Chapter 7

32.5K 2.6K 48
                                    

"Jika memang aku salah, tolong jangan marahi aku didepan umum, karena itu jauh lebih menyakitkan"
Isfa Nadzira Oktaviana

~Selamat Membacaaaa~

     Dua hari sudah Isfa dibuat ragu dan bimbang. Dia mendapatkan jawaban dari shalat istikharah nya, dimana dua hari berturut turut mimpinya itu menunjukan bahwa dia sedang bersama Umma Desi. Apa itu tandanya dia harus menerima lamaran ini? Tapi dia masih ragu, pasalnya dia hanya takut anak dari Umma Desi tidak menginginkan pernikahan ini.

     Saat akan pulang menuju rumah nya, Isfa seperti merasa sedang diikuti oleh seseorang. Dia memang tidak membawa mobil saat ini, mengingat di hari sabtu jalanan ibu kota sangatlah macet karena hari libur. Dia jadi lebih memilih untuk memakai sepeda motor agar tidak terjebak macet.

     Pada saat Isfa hendak membelokan motor nya menuju perempatan, tiba-tiba saja sebuah mobil menghadang jalannya. Keringat dingin langsung membasahi pelipis Isfa. Apakah saat ini dia sedang di rampok? tetapi mengapa perampok nya memakai mobil?

     Ketika pengendara mobil tersebut turun dari mobil, Isfa lebih terkejut lagi ketika melihat siapa pemilik kendaraan mobil tersebut. Dia adalah laki-laki yang selalu beristigfar ketika bertemu dengan nya.

     "Pindah" Satu kata itu yang Arkan lontarkan pada Isfa.

     Isfa bingung, apa maksudnya? pindah kemana? ah mengapa laki-laki ini selalu membuat Isfa bingung.

     Arkan menarik nafas nya pelan, mengapa perempuan dihadapannya ini selalu diam saja saat Arkan berbicara.

     "Pindah" Titah Arkan sekali lagi.

     Isfa memutar bola matanya malas, rasanya geram sekali. Tidak tahukah dia bahwa otak kecilnya ini tidak mampu mencerna apa yang dia ucapkan.

     Karena terlalu lama berdiam, preman yang tadi sempat mengikuti Isfa pun ikut berhenti.

     "Wah lo juga mau ngerampok bro? mobil lo udah bagus tuh, mending harta ni cewek buat gue aja" Ucap salah satu preman yang sudah memberhentikan motor nya disamping Isfa.

     Isfa terkejut, darimana asal nya preman ini? perasaan tadi dia tidak melihat ada nya tanda-tanda bahaya selain mobil Arkan yang ternyata mengikutinya.

     Tadi ketika selesai pulang dari rumah sakit, Arkan sempat melihat 2 preman yang sepertinya sedang mengikuti 1 pengendara motor di hadapannya.

     Karena dirasa ada yang tidak beres, Arkan pun berniat untuk mengikuti preman tersebut. Tetapi ketika dia menajamkan penglihatannya, sepertinya dia mengenali sosok perempuan yang sedang diikuti oleh preman itu.

     Arkan pun melajukan mobil nya dengan cepat dan lebih mendahului motor yang dikendarai oleh 2 preman itu untuk melindungi Isfa. Setelah dirasa preman tersebut tidak lagi mengikuti, Arkan pun berniat untuk menyuruh Isfa pindah menuju mobilnya, karena kawasan ini sangat berbahaya. Tetapi naas sekali, perempuan dihadapannya ini tidak mengerti apa yang dia ucapkan. Arkan kira preman tadi tidak lagi mengikuti mereka, namun ternyata dugaanya salah.

     "Pindah" Satu kata kembali Arkan lontarkan dengan sorot mata tajam nya pada Isfa.

     Karena sudah terlanjur takut, Isfa pun turun dari motor dan menarik kunci motor nya, lalu sedikit berlari menuju belakang tubuh Arkan yang menjulang tinggi, bahkan hampir menupi tubuh mungilnya. Dimana tinggi nya yang hanya sebatas dada Arkan, padahal tinggi Isfa sendiri sudah termasuk ideal bagi kalangan perempuan.

     Setelah dirasa Isfa aman, Arkan pun mendekati preman tersebut, tapi belum juga langkah Arkan sampai, salah satu dari mereka sudah memukul pipi Arkan sehingga menyebabkan kepala Arkan menoleh kesamping, dan darah sudah tercetak jelas di sudut bibir Arkan.

ARFA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang