Chapter 5

33.4K 2.4K 7
                                    

~Selamat Membacaaaa~

     Malam harinya terlihat 2 pasang manusia dan 1 lagi jomblo sedang menikmati makan malam yang sudah di siapkan oleh bidadari tak bersayap mereka.

     Mereka sangat khidmat menikmati makan malam tersebut. Hingga setelah acara makan malam selesai, Umma membuka suara.

     "Siapa perempuan yang tadi siang Iyan?" Tanya Umma berniat menggoda sang Anak.

     Abi Ramzi mengernyitkan dahinya heran, perempuan? perempuan siapa? pasalnya jadwal wali santri menjenguk Anak - Anak nya di pesantren itu minggu depan.

     "Perempuan siapa Umma?" Tanya Abi Ramzi.

     "Iyaaaan" Panggil Umma semakin menggoda Anak nya.

     "I...iya Umma?" Jawab Arkan gugup.

     "Kamu bawa perempuan kesini Iyan?" Tanya Abi Ramzi.

     "Tidak Abi, itu tadi perempuan itu... Isfa Umma, dia perempuannya" Lirih Arkan

     Abi Ramzi semakin mengernyitkan dahi nya pertanda bingung. Lalu Umma pun menjelaskan semuanya pada Abi Ramzi. Betapa terkejutnya Abi Ramzi setelah mengetahui bahwa perempuan yang bisa meluluhkan hati Anak nya itu ternyata yang sudah menolong salah satu Anak didik nya. Jalan takdir Allah memang sangatlah indah, pikir Abi Ramzi.

     "Iyan, jika kamu memang berniat untuk serius segeralah khitbah dia Nak. Abi tidak mau kamu berlarut larut dalam kenikmatan dunia yang berakhir pada zina" Tutur sang Abi bijak menasehati Arkan agar tidak terjerumus pada kemaksiatan.

     "Iya Abi, Iyan berniat untuk segera menemuinya dan mengajak nya untuk berta'aruf, tapi Iyan tidak tahu dia tinggal dimana. Jika memang Allah sudah menakdirkan dia untuk Iyan, Iyan yakin Allah akan segera mempertemukan Iyan dengan gadis itu lagi." Jelas Arkan pada Abi Ramzi.

     Arkan sangat yakin bahwa Allah sudah mempersiapkan semuanya seindah mungkin, tidak ada yang tidak mungkin selagi kita selalu mengandalkan Allah dalam segala urusan.

     "Umma punya nomor ponsel nya Isfa"

     Arkan hanya tersenyum, ah dia sangat malu sekali. Ternyata pertemuannya dengan gadis itu sangat secepat ini. Tapi ada satu hal yang mengganggu pikiran Arkan, bagaimana jika misalkan gadis itu sudah bersuami? atau mungkin sudah ada yang mengkhitbah? perempuan itu mengenal dirinya saja tidak, lalu bagaimana cara untuk mengutarakannya? Arkan sangat tidak pandai dalam mengucapkan hal yang dia mau, kecuali pada keluarganya sendiri.

     "Apa dia sudah punya suami Umma? atau mungkin dia sudah ada yang mengkhitbah?" Tanya Arkan pada sang Umma

     "Umma tidak tahu, tapi dari yang Umma lihat sepertinya dia belum bersuami" Mengingat waktu pertama kali mereka bertemu, Umma tidak melihat adanya cincin yang melingkar di jari manis Isfa.

     "Besok Umma mau ngundang Isfa kesini untuk hadir di acara maulid Nabi lusa, boleh kan Abi?" Tanya sang Umma

     "Abi sih boleh saja, asal anak kita ini bisa menjaga pandangannya Umma" Goda sang Abi pada Arkan

     "Ah Abi... Umma... Iyan sepertinya harus membantu santri yang lain untuk acara lusa" Pamit Arkan langsung mengundurkan diri.

     Dia sangat malu sekali jika sudah menyangkut tentang Isfa, ah gadis itu sudah mengganggu kehidupannya, Astagfirullah.

     "Gus... Gus Arkan Assalamu'alaikum gus" Panggil Ustadz Fauzan.

     Sedari tadi dia memanggil Gus Arkan tetapi tidak ada jawaban apapun, malah yang dia lihat Arkan yang malah senyum-senyum sendiri.

ARFA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang