Chapter 11

37.2K 2.5K 28
                                    

~Selamat Membacaaa~

     Setelah menyelesaikan acara yang cukup melelahkan seharian ini, kedua pasangan muda itu diperbolehkan untuk beristirahat duluan. Baik Isfa maupun Arkan rasanya sangat pegal seharian berdiri dan melemparkan senyuman pada tamu.

Keseharian mereka yang sama - sama bermuka cuek walau Arkan mempunyai wajah yang lebih datar dari Isfa, membuat mereka mengeluh lelah karena seharian disuruh untuk menebarkan senyuman bahagia. Itupun karena Arkan yang diancam oleh sang Umma dan Isfa oleh Mamah nya. Mereka memang bahagia, tapi kan tidak perlu harus selalu tersenyum, pikir mereka.

     "Eh G-gus" Panggil Isfa gugup.

     "Hemm" Arkan hanya membalasnya dengan dekheman saja karena jujur saat ini dia masih terpesona dengan kecantikan Isfa.

     "G-gus kok masuk ke kamar saya juga?" Tanya Isfa.

     Arkan mengernyitkan dahinya bingung. Jika dia tidak bersama dengan Isfa lantas dia harus tidur dimana? pikir Arkan.

     "Memangnya?" Tanya Arkan heran.

     "I..tu m-aksudnya anu.... kenapa Gus masuk kamar saya juga?" Tanya Isfa kembali.

     "Harusnya memang dimana?" Tanya Arkan bingung.

     "Eumm.... i-itu...."

     Isfa menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. Dia juga bingung harus menjawab apa. Arkan saat ini sudah menjadi suaminya, tapi jujur saja dia belum siap jika harus sekamar dengan laki-laki ini.

     "Saya tidak boleh sekamar sama istri saya sendiri?" Tanya Arkan. Mereka masih diambang pintu kamar Isfa, belum sepenuhnya masuk kamar.

     "Eh t-tidak Gus gak gitu... ituu maksudnya saya belum terbiasa aja" Duh kenapa harus gugup sih, gerutu Isfa.

     Arkan terkekeh gemas. Dia tanpa sadar mengelus pipi Isfa pelan yang menurut nya lucu. Isfa diam membeku, apa yang dilakukan oleh Gus nya ini? dan apa itu? Arkan tertawa? Mengapa harus tampan sekali?. Setelah sadar atas apa yang sedang dia lakukan Arkan buru-buru menurunkan tangannya. Ah dia kelepasan.

     "Mau kamu dulu atau saya?" Tanya Arkan membuyarkan lamunan Isfa.

     Isfa terperanjat kaget. Dia terlalu menikmati pemandangan indah dihadapan nya, sampai – sampai tak menyadari bahwa suaminya kini telah masuk dengan muka yang seperti semula, datar.

     "Duluan saja, saya mau bersihkan make up nya dulu" Jawab Isfa dengan mengalihkan tatapannya.

     Arkan hanya menganggukan kepalanya saja. Kemudian pergi kekamar mandi dengan membawa baju ganti yang sudah disiapkan oleh Umma nya dalam 1 koper.

     Kemudian Isfa beranjak dari tempat, ia berjalan untuk pergi ke meja rias yang terdapat di sudut kamar nya. Dia memperhatikan dirinya dalam pantulan cermin. Apakah dia tidak bermimpi? Secepat inikah dia menikah? Dia menghembuskan nafas nya pelan kemudian memulai kegiatannya.

     20 menit kemudian Arkan keluar dari kamar mandi dengan wajah segarnya. Rambut yang sedikit basah karena habis berwudhu, rahang yang tegas, dan badan yang kekar menjulang tinggi.

     Isfa kembali terpesona dengan makhluk ciptaan tuhan yang sangat indah itu. Dia menatap tubuh Arkan yang sudah berganti dengan kaos berwarna putih polos dan celana training berwarna hitam, yang menambah ketampanan Arkan berkali-kali lipat.

     Menggelengkan kepalanya pelan, lalu dia pun beranjak menuju lemari untuk mengambil piyama tidur nya dan kemudian pergi menuju kamar mandi.

     "An" Panggil Arkan secara tiba-tiba.

ARFA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang