Chapter 14

37.7K 2.5K 43
                                    


~Selamat Membacaaaa~

     Hari ini adalah hari dimana Isfa dan Arkan kembali pada rutinitas semula mereka yaitu bekerja. Namun pagi hari ini dua pasangan itu kembali menghiasi hari mereka dengan perdebatan kecil. Isfa yang tidak mau diantar oleh Arkan karena dia takut Arkan telat, dan Arkan yang tidak mau mengalah karena khawatir kejadian tempo hari lalu terulang kembali.

     "Gus ayolah saya cuman gamau Gus terlambat nantinya" Ucap Isfa frustasi. Laki-laki dihadapannya ini sangat lah keras kepala, sama seperti dirinya.

    "Tidak. saya tetap mau mengantarkan kamu" Kekeuh Arkan tidak mau mengalah.

     "Gus nanti telaaaaaaaat" Pekik Isfa frustasi sambil  menutup wajah nya dengan kedua tangan agar suaranya terendam.

     Arkan yang melihat Isfa gemas dengan sifat dia pun mengulum senyum nya. Wajah kesal Isfa selalu berhasil membuat dia ingin selalu tersenyum.

     "Tidak akan telat kalo kamu tidak terus mengajak saya berdebat" Celetuk Gus Arkan lempeng.

     Isfa seketika menurunkan tangannya dan menatap Arkan sinis.

     "Pokoknya saya mau sendiri, yayayaaa Gus pleaseee" Mohon Isfa untuk kesekian kalinya.

     Menghela nafas panjang akhirnya Arkan pun menganggukan kepalanya, yang mana itu membuat Isfa tersenyum dengan lebar namun hanya sesaat karena...

     "Tapi nanti saya jemput. Tidak ada penolakan"Tegas Arkan lalu setelah nya dia keluar kamar duluan.

     Isfa diam ditempat dengan manarik nafas nya panjang lalu kemudian dia hembuskan perlahan.

     "Huh pagi - pagi udah buat darting, Astagfirullah maafkan hamba ini. Abisnya punya suami lempeng banget  nyebelin ya Allah. Astagfirullah Ya Allah maaf lagi" Cerocos Isfa sendiri.

     Setelah berpamitan dengan Abi Ramzi dan juga Umma. Arkan dan Isfa pun berjalan beriringan menuju garasi rumah untuk mengambil mobil yang akan Arkan bawa dan juga motor matic milik Isfa.

     Mengapa Isfa tidak memakai mobilnya? Karena mobilnya dia tinggal kan dirumah nya. Jarak dari pondok menuju cafe lumayan jauh, dan itu memakan waktu yang cukup lama karena daerah sini juga sering terjadi kemacetan. Isfa yang mempunyai tingkat kemageran yang sangat tinggi, lebih memilih membawa motor dibandingkan mobilnya.

     "Besok kita pindah" Celetuk Arkan tiba-tiba.

     "Hah?" Beo Isfa lemot.

     Arkan yang gemas pun menyentil dahi istrinya pelan. Istrinya ini cerdas namun sangat sering sekali lemot. Bagaimana bisa? pikir Arkan heran.

     "Aduh, sakit Gus ish" Gerutu Isfa kesal.

     "Besok kita pindah" Ulang Arkan.

     "Pindah kemana maksudnya?" Tanya Isfa.

     "Kerumah baru kita"

     "Rumah Gus kali" Celetuk Isfa.

     "Rumah kita, saya dan kamu" Tegas Arkan.

     "Dimana?" Tanya Isfa mengalihkan pembicaraan, karena jujur saja ucapan Arkan barusan membuat dia dag dig dug jedar.

     "Masih daerah sini, hanya saja lebih dekat menuju cafe kamu. Agar kamu tidak terlalu jauh jika mau ke cafe" Jelas Arkan.

     Isfa mengulum senyum nya malu. Aih suaminya ini perhatian sekali.

     "Berarti besok Gus cuti lagi?" Tanya Isfa. Memang nya bisa seperti itu? Suaminya ini kan baru saja masuk.

ARFA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang