeh dalam pelukan Arkan. Selalu saja suaminya seperti ini. Dia jadi kembali teringat kejadian tadi siang. Bagaimana mungkin dia tega meninggalkan Arkan? Sedangkan suaminya sebegitu manjanya terhadap dia. Isfa mengurai pelukan mereka lalu menatap wajah suaminya dalam.

   "Manja banget suami aku" Ucap Isfa sambil mengusap rahang tegas Arkan.

   "Manjanya ke kamu doang, pokonya cuman An yang harus selalu manjain aku" Balas Arkan dengan wajah lucu.

   Wajah datar tadi sudah tergantikan dengan wajah imutnya. Isfa terdiam, dia melihat wajah lucu Arkan dengan perasaan sedih. Bolehkah dia egois tak ingin membagi Arkan pada siapapun? Bolehkah dirinya egois tak ingin meninggalkan bayi besar nya ini?

   "Iya! Harus sama aku manjanya, gak boleh ke orang lain yah" Pinta Isfa sambil mengecup ujung hidung Arkan dengan sedikit berjinjit.

   Arkan terkekeh "Memangnya sama siapa lagi aku manja, istri cantik aku kan hanya Isfa Nadzira Oktaviana"

   "Janji?" Lirih Isfa pelan. Sungguh dia sangat takut.

   "Janji sayang" Bisik Arkan lalu kemudian dia menggendong istrinya ala bridal style menuju kamar mereka.

   Arkan menyadari perubahan wajah Isfa. Istrinya seperti sedang dilanda takut, wajah ceria istrinya meredup. Ada apa sebenarnya? Dia ingin menanyakan itu tadi, tetapi ketika melihat wajah Isfa yang terlihat sedih dia jadi urung. Lebih baik nanti saja.

   Setelah sampai dikamar, Arkan langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Sedangkan Isfa duduk di bibir ranjang, memikirkan nasibnya, memikirkan perkataan Mamah nya, bahkan saking terhanyutnya dalam pikiran yang dia ciptakan, dia sampai tak sadar bahwa kini Arkan telah selesai dan berada dihadapanya.

   "Kenapa?" Tanya Arkan lembut.

   "Eh" Isfa terkejut mendapati wajah Arkan sedekat ini.

   Sejak kapan suaminya ini selesai? Pikir Isfa.

   "Kenapa ngelamun?" Ulang Arkan.

   "E-enggak kok Mas siapa yang melamun"

   Arkan menghembuskan nafasnya kasar "Kita udah janji buat gak saling menutupi apapun An, apa yang membuat kamu sedih hemm?"

ARFA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang